BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siswa merupakan obyek yang akan menerima pelajaran di sekolah. Mutu dari pendidikan yang berjalan akan dicerminkan oleh adanya hasil
Kegiatan Belajar Mengajar KBM. KBM ini ditentukan oleh berbagai faktor. Faktor ini dikelompokan menjadi faktor internal dan eksternal.
Secara global, faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
a. faktor Internal faktor dari dalam siswa, yakni keadaan kondisi siswa dan
rohani siswa. b.
faktor Eksternal faktor diluar siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c. faktor Pendekatan belajar Approach to learning, yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
1
Faktor di atas saling mempengaruhi. Jika ketiga faktor tersebut terpenuhi maka proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik. Tetapi
dalam pelaksanaannya tidak mungkin terpenuhi semuanya. Salah satunya adalah penggunaan metode pengajaran.
Kenyataan selama ini, pembelajaran masih banyak yang menggunakan metode tradisional, yang lebih dikenal dengan metode ceramah.
Tek seperti dikutip dalam Lufri berpendapat bahwa kebanyakan anak didik mengalami kebosanan dalam pendidikan sains, sebagian besar karena faktor
didaktik, termasuk metode pengajaran yang berpusat pada guru. Selanjutnya Waidi dalam lufri menambahkan bahwa sistem pendidikan kita sekarang ini
umumnya menerapkan pola satu arah. Pengajaran seperti ini cenderung
1
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004 , cet. 3, h. 306
1
2
menjadi dogmatis, dominan hafalan, dan memasung kreatifitas atau kemerdekaan berpikir anak didik.
2
Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran yang lebih didominasi oleh guru dapat menyebabkan anak jadi tergantung dengan guru. Mereka tidak
dapat mengemukakan pendapat dan mengembangkan kreatifitas berfikir. Jika hal ini berlarut-larut maka siswa tidak akan mengalami kemajuan dalam
belajar. Mereka akan selalu menerima apa yang disampaikan oleh guru sehingga mereka menguasai suatu pelajaran hanya dengan hafalan belaka
tanpa memahami pelajaran tersebut. Hal ini tidak akan menjadi masalah bagi siswa yang kuat dalam menghafal tapi bagi siswa yang tidak kuat hapalannya
akan menjadi masalah. Belajar bukan hanya sekedar mengingat, melainkan lebih luas dari itu
yakni memahami dan hasil belajar bukan hanya penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Sedangkan pengajar merupakan
penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Salah satu cara untuk meningkatkan keefektifan pengajaran adalah
memilih atau menetapkan strategi pengajaran yang sesuai dengan kondisi yang diprediksi dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Seperti dikutip dalam Lufri, pembelajaran dalam bidang biologi akan menjadi hidup dan menarik jika pembelajaran dapat menggerakkan atau
mengaktifkan daya pikir siswa. Pelajaran biologi akan membosankan jika hanya disajikan dalam bentuk hafalan kata-kata atau istilah-istilah. Hal ini
didukung oleh hasil wawancara Mason dengan anak didik bahwa kebanyakan mereka menganggap sains itu membosankan, karena merupakan daftar kata-
kata dan fakta, menakutkan, dan tidak relevan dengan kehidupan mereka.
3
Biologi merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting kedudukannya karena menyangkut kehidupan tentang kehidupan termasuk di
dalamnya adalah tentang manusia itu sendiri. Sebenarnya tidak sulit dalam mempelajari biologi, namun jika tidak digunakan metode belajar yang tepat ,
2
Lufri, Pembelajaran Berbasis Problem Solving yang di intervensi dengan Peta Konsep pada Mata Kuliah Perkembangan Hewan Padang : FPMIPA, 2004. h.25
3
Ibid, h.26
3
pelajaran ini akan terasa sulit untuk dipelajari dikarenakan anggapan sebagai pelajaran yang membosankan.
Pembelajaran yang melibatkan anak aktif berpikir adalah sangat penting sehingga perlu dibudayakan, dan pembelajaran yang menyebabkan
anak pasif sudah seharusnya ditinggalkan atau paling tidak dikurangi. Menurut teori kerucut belajar Dare dalam lufri, yang dikemukakakn oleh Woods,
pembelajaran yang membuat siswa pasif, kecenderungan mereka bisa mengingat materi hanya 50, tapi kalau pembelajaran yang menuntut siswa
aktif, kecenderungan mereka bisa mengingat materi yang telah dipelajari sebanyak 70 - 90 .
4
Pembelajaran yang mengikutsertakan siswa didalamnya akan sangat bermakna bagi siswa itu dendiri. Siswa merasa menjadi bagian dari
pembelajaran dan ikut menemukan pengetahuan baru yang melibatkan kemampuan berpikir mereka. Hal ini akan mempermudah siswa dalam
mengingat materi yang telah dipelajari. Jika siswa hanya berperan sebagai pendengar saja dalam proses belajar mengajar akan menimbulkan kebosanan
dalam diri mereka. Mereka menganggap pelajaran itu tidak menarik untuk diikuti.
