Faktor yang Mempengaruhi Fermentasi Kacang Kedelai Perubahan yang terjadi Selama Fermentasi

Selain meningkatkan mutu gizi, fermentasi kedelai menjadi tempe juga mengubah aroma kedelai yang berbau langu menjadi aroma khas tempe. Tempe segar mempunyai aroma lembut seperti jamur yang berasal dari aroma miselium kapang bercampur dengan aroma lezat dari asam amino bebas dan aroma yang ditimbulkan karena penguraian lemak. Semakin lama fermentasi berlangsung, aroma yang lembut berubah menjadi tajam karena terjadi pelepasan amonia Hermana dan Sutedja, 1970. Dalam proses fermentasi kedelai, substrat yang digunakan adalah keping-keping biji kedelai yang telah direbus, mikroorganismenya berupa kapang tempe Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer dapat kombinasi dua spesies atau tiga-tiganya dan lingkungan pendukung yang terdiri dari suhu 30 o C, pH awal 6,8 serta kelembaban nisbi 70-80 Yusuf, 2010. Dengan adanya proses fermentasi itu kedelai yang dibuat tempe rasanya menjadi enak dan nutrisinya lebih mudah dicerna tubuh dibandingkan kedelai yang dimakan tanpa mengalami fermentasi. Keuntungan lain dengan dibuat tempe adalah bau langu hilang serta cita rasa dan aroma kedelai bertambah sedap Nurita Puji Astuti, 2009.

2.6.4. Faktor yang Mempengaruhi Fermentasi Kacang Kedelai

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses fermentasi kacang kedelai Wang, 1975 adalah sebagai berikut: 1. Oksigen Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang Rhizopus sp. Aliran udara yang terlalu cepat menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga dihasilkan panas yang dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena itu, apabila digunakan kantong plastik sebagai bahan pembungkus maka sebaiknya pada kantong tersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang yang satu dengan lubang lainnya sekitar 2 cm. Universitas Sumatera Utara 2. Uap Air Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan karena setiap jenis kapang mempunyai uap optimum untuk pertumbuhannya. 3. Suhu Kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu dapat tumbuh baik pada suhu ruang 25-27 o C. Oleh karena itu, maka pada waktu pemeraman, suhu ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan. 4. Keaktifan Laru Laru yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang keaktifannya. Karena itu pada pembuatan tempe sebaiknya digunakan laru yang belum terlalu lama disimpan agar dalam pembuatan tempe tidak mengalami kegagalan.

2.6.5. Perubahan yang terjadi Selama Fermentasi

Selama proses fermentasi, kedelai akan mengalami perubahan fisik maupun kimianya Wang, 1975. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya: 1. Peningkatan kadar nitrogen terlarut Peningkatan ini disebabkan karena adanya aktivitas proteolitik kapang, yang menguraikan protein kedelai menjadi asam-asam amino, sehingga nitrogen terlarutnya akan mengalami peningkatan. 2. Peningkatan pH Dengan adanya peningkatan nitrogen terlarut maka pH juga akan mengalami peningkatan. Nilai pH untuk tempe yang baik berkisar antara 6,3-6,5. 3. Kedelai menjadi mudah dicerna Kedelai yang telah difermentasi menjadi tempe akan lebih mudah dicerna. Selama proses fermentasi karbohidrat dan protein akan dipecah oleh kapang menjadi bagian-bagian yang lebih mudah larut, mudah dicerna dan bau langu dari kedelai juga akan hilang. Universitas Sumatera Utara 4. Perubahan kadar air pada kedelai Kadar air kedelai pada saat sebelum fermentasi mempengaruhi pertumbuhan kapang. Selama proses fermentasi akan terjadi perubahan pada kadar air dimana setelah 24 jam fermentasi, kadar air kedelai akan mengalami penurunan menjadi sekitar 61 dan setelah 40 jam fermentasi akan meningkat lagi menjadi 64. 5. Berkurangnya kandungan oligosakarida Selama fermentasi tempe terjadi pengurangan kandungan oligosakarida penyebab “flatulence”. Penurunan tersebut akan terus berlangsung sampai fermentasi 72 jam. 6. Peningkatan kadar amino bebas Selama fermentasi, asam amino bebas juga akan mengalami peningkatan dan peningkatannya akan mengalami jumlah terbesar pada waktu fermentasi 72 jam Murata, 1967. 7. Peningkatan serat kasar dan vitamin Kandungan serat kasar dan vitamin akan meningkat pula selama fermentasi kecuali vitamin B1 atau yang lebih dikenal dengan thiamin Shurtleff dan Aoyagi, 1979. 8. Pengurangan disakarida Pengurangan disakarida terjadi pada senyawa stakhiosa, rafinosa, dan sukrosa. Penurunan tersebut lebih diakibatkan oleh perendaman dan perebusan kedelai jika dibandingkan dengan fermentasi. Menurut Kasmidjo 1989 perendaman dan perebusan menyebabkan penurunan stakhiosa, rafinosa, dan sukrosa masing-masing menjadi 51, 48, dan 41 dari bahan awalnya, selanjutnya stakhiosa akan berkurang menjadi 7 saja setelah 72 jam fermentasi dan sukrosa akan berkurang menjadi sepertiganya. Universitas Sumatera Utara 9. Penurunan lemak Fermentasi tempe juga mengakibatkan penurunan lemak. Hasil penelitian Kasmidjo 1989 menunjukkan bahwa setelah fermentasi 48 jam menggunakan inokulum Rhizopus sp., 20 lemak akan terhidrolisis oleh enzim lipase. Sedangkan komponen utama lemak kedelai, yaitu asam linoleat akan habis termetabolisasikan pada fermentasi hari ketiga Kasmidjo, 1989

2.6.6. Tempe Sebagai Produk Fermentasi