5.1.4. Analisis Bivariat
Berdasarkan analisis univariat, diketahui bahwa variabel ketersediaan OAT dan peran petugas kesehatan memilki satu jawaban yaitu seluruh pasien 100
menyatakan ketersediaan OAT di Puskesmas dalam keadaan baik dan petugas kesehatan berperan baik dalam melayani pasien. Oleh karena itu variabel
ketersediaan OAT dan peran petugas kesehatan tidak dilakukan uji selanjutnya. Untuk menjelaskan pengaruhfaktor predisposisi, faktor pendorong dan faktor
pendukung dengat kegagalan pengobatan TB Paru digunakan uji statistik fischer dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 5.13 :Hasil Analisis Pengetahuan
Tipe Pasien p
Gagal Kambuh
n n
Pengetahuan Baik
23 35.4
9 100 0.000
Kurang 42
64.6 Total
65 100
9 100
Uji statistik : Fischer Exact Test
Hasil analisis pengetahuan menunjukkan pengaruh secara signifikan dengan kegagalan pengobatan TB Paru dengan nilai p0.05, yaitu p = 0.000.
Tabel 5.14 :Hasil Analisis Sikap
Tipe Pasien p
Gagal Kambuh
n N
Sikap Positif
24 36.9
9 100 0.000
Negatif 41
63.1 Total
65 100
9 100
Uji statistik : Fischer Exact Test
Hasil analisis sikap menunjukkan pengaruh secara signifikan dengan kegagalan pengobatan TB Paru dengan nilai p0.05, yaitu p = 0.000.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.15 :Hasil Analisis PMO
Tipe Pasien p
Gagal Kambuh
n N
PMO Baik
63 96.9
8 88.9 0.326
Kurang 2
3.1 1
11.1 Total
100 100
Uji statistik : Fischer Exact Test
Hasil analisis PMO tidak memiliki pengaruh secara signifikan dengan tingkat kegagalan pengobatan TB Parudengan nilai p0.05, yaitu 0.326.
Tabel 5.16 :Hasil Analisis Fasilitas Kesehatan
Tipe Pasien p
Gagal Kambuh
n N
Fasilitas Kesehatan
Baik 46
70.8 7
77.8 0.501 Kurang
19 29.2
2 22.2
Total 100
100
Uji statistik : Fischer Exact Test
Hasil analisis fasilitas kesehatan tidak memiliki pengaruh secara signifikan dengan tingkat kegagalan pengobatan TB Parudengan nilai p0.05, yaitu 0.501.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Karakteristik Pasien
Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa lebih dari 50 pasien berjenis kelamin laki-laki, baik dalam kelompok pasien gagal maupun kambuh. Hal ini
sesuai dengan penelitian Manalu 2010 yang menyebutkan bahwa penderita TB Paru cenderung lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini
mungkin dikaitkan dengan faktor merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh sehingga lebih mudah
terinfeksi agen penyebab TB Paru. Usia terbanyak pasien ialah kategori usia 28-37 dan 38-47 tahun, masing-
masing dengan jumlah pasien sebanyak 21 dan 20 pasien. Hal ini sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara