Beberapa teori yang mengungkap determinan perilaku dari analisis faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan, salah satunya adalah teori Lawrence Green 1980. • Teori Lawrence Green
Green menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,
yakni faktor perilaku behaviour causes dan faktor diluar perilaku non- behaviour causes. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau
terbentuk dari 3 faktor. a. Faktor-faktor predisposisi predisposing factors, yang terwujud
dalam pengetahuan,, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung enabling factors, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tesedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong reinforcing factors yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengobatan
2.4.1. Usia dan Jenis Kelamin
Pada negara-negara industri, tingginya insidensi TB Paru terjadi pada usia dewasa muda, dimana angka insidensinya sama pada jenis kelamin laki-laki, tetapi akan
menurun pada wanita diatas usia reproduktif. Pada wanita, TB Paru umunya didapat setelah melahirkan. Menurunnya frekuensi penyakit bersamaan dengan
meningkatnya usia pasien TB. Kasus TB Paru lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua, baik pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
terjadi pada laki-laki daripada perempuan, dikarenakan pada usia tua memiliki kemungkinan yang lebih tinggi terinfeksi pada saat-saat tertentu di kehidupannya
Crofton, 2009. Usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis pada umumnya
Universitas Sumatera Utara
menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk TB paru. Makin tua usia akan terjadi perubahan fungsi secara fisiologik, patologik dan
penurunan sistem pertahanan tubuh dan ini akan mempengaruhi kemampuan tubuh menangani OAT yang diberikan. Hal ini menyebabkan terjadinya
peningkatan risiko terinfeksi tuberkulosis sebesar 4-5 kali.
2.4.2. Pendidikan
Kesuksesan pengobatan penderita dipengaruhi oleh pendidikan pasien . Pengetahuan sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin baik
penerimaan informasi tentang pengobatan dan penyakitnya sehingga akan semakin tuntas proses pengobatan dan penyembuhannya, termasuk penyakit TB
paru. Fahrudda 2001 dalam Nainggolan 2013, mendapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan penderita yang dikategorikan rendah akan berisiko lebih dari
2 kali untuk terjadi kegagalan pengobatan dibandingkan dengan penderita dengan tingkat pengetahuan tinggi.
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perilaku kesehatan individu atau masyarakat dan perilaku terhadap penggunaansarana pelayanan kesehatan yang
tersedia. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang lebih tinggi Notoatmojo, 2003. Proporsi kejadian TB lebih
banyak terjadi pada kelompok yang mempunyai pendidikan yang rendah, dimana kelompok ini lebih banyak mencari pengobatan tradisional dibandingkan
pelayanan medis Desmon, 2006 dalam Nainggolan, 2013.
2.4.3. Penyakit penyerta