menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk TB paru. Makin tua usia akan terjadi perubahan fungsi secara fisiologik, patologik dan
penurunan sistem pertahanan tubuh dan ini akan mempengaruhi kemampuan tubuh menangani OAT yang diberikan. Hal ini menyebabkan terjadinya
peningkatan risiko terinfeksi tuberkulosis sebesar 4-5 kali.
2.4.2. Pendidikan
Kesuksesan pengobatan penderita dipengaruhi oleh pendidikan pasien . Pengetahuan sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin baik
penerimaan informasi tentang pengobatan dan penyakitnya sehingga akan semakin tuntas proses pengobatan dan penyembuhannya, termasuk penyakit TB
paru. Fahrudda 2001 dalam Nainggolan 2013, mendapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan penderita yang dikategorikan rendah akan berisiko lebih dari
2 kali untuk terjadi kegagalan pengobatan dibandingkan dengan penderita dengan tingkat pengetahuan tinggi.
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perilaku kesehatan individu atau masyarakat dan perilaku terhadap penggunaansarana pelayanan kesehatan yang
tersedia. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang lebih tinggi Notoatmojo, 2003. Proporsi kejadian TB lebih
banyak terjadi pada kelompok yang mempunyai pendidikan yang rendah, dimana kelompok ini lebih banyak mencari pengobatan tradisional dibandingkan
pelayanan medis Desmon, 2006 dalam Nainggolan, 2013.
2.4.3. Penyakit penyerta
Jurnal Tuberkulosis Indonesia yang diterbitkan oleh Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia PPTI pada Maret 2012 diantaranya melaporkan bahwa
adanya penyakit lain menyertai seperti Diabete MelitusDM dan infeksi HIV – AIDS dapat menyebabkan kegagalan pengobatan TB paru.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wulandari dan Sugiri 2013, Diabetes Melitus DM meningkatkan risiko infeksi tuberkulosis TB aktif sebesar 3,11 kali. Dengan
peningkatan pandemik DM yang 80 berada di daerah endemik TB, maka TB akan menjadi masalah besar di masa yang akan datang. Meskipun laju insidens
TB mengalami penurunan tapi belum mencapai angka yang diharapkan, yaitu target laju insidens sebesar 1 kasus baru per 1 juta penduduk. Diabetes merupakan
penyakit dengan dampak gangguan sistem imun, terutama sistem imun selular. Sistem ini berperan utama untuk menghambat terjadinya infeksi TB. Diabetes
memberikan dampak manifestasi TB yang lebih buruk daripada penderita TB tanpa DM. Diabetes dapat menjadi faktor risiko ditemukannya BTApada sputum,
dengan konversi yang lebih lama dari pada penderita TB tanpa DM, sehingga meningkatkan risiko penularan dan risiko resistensi kuman. Diabetes juga
mempengaruhi prognosis pada pengobatan TB, dalam hal ini dapat meningkatkan kematian, risiko kegagalan terapi dan relaps.
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler cellular immunity sehingga jika terjadi infeksi oportunistik seperti
tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka
jumlah penderita tuberkulosis paru akan meningkat, dengan demikian penularan tuberkulosis paru di masyarakat akan meningkat pula.
2.4.4. Merokok
Penurunan daya tahan tubuh dapat disebabkan oleh konsumsi rokok Leung, 2010, sehingga dapat mempengaruhi kesembuhan pengobatan penderita TB paru.
Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan‐ bahan yang dapat menimbulkan kanker karsinogen. Bahan berbahaya dan racun dalam
rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang merokok, namun juga kepada orang disekitarnya yang tidak merokok. Perkembangan
bakteri mycobacterium akan lebih mudah jika sistim imun di paru melemah yang diakibatkan oleh merokok.
Universitas Sumatera Utara
2.4.5. Pengetahuan