Kajian Teori KAJIAN PUSTAKA

diperoleh melalui kegiatan yang dilakukan oleh individu sendiri, bukan orang lain dan dengan penguasaan total. c. Jenis-jenis Belajar Berdasarkan jenisnya, belajar terdiri dari 11 jenis. Jenis-jenis belajar tersebut diantaranya: belajar bagian, belajar dengan wawasan, belajar diskriminatif, belajar global, belajar insidental, belajar instrumental, belajar intensional, belajar laten, belajar mental, belajar produktif, dan belajar verbal Slameto, 2010: 5-8. 1 Belajar bagian part learning, fractioned learning , umumnya dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif. 2 Belajar dengan wawasan learning by insight , merupakan kreasi dari rencana penyelesaian yang mengontrol rencana-rencana subordinasi lain pola tingkah laku yang telah terbentuk. 3 Belajar diskriminatif discriminative learning, diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasistimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. 4 Belajar globalkeseluruhan global whole learning, dimana bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya; lawan dari belajar bagian. 5 Belajar insidental incidental learning, yaitu apabila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak. 6 Belajar instrumental instrumental learning , adalah reaksi-reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Dalam hal ini maka salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah “pembentukan tingkah laku”. 7 Belajar intensional intentional learning , adalah belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental. 8 Belajar laten latent learning , dimana perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera. 9 Belajar mental mental learning , dimana perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. 10 Belajar produktif productive learning , yaitu apabila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain. 11 Belajar verbal verbal learning , adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. Dari uraian mengenai jenis belajar, kita mengetahui bahwa belajar bisa diperoleh dari siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Belajar bisa terbentuk karena lingkungan sekitar atau karena kemauan individu untuk membentuk suatu tingkah laku yang diinginkan. Belajar tidak selalu tentang kognitif namun juga tentang pembentukan pribadi individu. 2. Hasil Belajar Menurut Sudjana 2005: 22, hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley dalam Sudjana, 2005: 22 membagi hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, dan sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne dalam Sudjana, 2005: 22 membagi hasil belajar dalam lima kategori, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Menurut Bloom dalam Agus Suprijono, 2010: 6-7, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge pengetahuan, ingatan, comprehension pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh, application menerapkan, analysis menguraikan, menentukan hubungan, synthesis mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, dan evaluation menilai. Domain afektif adalah receiving sikap menerima, responding memberikan respon, valuing nilai, organization organisasi, dan characterization karakterisasi. Domain psikomotor meliputi initiatory , pre-routine , dan routinized . Dalam dunia pendidikan, hasil belajar digunakan sebagai tolak ukur untuk melihat keberhasilan suatu pembelajaran. Menyatakan keberhasilan dari hasil belajar, setiap pendidik tentunya memiliki pandangan yang berbeda-beda. Namun untuk menyetarakan pandangan tersebut dapat digunakan kurikulum sebagai acuan pendidikan, dimana dalam kurikulum telah ditentukan tujuan-tujuan dari setiap pembelajaran. Dengan mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran tersebut maka pembelajaran dapat dikatakan berhasil sehingga hasil belajar yang diperoleh pun bisa maksimal. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, hasil belajar merupakan kemampuan, keterampilan, keahlian yang diperoleh seseorang sebagai akibat adanya kegiatan belajar yang membentuk pengalaman belajar; perubahan tersebut terjadi secara keseluruhan aspek potensi. Hasil belajar yang diperoleh siswa sebagai tolak ukur terhadap daya tangkap siswa terhadap suatu hal yang diterima. 3. Kebiasaan Belajar Menurut Aunurrahman 2012: 185, kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya. Berbeda dengan pendapat tersebut, Syah 2013: 128 menyampaikan kebiasaan belajar adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-perbaikan yang telah ada. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu. Sedangkan menurut Djaali 2014: 128, kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan. Kebiasaan belajar merupakan perilaku belajar siswa ketika menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu dalam menyelesaikan kegiatan yang telah tertanam dalam sejak lama. Perilaku tersebut adalah suatu proses membentuk kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada dengan tujuan membentuk kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih baik dan positif. Jadi kebiasaan belajar dalam hal ini adalah cara belajar individu yang paling sering dilakukan dan terbentuk karena adanya aktivitas belajar yang dilakukan secara berkala atau berulang-ulang baik disengaja maupun tidak disengaja sehingga terbentuklah suatu kebiasaan belajar. a. Aspek Kebiasaan Belajar Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan, cara-cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar juga akan mempengaruhi belajar itu sendiri. Uraian ini membahas kebiasaan belajar yang mempengaruhi belajar, khususnya pembuatan jadwal dan pelaksanaannya, membaca dan membuat catatan, mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi, dan mengerjakan tugas Slameto, 2010: 82-91. 1 Pembuatan Jadwal dan Pelaksanaannya Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang setiap harinya. Jadwal juga berpengaruh terhadap belajar. Agar belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil perlulah seseorang siswa mempunyai jadwal yang baik dan melaksanakannya dengan teraturdisiplin. 2 Membaca dan Membuat Catatan Membaca besar pengaruhnya terhadap belajar. Hampir sebagian besar kegiatan belajar adalah membaca. Agar dapat belajar dengan baik maka perlulah membaca dengan baik pula, karena membaca adalah alat belajar. Salah satu metode membaca yang baik dan banyak dipakai untuk belajar adalah metode SOR4 atau Survey meninjau , Question mengajukan pertanyaan , Read membaca , Recite menghafal , Write menulis , dan Review mengingat kembali. 3 Mengulangi Bahan Pelajaran Mengulangi besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan review “bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan” akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting, adalah mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari. Cara ini dapat ditempuh dengan cara membuat ringkasan, kemudian mengulang cukup belajar dari ringkasan ataupun juga dapat dari mempelajari soal jawab yang sudah pernah dibuatnya. 4 Konsentrasi Konsenstrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran. 5 Mengerjakan Tugas Prinsip belajar adalah ulangan dan latihan-latihan. Mengerjakan tugas dapat berupa pengerjaan tesulangan atau ujian yang diberikan guru, tetapi juga termasuk membuatmengerjakan latihan-latihan yang ada dalam buku-buku ataupun soal-soal buatan sendiri. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Sudjana 2014: 165-173, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar yakni: cara mengikuti pelajarankuliah di sekolahperguruan tinggi, cara belajar mandiri, cara belajar kelompok, cara mempelajari buku pelajaran atau text book , dan cara menghadapi ujian. 1 Cara mengikuti pelajarankuliah Cara mengikuti pelajaran di sekolah atau kuliah di perguruan tinggi merupakan bagian penting dari proses belajar sebab dalam proses belajar tersebut, sebagai siswa dan atau mahasiswa diberikan arahan tentang apa dan bagaimana bahan pelajaranbahan kuliah harus dikuasai. Tanamkan pada diri anda bahwa pengorbanan hari ini adalah kebagaiaan di hari esok. Sakit dahulu dan senang kemudian. 2 Cara belajar mandiri di rumah Belajar mandiri di rumah adalah tugas paling pokok dari setiap siswamahasiswa. Syarat utama belajar di rumah adalah adanya keteraturan belajar misalnya memiliki jadwal belajar tersendiri sekalipun terbatas waktunya. Bukan lamanya belajar yang diutamakan tetapi kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar. Belajar teratur di rumah selama dua jam sekalipun setiap harinya, jauh lebih penting dari belajar 6 jam namun hanya dilakukan pada hari-hari tertentu saja. Demikian pula bukan banyaknya materi yang dipelajari yang harus diutamakan, tapi seringnya mempelajari bahan tersebut sekalipun tidak banyak. Ada rumus yang menyatakan bahwa 5× lebih baik dari ×5. Artinya lima kali belajar masing-masing dua topik lebih baik hasilnya daripada dua kali belajar masing-masing lima topik. 3 Cara belajar kelompok Cara belajar mandiri di rumah biasanya sering menimbulkan kebosanan dan kejenuhan. Untuk mengatasinya variasikan dengan cara belajar bersama dengan teman yang paling dekat. Apalagi bila ada tugas dari gurudosen baik tugas perorangan maupun tugas kelompok. Belajar bersama bisa dilakukan di rumah bisa juga di tempat lain misalnya di perpustakaan, di sekolah atau di tempat tertentu yang disepakati bersama. Belajar bersama pada dasarnya memecahkan persoalan secara bersama. Artinya setiap orang turut memberikan sumbangan pikiran dalam memecahkan persoalan tersebut sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Pikiran dari banyak orang biasanya lebih sempurna daripada satu orang. Diskusi merupakan cara yang paling baik dalam belajar bersama. 