Beberapa ahli psikologi setuju bahwa berpikir melibatkan suatu bentuk aktivitas mental. Aktivitas tersebut dapat dijelaskan berdasarkan aktivitas yang
dilakukan pikiran ketika berpikir. Komponen operasi mental ini terdiri atas dua bentuk umum, yaitu operasi kognitif dan metakognitif. Operasi kognitif
terdiri dari operasi-operasi yang digunakan untuk menemukan dan membangun makna. Operasi metakognitif terdiri dari operasi yang digunakan
untuk mengarahkan dan mengontrol strategi dan keterampilan menemukan atau membuat makna.
5
Berfikir merupakan manipulasi operasi mental terhadap berbagai input indera dan data yang dipanggil dalam memori untuk diolah, diformulasikan,
dan dinilai sehingga diperoleh suatu makna. Walaupun merupakan proses
4
Ibid, h. 26
5
Aim Abdulkarim, Jurnal FKIP, Memahami Hakikat Berpikir, Cianjur : FKIP,2001, h.21
4
yang kompleks, namun berpikir bukanlah proses yang misterius atau magis. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa pikiran bekerja
untuk membuat makna sebagai produk berfikir. Setiap proses berpikir melibatkan kombinasi atau gabunga operasi-operasi yang dirancang untuk
menghasilkan makna operasi kognitif dan untuk mengarahkan bagaimana makna itu dihasilkan.
Hasil belajar pemecahan masalah merupakan kapabilitas yang paling tinggi dalam keterampilan berpikir thinking skills dan keterampilan
intelektual. Dengan demikian tujuan pendidikan di sekolah bukan hanya meningkatkan perolehan pengetahuan, akan tetapi harus dapat
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, karena kemampuan memecahkan masalah merupakan aktivitas mental yang paling tinggi.
6
Jika kemampuan memecahkan masalah telah diperoleh, seseorang tidak sekedar dapat menyelesaikan masalah serupa, akan tetapi diharpkan
dapat menyelesaikan masalah yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Gagne seperti dikutip Wasis, menyatakan bahwa kapabilitas adalah
hasil belajar. Ia menyusun kategori kapabilitas belajar menjadi lima jenis, yaitu : 1 informasi verbal, 2 keerampilan intelektual, 3 strategi kognitif,
4 sikap, 5 keterampilan motorik. Kapabilitas pemecahan masalah berada pada hierarki keterampilan intelektual.
7
Keterampilan intelektual merupakan pusat perhatian yang penting dalam kegiatan belajar di sekolah. Dengan keterampilan intelektual, individu
dapat merespon lingkungan belajarnya melalui simbol-simbol, misalnya bahasa, angka, dan gambar.
Berdasarkan Gagne dan Bloom terdapat kesamaan pandangan bahwa hasil belajar keterampilan intelektual merupakan suatu hierarki dari mulai
yang sederhana menuju ke kompleks. Kapabilitas belajar yang paling komplek adalah pemecahan masalah. Karena kapabilitas ini memerlukan berbagai
prasyarat konsep dan kaidah sebagai sub-ordinat. Demikian pula dalam
6
Wasis D. Dwiyogo, Jurnal Teknologi Pembelajaran : Teori dan Penelitin, Malang : FIPUNM, 2000, No.2, h.74
7
Ibid, h. 74
5
taksonomi Bloom, pada tingkat aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi mengandung unsur pemecahan masalah.
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan prilaku belajar terutama yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang
berfikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan “bagaimana” how dan “mengapa” why .
Dalam berfikir rasional siswa dituntut menggunakan logika akal sehat untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan dan
bahkan juga menciptakan hukum-hukum kaidah teoritis dan ramalan- ramalan. Dalam berfikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif
tertentu yang tepat untuk menguji kedalaman gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.
8
Biologi sebagai salah satu mata pelajaran kelompok Sains mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Biologi memiliki
struktur keilmuwan dan metode pembelajaran tersendiri serta terdapatnya produk-produk keilmuwan seperti konsep, teori, postulat dan lain-lain.
Pada kenyataannya, hasil belajar konsep siswa, masih rendah. Salah satu di antaranya adalah penguasaan konsep, atau pemahaman yang salah bisa
terjadi karena kesempatan memformulasikan konsep, rendahnya asumsi awal dan kesalahan deduksi.
9
Berbagai informasi tentang penguasaan konsep Biologi diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk menentukan upaya apa yang
paling efisien yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep Biologi.
Salah satu metode yang dapat digunakan pada mata pelajaran Biologi adalah metode Problem Solving. Melalui proses problem solving ini, Edwards.
