Indonesia Sebagai Negara Transit

citizenship, namun pengungsi Rohingya tersebut sudah menjadi tanggung jawab dari negara ketiga dan tidak lagi berada di dalam pengawasan UNHCR. Apa yang menjadi kebutuhan dan hal-hal yang diperlukan pengungsi Rohingya di negara ketiga, haruslah dipenuhi oleh negara ketiga. Akan dilakukan berbagai tahap oleh negara ketiga terhadap pengungsi Rohingya yang nantinya akan diubah statusnya dari pengungsi refugee menjadi warga negara citizenship. Namun proses tersebut tentunya memakan waktu. Negara ketiga juga akan menyekolahkan pengungsi Rohingya dan memberikan pelatihan khusus bagi orang-orang Rohingya yang memiliki keahlian dan kemampuan yang nantinya akan dipekerjakan dengan layak di negara tersebut. Jika status warga negara citizenship sudah diperoleh maka pengungsi Rohingya resmi menjadi warga negara di pihak ketiga tersebut dan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara di negara ketiga tersebut.

3.7. Indonesia Sebagai Negara Transit

Indonesia merupakan negara transit negara kedua bagi kisah perjalanan pengungsi dimana negara pertama adalah negara asal, dalam penelitian ini negara pertama adalah negara Myanmar sebagai negara asal etnis Rohingya. Negara kedua atau negara transit adalah Indonesia yang merupakan negara yang didatangi para etnis Rohingya untuk mencari perlindungan, serta yang menjadi negara Universitas Sumatera Utara ketiga adalah negara tujuan akhir para pengungsi Rohingya yaitu negara-negara yang telah meratifikasi Konvensi dan Protokol mengenai Kepengungsian. Penanganan etnis Rohingya di Indonesia didasarkan atas pertimbangan sosial yang tinggi dan karena adanya pertimbangan kemanusiaan humanitarian reason. Dalam konteks ini pemerintah Indonesia telah melakukan upaya-upaya keras dan lebih goes extra mile di luar tanggung jawab yang menjadi beban bagi negara pihak Konvensi 19511 guna memberikan perlindungan sementara kepada orang-orang Rohingya yang datang ke Indonesia serta memberikan tempat penampungan sementara shelter. Indonesia sampai saat ini belum ikut menjadi negara yang meratifikasi Konvensi Pengungsi negara ketiga. Sehingga proses registrasi dan penentuan status pengungsi Refugees Status Determination sesuai dengan norma internasional yang berlaku dilakukan oleh pihak UNHCR yang ada di Indonesia. Hal-hal yang membuat Indonesia belum mengikutkan diri dalam negara ketiga adalah sebagai berikut 53  Indonesia masih termasuk ke dalam negara berkembang dengan jumlah penduduk yang sangat banyak. :  Ada rasa ketakutan jika menerima pengungsi sebagai warga negara resmi nantinya dikhawatirkan mengganggu kemanan warga negara Indonesia. 53 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Nur Ibrahim, Kasie Pengungsi Dirjen HAM dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri Indonesia. Universitas Sumatera Utara  Efek jangka panjang yaitu mengganggu keadaan sosial dan ekonomi negara Indonesia.  Di Indonesia masih terdapat banyak orang-orang yang menganggur tidak bekerja, dikhawatirkan jika Indonesia menerima pengungsi sebagai warga negara akan menambah jumlah angka pengangguran di Indonesia.  Di Indonesia masih mempunyai anak-anak terlantar dan kaum miskin yang jauh harus lebih diprioritaskan dibandingkan pengungsi dari negara lain.  Lebih baik mendahulukan membantu korban-korban pengungsi yang ada di negara Indonesia, misalnya pengungsi yang ada di Sinabung, pengungsi kasus Lumpur Lapindo, dan pengungsi- pengungsi yang diakibatkan bencana alam lainnya.  Tidak mudah melakukan kewajiban sebagai negara ketiga seperti pemenuhan kebutuhan para pengungsi, lapangan pekerjaan bagi para pengungsi dan kewajiban lainnya.  