4 Mempelajari buku teks Buku adalah sumber ilmu, oleh karenanya membaca buku adalah keharusan bagi siswa dan mahasiswa. Kebiasaan membaca buku harus dibudayakan dalam kehidupan anda terutama buku- buku ilmiah. Dengan membaca buku anda akan lebih kaya dalam memahami bahan pelajaran yang diberikan gurudosen. Bahkan tidak mustahil anda lebih tahu terlebih dahulu sebelum bahan tersebut diberikan guru. 5 Menghadapi ujian Momentum yang paling kritis dan paling mencemaskan di kalangan para siswamahasiswa termasuk dosen yang menjadi mahasiswa adalah saat menghadapi ujianulangantes. Kecemasan, kesibukan belajar mulai meningkat, sebaliknya istirahat dan perilaku santai mulai menurun. Ketegangan psikologis, seperti rasa cemas, was-was dan lain-lain mulai tumbuh bahkan kepercayaan diri mulai berkurang, sehingga datang ke rumah teman untuk belajar bersama hampir tiap hari dilakukan. Pendek kata kesibukan belajar ditumpahkan pada saat itu, berbeda dengan hari-hari biasanya. Gambaran tersebut tentu saja keliru, setidak-tidaknya seperti pahlawan kesiangan. Hindari gejala tersebut dengan membiasakan diri belajar teratur setiap saat. Dengan demikian peristiwa ujian adalah peristiwa biasa bukan hal yang luar biasa. Bagi mereka yang sudah biasa belajar teratur tidak lagi belajar karena mau ujian, tetapi mau ujian karena belajar. Sekalipun demikian kewaspadaan selalu harus dijaga. Belajar harus tetap dilakukan seperti biasanya tidak ada hal-hal yang luar biasa. Menurut Aunurrahman 2012: 185, ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan belajar tidak baik dalam belajar yang sering kita jumpai pada sejumlah siswa, seperti: 1 Belajar tidak teratur 2 Daya tahan belajar rendah belajar secara tergesa-gesa 3 Belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian 4 Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap 5 Tidak terbiasa membuat ringkasan 6 Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran 7 Senang menjiplak pekerjaan teman termasuk kurang percaya diri di dalam menyelesaikan tugas 8 Sering datang terlambat 9 Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk misalnya merokok Jenis-jenis kebiasaan belajar di atas merupakan bentuk-bentuk perilaku belajar yang tidak baik karena mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar diperoleh. b. Pembentukan Kebiasaan Belajar yang Baik Crow Crow dalam Purwanto 2011: 116 mengemukakan cara- cara belajar yang baik, yaitu 1 Adanya tugas-tugas yang jelas dan tegas 2 Belajar membaca yang baik 3 Gunakan metode keseluruhan dan metode bagian 4 Pelajari dan kuasai bagian-bagian yang sukar dari bahan yang dipelajari 5 Buat catatan-catatan pada waktu belajar 6 Kerjakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan 7 Hubungkan materi-materi baru dengan materi yang lama 8 Gunakan berbagai sumber belajar 9 Pelajari baik-baik tabel, peta, grafik, dan gambar 10 Membuat rangkuman 4. Model Pembelajaran Jigsaw Syaiful Sagala dalam Indrawati dan Wanwan Setiawan, 2009: 27 mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Agus Suprijono 2010: 46 berpendapat bahwa model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Berdasarkan pada pendapat ahli, model pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu pola atau konsep yang digunakan untuk melakukan proses pembelajaran agar tujuan belajar dapat tercapai. Model pembelajaran digunakan sebagai pilihan oleh guru atau fasilitator dalam merencanakan proses pembelajaran. Model pembelajaran yang nantinya dipilih adalah model pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan kemampuan peserta didik. Selain itu juga dapat mencapai tujuan dalam suatu pembelajaran. Banyak model pembelajaran inovatif yang dapat dijadikan pilihan oleh guru atau fasilitator, salah satunya adalah cooperative learning models atau model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif coorperative learning menurut Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi 2010: 67 merupakan model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Menurut Slavin dalam Taniredja dkk, 2011: 55, “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dengan kemampuan beragam belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan siswa saling kerja sama sehingga dapat merangsang siswa lebih bersemangatio dalam belajar. Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa cooperative learning merupakan model pembelajaran dimana siswa dengan kemampuan yang beragam belajar di dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan belajar; dimana siswa juga diajarkan untuk menerima keragaman dan saling membantu. Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak beberapa variasi. Menurut Trianto 2011: 67, setidaknya terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, yaitu STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok Teams Games Tournaments atau TGT, dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share TPS dan Numbered Head Together NHT. Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw menitik-beratkan kepada kerja kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Model Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen. Siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran Jigsaw, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya Rusman dalam Shoimin, 2014: 90. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai model pembelajaran Jigsaw: a. Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan di Universitas John Hopkin Sugianto, 2010:45. Menurut Slavin 2005: 246, Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel. Pendapat lain diungkapkan oleh Sudrajat 2008: 1, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Hisyam Zaini 2008: 56 menyatakan bahwa model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain. Berdasarkan pernyataan para ahli di atas, model pembelajaran Jigsaw merupakan pembelajaran yang menitik beratkan siswa untuk bekerja di dalam tim, dimana siswa dalam suatu kelas dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang dan setiap anggota bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar yang diperoleh dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompok. b. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw sebagai Model Pembelajaran Joyce dan Weil 2000 mengemukakan bahwa setiap model pembelajaran harus memiliki lima unsur karakteristik model, yaitu sintakmatik, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak instruksional dan pengiring. Adapun kelima bagian tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1 Langkah-langkah Pembelajaran Dalam menggunakan dan melaksanakan suatu model pembelajaran dalam melakukan proses pembelajaran tidak bisa dilakukan dengan sembarangan, namun perlu adanya langkah yang jelas tentang model pembelajaran yang akan digunakan tersebut. Dalam hal ini mengenai model pembelajaran Jigsaw. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran Jigsaw menurut Rusman 2008: 36 menyatakan langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw sebagai berikut: a Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang siswa. b Tiap orang dalam tim diberi bagian materi berbeda. c Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan. d Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru kelompok ahli untuk mendiskusikan sub bab mereka. e Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke dalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama. f Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. g Guru memberi evaluasi. h Penutup. 2 Sistem Sosial Sistem sosial dalam model pembelajaran berfungsi untuk menjelaskan peran dari siswa dan guru, dan juga hubungan keduanya. Kaitannya dengan sistem sosial dalam model pembelajaran Jigsaw, dimana proses pembelajaran berpusat pada siswa, siswa tidak hanya pasif atau sebagai objek namun siswa adalah subjek yang berperan aktif sehingga siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Sedangkan guru berperan sebagai fasilitator yang mengendalikan proses pembelajaran agar dapat berlangsung menyenangkan. 3 Prinsip Reaksi Prinsip reaksi pada model pembelajaran Jigsaw nampak dari kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Tiap siswa dalam kelompok asal memiliki tanggung jawab perseorangan untuk setiap materi yang diperoleh, siswa saling bertatap muka untuk mengkomunikasikan pengetahuan yang diperoleh kepada anggota kelompoknya, sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki ketergantungan yang positif untuk saling berbagi. Sedangkan prinsip reaksi guru dalam model pembelajaran Jigsaw yaitu dengan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan kondusif, guru sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa, dan mengajak siswa untuk saling bekerja sama secara positif. 