t
hitung
= 1,24 Lampiran 28 t
tabel
= 2,01 db
= 30+30 – 2 = 58 Oleh karena t
hitung
t
table
pada taraf signifikasi 0,05 maka Ho diterima. Berarti tidak terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep sistem
respirasi yang mengunakan metode problem solving dan metode ceramah.
C. Hasil Penelitian
Dari hasil perhitungn uji normalitas dari kelompok eksperimen didapat L
o
pre-test dan post-test sebesar 0,1603 dan 0,1511 dan kelompok kontrol didapat L
o
pre-test dan post test sebesar 0,1078 dan 0,1537 dan L
t
sebesar 0,161. Oleh karena L
o
L
t
, maka hipotensis nol Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel tersebut dalam
sebaran normal. Dan dari hasil perhitungan uji homogenitas kelompok eksperimen
dibagi Fh 0,98 dan kelompok kontrol di dapat Fh sebesar 1,61 dan L
t
sebesar 1,86. Oleh karena F
hitung
F
tabel
, maka hipotesis nol Ho diterima pada taraf siginifikansi
α = 0,05m 5 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel tersebut bersifat homogen.
Dan dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai penguasaan konsep sistem respirasi sebelum dan sesudah diberi perlakuann kelompok eksperimen
mempunyai skor rata-rata sebesar 20,16 lampiran 25 sedangkan kelompok kontrol mempunyai skor rata-rata sebesar 17,16 lampiran 26 . Hal tersebut
belum dapat membuktikan adanya perbedaan penguasaan konsep sistem respirasi sebelum dan sesudah pemberian pelakuan pada kelompok eksperimen
dan kontrol . Kemudian perbedaan yang ada, dianalisis dengan mengunakan uji-t dari
hasil perhitungan didapat harga t
hitung
sebesar 1,24. Sedangkan harga t
tabel
sebesar 2,01. Setelah t
hitung
dibandingkan dengan harga t
tabel
, ternyata harga t
hitung
lebih kecil dari pada harga t
tabel
pada taraf signifikasi 5 . Dengan demikian maka
t
hitung
= 1,24 t
tabel
= 2,01, sehingga disimpulkan bahwa hipotesis nol Ho diterima .
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep sitsem respirasi yang mengunakan metode
problem solving dan metode ceramah .
D. Pembahasan 1. Pembelajaran Biologi dengan Metode Problem Solving di Mts N
Cipondoh Tanggerang
Siswa kesulitan ketika pembelajaran biologi menggunakan metode problem solving. Metode problem solving merupakan suatu metode berpikir
yang dalam pelaksanaannya menggunakan metode-metode lainnya untuk dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran biologi. Dari proses pembelajaran
menunjukan siswa tidak biasa belajar dengan memecahkan masalah. Hal ini terlihat dari cara siswa memahami masalah dan cara siswa bekerja
menyelesaikan masalah. Dalam memahami masalah dan menyelesaikannya dapat terlihat dari ketergantungan siswa harus didorong dan diberikan arahan
untuk mencoba menyelesaikan masalah melalui tahapan dari cara memahami masalah, merencanakan dan menyelesaikan masalah dengan benar.
Ketika diberikan suatu masalah siswa kesulitan dalam memahami soal yang terletak pada bahasa tulisan ,yakni siswa tidak menjawab apa yang
ditanyakan, kurang memahami apa yang menjadi kata kunci dalam soal. Siswa pada umumnya belum memberikan jawaban dari satu jawaban ketika dihadirkan
suatu masalah. Rata-rata jawaban siswa benar namun masih dalam bentuk jawaban yang hampir sama sedangkan penyelesaian tersebut dapat memberikan
lebih dari satu jawaban. Siswa juga kurang adanya keberanian untuk memberikan alasan
jawaban yang dibuat dan mengkomunikasikan jawabannya. Mereka masih tergantung dari jawaban guru. Keaktifan siswa seperti memberikan alasan,
mengkomunikasikan jawaban, berdiskusi, menyelesaikan masalah, pada umumnya masih perlu bantuan atau dorongan guru untuk selalu mengingatkan.