Jika Indonesia menjadi negara ketiga maka akan terjadi tingkat kedatangan pengungsi yang sangat melonjak tinggi. Hal ini dapat disimpulkan seperti itu dengan melihat kenyataan dimana masih menjadi negara transit saja sudah banyak pengungsi yang masuk ke Indonesia, apalagi jika sudah menjadi negara ketiga otomatis akan semakin banyak yang datang ke Indonesia. Universitas Sumatera Utara  Pertimbangan lain yang tidak kalah penting berhubungan dengan masyarakat Indonesia pada umumnya, akan banyak terjadi pro kontra jika Indonesia memutuskan menjadi negara ketiga. Dipastikan banyak masyarakat Indonesia yang tidak setuju dikarenakan alasan-alasan seperti lebih baik membantu warga negara sendiri dahulu dibandingikan membantu warga negara lain, apalagi keadaan Indonesia dengan jumlah penduduk yang sudah sangat banyak. Namun walaupun belum menjadi negara ketiga, Indonesia tetap berupaya ikut andil dalam menangani kasus pengungsi termasuk kasus pengungsi Rohingya. Hal yang dilakukan Indonesia seperti memberikan bantuan kemanusiaan secara sukarela, memberikan izin UNHCR untuk menggunakan lokasi penampungan sementara bagi para pengungsi serta proses identifikasi titik pendaratan dan pengaturan penerimaan pencari suaka dan pengungsi. Indonesia berkesimpulan bahwa dalam upaya penanganan pencari suaka dan pengungsi di kawasan, mencakup hal-hal berikut 54 a. Peningkatan kerjasama antara negara asal, negara transit dan negara tujuan guna mencari solusi komprehensif jangka panjang comprehensive, long-term, and durable solution termasuk yang paling penting menyelesaikan akar permasalahan yang dimaksud. : 54 Direktorat HAM dan Kemanusiaan.Op.cit.Hlm. 37-38 Universitas Sumatera Utara Dalam konteks ini, Menlu RI yaitu Retno Marsudi telah bertemu Menlu Myanmar yaitu H.E. Mr. U Wuna Maung Lwin di Kantor Kementerian Luar Negeri Myanmar di Nay Pyi Taw pada tanggal 21 Mei 2015, yang menyepakati kesiapan Pemerintah Myanmar untuk memperkuat langkah dalam rangka mencari akar permasalahan yang ada. Indonesia juga mendorong Myanmar untuk melakukan pencegahan dan penghentian terhadap pelanggaran hak asasi pada orang-orang Rohingya, serta menyarankan Myanmar agar melakukan verfikasi bahwa orang Rohingya adalah termasuk warga negaranya. b. Pentingnya kerjasama antar negara yang terkena dampak affected countries dengan masyarakat internasional, guna membantu dan meringankan beban negara-negara yang terkena dampak berdasarkan prinsip burden sharing and shared responsibilility. c. Pentingnya kerjasama dengan organisasi internasional khususnya UNHCR dan IOM serta organisasi region khususnya ASEAN untuk berkontribusi dan mempercepat penyelesaian masalah pencari suaka dan pengungsi secara komprehensif. d. Mempertimbangkan sifat permasalahan yang multidimensional, kiranya penanganan dan pendekatan komprehensif yang mencakup penegakkan hukum, kejahatan lintas negara, penghormatan HAM dan kemanusiaan, pengungsi dan pembangunan harus dipertimbangkan untuk solusi di masa depan. Universitas Sumatera Utara e. ASEAN dituntut untuk meningkatkan dimensi HAM dan kemanusiaan dalam kerjanya di masa depan agar dapat mengantisipasi kecenderungan meningkatnya arus pencari suaka dan pengungsi. f. ASEAN harus dapat menjamin stabilitas di kawasannya. Untuk itu, pendekatan kepada negara Myanmar terkait isu Rohingya harus mengedepankan pendekatan konstruktif agar tidak mengganggu proses demokratisasi dan reformasi di negara tersebut. g. Pendekatan komprehensif di ASEAN dapat dilakukan melalui penigkatan dan keterpaduan mandat dan kapasitas mekanisme ASEAN yang telah ada. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini keadaan dunia semakin kejam, dimana terjadi banyak peperangan, penindasan, tindakan kriminal, konflik antar negara maupun konfik di dalam negara sendiri serta berbagai tindakan-tindakan yang membahayakan nyawa seseorang akibat dari terdapat permasalahan ideologi, perbedaan pendapat politik, sosial kultural maupun karena perbedaan suku, ras agama. Situasi dan kondisi ini menyebabkan ketidakamanan yang berujung pada ancaman terhadap jiwa manusia dan membuat manusia tersebut harus meninggalkan negaranya. Kasus yang saat ini menjadi pembicaraan dunia adalah penindasan terhadap etnis Rohingya di Myanmar sehingga etnis tersebut harus keluar dari negaranya dan menjadi pengungsi di negara lain. Salah satu negara yang didatangi oleh etnis Rohingya ini adalah negara Indonesia khususnya wilayah Medan. UNHCR sebagai organisasi internasional yang bergerak di bidang kepengurusan pengungsi hadir sebagai jawaban atas pertanyaan kemana para pengungsi tersebut akan mengadu serta menjadi media pelindung bagi para pengungsi-pengungsi internasional, termasuk kepada etnis Rohingya yang ada di Medan. Universitas Sumatera Utara