4 Sistem Pendukung Dalam melaksanakan suatu model pembelajaran inovatif, tentunya diperlukan fasilitas pendukung pembelajaran seperti sarana, prasarana, alat, bahan, dll yang dapat mendukung pembelajaran agar lebih menarik perhatian siswa. Namun dalam pelaksanaan model pembelajaran Jigsaw tidak memerlukan fasilitas khusus seperti alat atau sarana khusus, melainkan hanya membutuhkan tempat untuk diskusi, buku-buku yang relevan dengan materi yang dipelajari, dan latihan soal. 5 Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring a. Dampak Instruksional Dampak instruksional atau dampak langsung yang akan dirasakan siswa dalam penerapan model pembelajaran Jigsaw antara lain kemandirian siswa akan meningkat dengan adanya aktivitas dalam kelompok dan interaksi dengan tutor sebaya, pembelajaran akan lebih bermakna karena siswa sendiri yang berperan aktif sebagai subjek, siswa lebih berpikir kritis, dan kemampuan siswa bekerja sama dan menghargai orang lain semakin diasah. b. Dampak Pengiring Dampak pengiring atau dampak tidak langsung dalam penerapan model pembelajaran Jigsaw bagi siswa antara lain siswa lebih mandiri dalam membangun pengetahuannya yaitu siswa mencari sendiri pengetahuan yang diperlukan, siswa menjadi pribadi yang lebih terbuka terhadap pendapat orang lain dengan mampu menghargai pendapat orang lain bahkan diharapkan dapat menyatukan pendapat yang berbeda melalui kegiatan diskusi kelompok. c. Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw Suatu model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dibandingkan model pembelajaran lainnya. Demikian pula dengan model pembelajaran Jigsaw yang memiliki kelebihan. Menurut Wardani 2002: 87 kelebihan model pembelajaran Jigsaw antara lain: 1 Dari segi efektivitas, secara umum pada model cooperative learning tipe Jigsaw lebih aktif dan saling memberikan pendapat sharing ideas. Karena suasana belajar lebih kondusif, baru, dan adanya penghargaan yang diberikan kelompok, maka masing- masing kelompok berkompetisi untuk mencapai prestasi yang baik. 2 Siswa lebih memiliki kesempatan berinteraksi sosial dengan temannya. 3 Siswa lebih aktif dan kreatif, serta memiliki tanggungjawab secara individual. Shoimin 2014: 93 juga mengungkapkan pendapat senada mengenai kelebihan model pembelajaran Jigsaw, yaitu: 1 Memungkinkan murid dapat mengembangkan kreativitas, kemampuan, dan daya pemecahan masalah menurut kehendaknya sendiri. 2 Hubungan antara guru dan murid berjalan secara seimbang dan memungkinkan suasana belajar menjadi sangat akrab sehingga memungkinkan harmonis. 3 Memotivasi guru untuk bekerja lebih aktif dan kreatif. 4 Mampu memadukan berbagai pendekatan belajar, yaitu pendekatan kelas, kelompok, dan individual. Model pembelajaran Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran yang inovatif, karena siswa lebih kreatif dan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa berlatih berinteraksi dengan teman untuk berani mengungkapkan pendapatnya dan juga siswa belajar bertanggung jawab terhadap kewajibannya. d. Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran Jigsaw juga memiliki kelemahan. Menurut Wardani 2002: 87, kekurangan model pembelajaran Jigsaw yaitu: 1 Terdapat kelompok siswa yang kurang berani mengemukakan pendapat atau bertanya, sehingga kelompok tersebut dalam diskusi menjadi kurang hidup. 2 Memerlukan waktu yang relatif cukup lama dan persiapan yang matang antara lain pembuatan bahan ajar dan LKS benar-benar memerlukan kecermatan dan ketepatan. Melengkapi pendapat tersebut, Kurnia 2005: 43 dalam Agus Riyanto 2012: 24 memaparkan beberapa kelemaham model copperative learning tipe Jigsaw, yaitu: 1 Siswa tidak terbiasa dengan model pembelajaran tipe Jigsaw, sehingga proses pembelajarannya menjadi kurang maksimal. 2 Alokasi waktu kurang mencukupi. 3 Masih ada siswa yang kurang bertanggungjawab, sehingga pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw menjadi kurang efektif. 4 Kebiasaan adanya pembicaraan yang didominasi oleh seseorang. Model pembelajaran Jigsaw masih sangat jarang digunakan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Hal tersebut mungkin terjadi karena pendidik sudah terlalu nyaman menggunakan model pembelajaran konvensional. Selain itu pendidik kerap menganggap bahwa model pembelajaran yang demikian menggunakan waktu yang cukup lama, sedangkan materi yang akan dibahas berdasarkan kurikulum sangat banyak, sehingga pendidik menilai kurang memungkinkan menggunakan model pembelajaran tersebut. Kelemahan penggunaan model pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran, selain membutuhkan waktu yang cukup lama juga memerlukan pengawasan dari guru bagi setiap kelompok agar diskusi kelompok menjadi hidup dan juga banyaknya anggota dalam setiap kelompok tidak boleh kurang dari kriteria yaitu harus terdiri dari 4-6 orang setiap kelompok. 