Demikian juga dalam melatih siswa agar bekerjasama, berpikir kreatif dan kritis, masih perlu bantuan guru untuk selalu mengingatkan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan yang terjadi pada proses penyelesaian masalah menunjukan bahwa siswa yang mampu menerapkan
metode penyelesaian, masalah maka siswa tersebut juga mampu menyelesaikan persoalan dengan sukses. Sebaliknya jika siswa tersebut kurang bisa
menerapkan metode penyelesaian masalah juga tidak sukses dalam menyelesaikan persoalan.
Menurut Ratna tanjung 2001 dalam penelitiannya bahwa salah satu cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dapat
diamati dari tahap-tahap pemecahan masalah yang dilakukannya. Sebagaimana ditemukan Suharsono dkk. 1994 pembelajaran pemecahan masalah sangat
dipengaruhi variable karakteristik dasar masalah dan jenis masalah yang digarap, serta ruang lingkup masalah Muchtar, 1996 dan kondisi internal
dalam bentuk hasil-hasil belajar terdahulu yang relevan dengan topik permasalahan yang sedang dibahas Gagne, 1985.
Dengan demikian proses belajar yang tertinggi ini hanya dapat berlangsung kalau proses-proses belajar fundalis lainnya telah dimiliki dan
dikuasai. Metode ini dapat dilaksanakan apabila siswa telah berada pada tingkat yang lebih tinggi dengan prestasi yang tinggi pula.
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa siswa-siswi di Mts N Cipondoh belum sepenuhnya siap untuk menggunakan metode problem solving
dalam proses belajar mengajar. Karena mereka belum menguasai proses belajar fundalis yang lain. Hal ini juga dapat dilihat dari tahapan-tahapan mereka
dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.
2. Penguasaan Konsep Siswa Terhadap Pembelajaran Biologi pada
Konsep Sistem Respirasi
Berdasarkan hasil penelitian, penguasaan konsep oleh siswa tidak ada perbedaan yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa
kurang dalam pengusaan konsep terhadap pembelajaran biologi pada pokok
bahasan sistem respirasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis penguasaan konsep .
Hal ini juga dapat dilihat dari hasil post-test siswa yang berjumlah 20 konsep. lampiran 30.Persentase tertinggi penguasaan konsep siswa melalui
metode problem solving adalah 73,3 . Sedangkan persentase terendahnya adalah 43,3 . Persentase tertinggi penguasaan konsep siswa melalui metode
ceramah adalah 66,6. Sedangkan persentase terendahnya adalah 36,6 . Pada metode ceramah, frekuensi jawaban tertinggi siswa adalah 20
siswa untuk soal no 8 dan frekuensi jawaban terendah siswa adalah 11 siswa untuk soal no 20.
Soal no 8 memuat konsep tentang penyakit pada sistem pernapasan. Soal ini mendapat jawaban terbanyak mungkin karena soal ini
berhubungan dengan penyakit dalam kehidupan sehari- hari siswa. Siswa dapat menjawabnya karena telah mengenal ciri-ciri penyakit ini dan pernah
mengalaminya, yaitu penyakit salesma. Sedangkan pada metode problem solving, frekuensi jawaban soal no 8 ini hanya 19 siswa. Hal ini dikarenakan
siswa belum dapat membedakan penyakit salesma dengan influenza. Soal no 20 memuat konsep tentang mekanisme pernapasan burung.
Soal ini mendapat jawaban terendah karena siswa belum memahami mekanisme pernapasan burung pada saat terbang dan pada saat diam. Siswa terjebak dengan
opsi jawaban yang ditawarkan. Sedangkan pada metode problem solving, frekuensi jawaban soal 20 ini mengalami peningkatan menjadi 15 siswa. Hal ini
karena siswa diajak langsung untuk mengamati perilaku burung pada saat terbang dan pada saat diam.
Pada metode problem solving, frekuensi jawaban tertinggi siswa adalah 22 siswa untuk soal no 2 dan frekuensi jawaban terendah siswa adalah 13
siswa untuk soal no 9. Soal no 2 memuat konsep tentang alat pernapasan pada manusia.
Soal ini mendapat jawaban terbanyak mungkin karena soal ini berhubungan dengan anggota tubuh siswa. Sedangkan pada metode ceramah, frekuensi
jawaban soal no 2 ini hanya 19 siswa.
