Viabilitas Spora Kadar Protein BSN, 2011

3.2.8. Aplikasi Laru terhadap Kacang Kedelai

Kacang kedelai disortir dan direbus selama 30 menit. Kacang kedelai yang bermutu direndam selama 22 jam dalam air bacem. Kacang kedelai kemudian dikupas dan dicuci hingga bersih dan direbus selama 60 menit. Kacang kedelai yang telah direbus didinginkan hingga kering. Kacang kedelai yang telah kering ditambahkan laru sebanyak 1,00 yang telah dibuat di atas dan fermentasi dalam wadah plastik selama 2-3 hari. Tempe mulai terbentuk dan dianalisa kualitasnya diuji kadar air dan protein. 3.3. Metode Analisis 3.3.1. Total Plate Count TPC Fardiaz, 1989 Analisis TPC dilakukan dengan menggunakan metoda tuang. Sebanyak 1 gram laru tempe bubuk dilarutkan ke dalam 10 ml larutan pengencer biasanya akuades yang steril, kemudian divortex dan diencerkan hingga pengenceran 10 -8 . Pemupukan dilakukan mulai pengenceran 10 -6 , 10 -7 , dan 10 -8 . Dari masing-masing pengenceran dipipet sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri steril, kemudian dituangkan PCA Plate Count Agar. Selanjutnya cawan diinkubasikan pada suhu 30ºC dalam posisi terbalik selama 3 hari.

3.3.2. Viabilitas Spora

Sebanyak 1 gram laru tempe bubuk dilarutkan dalam 10 ml akuades steril, kemudian diencerkan hingga pengenceran tertentu lalu dilakukan pengamatan dibawah mikroskop dengan menggunakan haemacytometer Hansen, 2005. Gambar haemacytometer dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Penampakan haemacytometer Cara perhitungan dilakukan dengan menghitung jumah spora yang Universitas Sumatera Utara terdapat per mm 2 luasan bidang hitung. Perhitungan dilakukan dengan rumusan sebagai berikut. Keterangan: 10 -4 ml merupakan volume larutan yang diteteskan ke haemacytometer 3.3.3. Kadar Air Sebanyak 1 gram sampel ditempatkan dalam cawan alumunium kemudian dikeringkan di dalam oven bersuhu 105ºC selama 6 jam. Setelah 6 jam, kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang. Perhitungan kadar air dilakukan berdasarkan rumus berikut ini: Keterangan: w 1 = berat sampel sebelum dikeringkan g W 2 = berat sampel setelah dikeringkan g

3.3.4. Kadar Protein BSN, 2011

Sampel ditimbang 1 gram w dalam kaca arloji dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl, kemudian ditambahkan 2 gram campuran Selenium dan 25 ml H 2 SO 4 pekat. Campuran tersebut dipanaskan dalam pemanas listrik sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijau-hijauan. Hasil pemanasan tersebut dibiarkan dingin, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml diencerkan dengan akuades secukupnya. Larutan yang telah diencerkan ini dipipet 50 ml dan dimasukkan ke dalam alat destilasi. Larutan yang di dalam labu destilasi ditambahkan 75 ml larutan NaOH 40 . �����ℎ ������� = �����ℎ ������� 2 � �� 10 −4 �� ����� ��� = � 1 − � 2 � 1 �100 Universitas Sumatera Utara Larutan di atas didestilasi selama 10 menit. Destilat ditampung dalam 10 ml larutan asam boraks 2 yang sebelumnya telah dicampurkan dengan indikator tashiro. Sebelum dititrasi, ujung pendingin dibilas dengan akuades. Larutan campuran destilat tersebut kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1000 N. Volume larutan HCl 0,1000 N dicatat. Hal yang sama juga dikerjakan terhadap blanko. Keterangan: V 1 = Volume HCl 0,1000 N untuk titrasi contoh ml. V 2 = Volume HCl 0,1000 N untuk titrasi blanko ml. N = Normalitas larutan HCl. W = Bobot contoh, dinyatakan dalam miligram mg. 14,007 = Bobot atom Nitrogen. 6,25 = Faktor protein untuk kedelai. Universitas Sumatera Utara 3.4. Bagan Penelitian 3.4.1. Bagan alir pembuatan tepung ampas