L Pizzini yakin bahwa para siswa akan menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Mereka dirangsang untuk menjadi seorang eksprorel, disainer,
pengembangan keputusan, dan sebagai komunikator.
8
Muhibin Syah, Opcit, h.123
9
Betty Marisi Turnip, Penguasaan Konsep IPA dan Pajanannya dalam interaksi kelas di SD Negeri Kotamadya Medan, Medan : 2000, h.172
6
Siswa-siswi di MTsN Cipondoh Tangerang kesulitan dalam memahami konsep-konsep Biologi. Mereka lebih cenderung diberikan
konsep-konsep dengan pendekatan cara lama dimana guru menjelaskan pelajaran sejelas-jelasnya dan siswa mencatat dan menghafalkan. Jadi konsep-
konsep yang diinginkan siswa adalah yang langsung diberikan guru tanpa mereka sendiri yang menemukannya. Akibatnya siswa hanya sekedar
mengetahui konsep-konsep tersebut tanpa memahaminya secara mendalam, menjelaskan keterkaitan konsep yang satu dengan yang lain.
Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan dalam belajar masih dalam metode tradisional yaitu ceramah sehingga siswa tidak mempunyai
kreatifitas berpikir dalam memecahkan masalah pelajaran Biologi. Sehingga penguasaan konsep oleh siswa MtsN Cipondoh masih rendah. Hal ini dapat
dilihat dari hasil semester 1. Berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa didapatkan hasil
Tabel 1 sebagai berikut : 69 siswa kadang-kadang membaca buku Biologi sebelum pelajaran biologi, 85,7 siswa sering mengerjakan tugas yang
diberikan guru biologi dengan sebaik-baiknya, 47,6 siswa kadang-kadang tertarik memperhatikan penjelasan guru, 76,2 siswa kadang-kadang
berdiskusi dengan teman-teman tentang pelajaran biologi, 71,4 siswa sering mencatat materi pelajaran biologi yang dijelaskan guru, 42,9 siswa kadang-
kadang bersemangat mengikuti pelajaran biologi, 50 siswa kadang-kadang bertanya kepada guru bila tidak mengerti, 42,9 siswa kadang-kadang
merasa senang jika tidak ada pelajaran biologi,73,8 siswa sering mengikuti kegiatan dalam pembelajaran biologi, dan sebanyak 71,4 siswa kadang-
kadang kurang memperhatikan penjelasan guru biologi.
7
Table 1 Hasil Angket Cara Belajar siswa
No Pernyataan Sering Kadang-
Kadang Tidak
Pernah
1 Membaca buku biologi sebelum pelajaran
biologi 26,2
69 4,8
2 Mengerjakan tugas yang diberikan guru biologi dengan sebaik-baiknya
85,7 14,3
-
3 Tertarik memperhatikan penjelasan guru
45,2 47,6
7,2 4 Berdiskusi dengan teman-teman tentang
pelajaran pelajaran biologi 14,3
76,2 9,5
5 Mencatat setiap materi biologi yang dijelaskan guru
71,4 26,2
2,4
6 Bersemangat mengikuti pelajaran biologi
38,1 42,9
19 7
Bertanya kepada guru bila tidak mengerti 42,9
50 7,1
8 Merasa senang jika tidak ada pelajaran biologi di kelas
19 42,9
38,1
9 Mengikuti setiap kegiatan dalam pembelajaran biologi di kelas
73,8 16,7
9,5
10 Kurang memperhatikan penjelasan guru biologi
14,3 71,4
14,3
Rata-rata 43,09 45,72 11,19
Konsep di kelas 2 pada umumnya memerlukan penguasaan konsep. Jika siswa salah mengartikan suatu konsep maka akan sangat fatal. Konsep
tersebut saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Misalnya siswa tidak memahami fungsi dari darah maka mereka akan kesulitan untuk
memahami proses pencernaan dan respirasi. Fungsi darah adalah mengangkut oksigen dan sari-sari makanan. Makanan dibakar oleh oksigen yang diperoleh
dari pernapasan. Hasil pembakaran ini akan menghasilkan energi yang
8
digunakan manusia untuk menjalankan aktifitasnya. Apabila siswa tidak menguasai konsep tersebut maka siswa akan kesulitan untuk memahaminya.
Oleh sebab itu peneliti memilih konsep sistem respirasi pada penelitian ini karena materi ini masih berhubungan dengan konsep sistem pencernaan
dan peredaran darah. Metode yang digunakan peneliti adalah problem solving. Karena metode ini berorientasi pada kemampuan berfikir mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penguasaan konsep oleh siswa dengan metode pembelajaran sangat berhubungan erat. Namun belum
diketahui seberapa besar hubungan itu, oleh sebab itu penulis bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan penguasaan konsep oleh
siswa melalui metode problem solving pada konsep sistem respirasi.
B. Identifikasi Masalah