Soal no 9 memuat konsep tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Soal ini mendapat jawaban terendah karena siswa belum memahami mekanisme
pernapasan manusia. Sedangkan pada metode ceramah, frekuensi jawaban soal 9 ini hanya 12 siswa. Berarti tidak mengalami peningkatan.
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang cukup tajam antara hasil pembelajaran menggunakan metode problem solving
dengan metode ceramah. Sehingga dapat dikatakan penggunaan metode problem solving di MTs N cipondoh kurang berhasil.
Konsep adalah kategori yang diberikan pada stimulus-stimulus lingkungan, oleh karena itu dalam pengkonsepan selalu ada kejadian sebagai
stimulus dalam penyajian verbal, yang disebut dengan gambaran mental, dengan ini pengkonsepan adalah hal yang tidak mudah.
1
Dengan demikian dapat dipahami bahwa Biologi merupakan ilmu yang tidak dapat dianggap mudah dan untuk mempermudah penguasaanya perlu
berpijak pada cara bagaimana mempermudah dalam menguasai konsep-konsep yang ada dalam biologi tersebut.
Oleh sebab itu penguasaan konsep tidak mudah didapatkan begitu saja. Dalam pendidikan sains, konsep merupakan faktor yang mempengaruhi belajar.
Dilihat dari pengertian tentang konsep, pengajaran IPA pada tahapan tertentu merupakan pembentukan, penarikan, dan pengakumulasian konsep. Kegiatan ini
merupakan kegiatan intelek manusia yang diawali dari pengamatan terhadap fakta atau apa saja yang dialami dimana hasil pengamatan diproses dengan
persepsi, penalaran induktif, dan kepenemuan. Klausmeier membagi konsep menjadi empat tingkatan, yaitu tingkat
konkret, tingkat identitas, tingkat klasifikatoris dan tingkat formal. Konsep- konsep yang diajarkan di sekolah pada umumnya memenuhi persyaratan yang
dikemukakan oleh Klausemeier.
2
1
Sutarto, Buku Ajar Fisika BAF dengan TUgas Analisis Foto Kejadian Fisika AFKF Sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
, Mei, 2005, No.054,h.327
2
Ibid, h.332
Menurut pengamatan peneliti, siswa di MTs N Cipondoh belum mencapai tingkat formal. Hal ini dapat diamati ketika diadakan eksperimen.
ketika dihadirkan objek eksperimen siswa belum dapat mengkonsep, mendeskriminasi, memberi nama atribut-atribut dan mengevaluasi rangsangan.
Guru harus menerangkan terlebih dahulu dari objek yang dihadirkan sehingga siswa belum dapat mengkonsep suatu masalah. Mereka juga belum dapat
mengevaluasi hasil eksperimen. Masalah yang disajikan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari
siswa. Tetapi siswa tidak dapat menghubungkan konsep yang telah diterima dalam bentuk materi dengan fakta kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka tidak menyangka bahwa belajar biologi teryata menyenangkan setelah digunakan metode belajar yang bervariasi dari biasanya.Sebagian besar siswa
menyatakan bahwa belajar biologi sangat sulit bila dibandingkan dengan belajar matematika. Menurut mereka biologi terlalu banyak menghafal. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa selama ini siswa tidak memahami konsep yang ada dalam biologi. Mereka kesulitan untuk menghubungkan materi yang satu
dengan materi yang lain. Selama ini siswa belajar biologi hanya dalm bentuk hafalan tanpa memahami konsep.
3. Pengaruh Metode Problem Solving terhadap Penguasaan Konsep
Siswa
Berdasarkan hasil penelitian, penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudahperlakuan signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kurang
dalam menggunakan pemecahan masalah terhadap pembelajaran biologi pada konsep sistem respirasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis uji-t.
Dari perhitungan didapatkan harga t
hitung
sebesar 1,24. sedangkan harga t
tabel
2,68. setelah t
hitung
dibandingkan dengan t
tabel
, ternyata harga t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
pada taraf signifikansi 5 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep sistem respirasi
yang menggunakan metode problem solving dan metode ceramah.
Tetapi berdasarkan dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai penguasaan konsep sistem respirasi sebelum dan sesudah diberi perlakuann
kelompok eksperimen mempunyai skor rata-rata sebesar 20,16 lampiran 25 sedangkan kelompok kontrol mempunyai skor rata-rata sebesar 17,16 lampiran
26 . Hal tersebut dapat membuktikan adanya perbedaan penguasaan konsep sistem respirasi sebelum dan sesudah pemberian pelakuan pada kelompok
eksperimen dan kontrol walaupun dengan perbedaan yang tidak terlalau besar. Metode yang ada di MTs N Cipondoh masih metode klasikal, yaitu berupa
metode ceramah. Oleh karena itu pola belajar siswa tidak berkembang. Belajar memecahkan masalah adalah pola belajar yang paling tinggi karena pada tingkat
ini , siswa belajar merumuskan dan memecahkan masalah, memberikan respon terhadap rangsang yang mengambarkan membangkitkan situasi problematika,
mempergunakan kaidah yang dikuasainya.
3
Hal ini juga berhubungan dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Siswa akan kesulitan menggunakan metode yang belum pernah
digunakan. Karena dalam metode problem solving ini dapat menggunakan lebih dari satu metode. Metode ini juga berpengaruh terhadap proses berpikir siswa.
Karena dengan metode problem solving, siswa mencari sendiri solusi dari suatu masalah yang disajikan.
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti.
Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, luas, dan tuntas. Untuk itu menguasai
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight tilikan akal amat diperlukan.
4
Sedangkan penguasaan konsep merupakan kegiatan yang berhubungan dengan ranah kognitif yang sesuai dengan klasifikasi Bloom yaitu pengetahuan ,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
3
Ahmad Sabri, OP.Cit, h.24
4
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004, cet.3, h.127
Berdasarkan penelitian, siswa belum memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, luas, dan
tuntas. Sehingga siswa belum mengalami peningkatan kemampuan penguasaan konsep. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi ketika diadakan eksperimen. Kurangnya penggunaan metode yang bervariasi dalam pembelajaran
biologi menyebabkan kurangnya kreatifitas berpikir siswa dalam menanggapi suatu masalah. Siswa menjadi jenuh dalam belajar biologi. Siswa kurang diberi
kesempatan untuk berlatih melaksanakan pemecahan masalah dan pembuktiannya. Dengan demikian siswa kurang mendapat stimulus rangsangan
yang dapat menimbulkan situasi bermasalah dalam diri siswa. Metode problem solving dapat dilaksanakan dengan baik jika siswa telah
berada pada tingkat yang lebih tinggi dan prestasi yang tinggi pula. Sedangkan berdasarkan hasil observasi selama melakukan eksperimen dan dari hasil tes
yang telah diberikan, nilai hasil belajar biologi dibawah rata-rata. Berdasarkan uraian di atas, metode pembelajaran yang digunakan sangat
mempengaruhi kemampuan dan kecakapan kognitif siswa. Maka dapat disimpulkan bahwa metode problem solving mempengaruhi penguasaan konsep
siswa pada penelitian ini.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan hasil analisis data melalui observasi langsung dan tes hasil belajar maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan
metode problem solving pada konsep sistem respirasi lebih tinggi daripada metode ceramah. Tetapi perbedaan itu tidak signifikaan.
B. Saran
1.Guru hendaknya dalam pembelajaran biologi yang banyak melibatkan penguasaan konsep bukan penghafalan materi, menemukan dan menggunakan
metode yang sesuai dengan kondisi siswa agar materi yang disampaikan dapat dipahami.
2.Alangkah lebih baik jika sebelum pembelajaran dimulai , guru telah menyiapakan strategi pembelajaran yang tepat, yang meliputi persiapan
mengajar seperti pembuatan Rpp, media, metode belajar, lembar kerja dan lain- lain.
3.Diadakan penelitian lanjutan dengan perencanaan yang lebih baik dan sample yang lebih besar untuk menyakinkan hasil penelitian yang didapat.
4.Diujicobakan juga penelitian ini untuk materi-materi biologi yang lain dengan perencanaan yang lebih baik.
68