5. Statistika Somantri 2006: 18 menyatakan statistik diartikan sebagai kumpulan fakta yang berbentuk angka-angka yang disusun dalam bentuk daftar atau tabel yang menggambarkan suatu persoalan. Statistik adalah hasil-hasil pengolahan dan analisis data. Statistik dapat berupa mean, modus, median, dan sebagainya. Statistik dapat digunakan untuk menyatakan kesimpulan data berbentuk bilangan yang disusun dalam bentuk tabel atau diagram yang menggambarkan karakteristik data. Somantri 2006:17 menyatakan bahwa statistika dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana cara kita mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menginterpetasikan data sehingga dapat disajikan lebih baik. Statistika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara pengumpulan, penyusunan, pengolahan, penganalisisan, penyajian, dan penarikan kesimpulan dari suatu data berdasarkan kumpulan dan analisis data yang telah dilakukan. Kita sering mendengar kata statistik dan statistika. Bagi orang awam, kedua hal tersebut merupakan hal yang terlihat sama dan menganggap mempunyai makna dan arti yang sama. Berdasarkan pendapat ahli di atas, sebenarnya statistik dan statistika adalah dua hal yang sangat berbeda. Statistik adalah hasil dari pengolahan data sedangkan statistika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari statistik. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa statistik merupakan bagian dari statistika. a. Istilah-istilah dalam Statistika 1 Statistika Deskriptif dan Statistika Inferensia Menurut Walpole 1993: 2, statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Statistika deskriptif memberikan informasi hanya mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang gugus data induknya yang lebih besar. Penyusunan tabel, diagram, grafik, dan besaran- besaran lain di majalah dan koran-koran termasuk dalam kategori statistika deskriptif. Statistika inferensia mencakup semua metode yang berhubungan dengan analisis sebagian data untuk kemudian sampai pada peramalan atau penarikan kesimpulan mengenai keseluruhan gugus data induknya Walpole, 1993: 5. Statistika inferensia dibagi menjadi dua macam, yaitu statistika parametrik dan nonparametriik. Statistika parametrik digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Sedangkan statistika nonparametrik tidak menguji parameter populasi, tetapi menguji distribusi. Penggunaan keduanya juga tergantung pada jenis data yang dianalisi. Statistika parametrik kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio, sedangkan statistika nonparametrik kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal, ordinal. Sugiyono, 2011: 149-150. Contohnya: catatan kelulusan selama 5 tahun terakhir di suatu perguruan tinggi menunjukkan bahwa 72 di antara mahasiswa baru yang masuk ke perguruan tinggi tersebut berhasil menyelesaikan studinya. Nilai numerik 72 tersebut termasuk statistika deskriptif. Jika berdasarkan hal ini kemudian anda menyimpulkan bahwa peluang anda lulus sarjana adalah 80, berarti anda melakukan statistika inferensia yang tentu saja mempunyai sifat tidak pasti. 2 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian kita, sedangkan sampel adalah suatu himpunan bagian dari populasi Walpole, 1993: 7. Contoh dari populasi adalah mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma. Contoh sampel adalah mahasiswa Kelas B Pendidikan Matematika 2013 Universitas Sanata Dharma yang berambut lurus. Menurut Usman 2008, 183-186, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam mengambil sampel. Teknik pengambilan contoh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1 sampling random probability sampling , yaitu pengambilan contoh secara acak random yang dilakukan dengan cara undian, ordinal atau tabel bilangan random atau dengan komputer; 2 sampling nonrandom nonprobability sampling atau disebut juga sebagai incidental sampling, yaitu pengambilan contoh tidak secara acak. Teknik sampling random terdiri atas empat macam yaitu: random sederhana, bertingkat, kluster, dan sistematis. Teknik sampling nonrandom terdiri atas tiga macam yaitu: kebetulan, bertujuan, dan kuota. b. Ukuran Pemusatan Menurut Walpole 1982:23-26, sembarang ukuran yang menunjukkan pusat segugus data, yang telah diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar atau sebaliknya dari terbesar sampai terkecil, disebut ukuran lokasi pusat atau ukuran pemusatan. Ukuran pemusatan yang paling banyak digunakan adalah rata-rata atau mean, median, dan modus. 1 Rata-rata atau Mean Rata-rata stabil untuk matematik dan paling cocok untuk menghadapi distribusi normal dan paling reliabel untuk alat penafsiran atau ramalan prediksi. Rata-rata dihitung dengan rumus: �̅ = ∑ � � ∑ � � dimana �̅ = rata-rata �, ∑ � � = jumlah data �, dan ∑ � � = jumlah anggota sampel. Sedangkan untuk data berkelompok digunakan rumus �̅ = ∑ � � � �= � ∑ � � �= dimana � � = nilai data ke- � dan � � = frekuensi nilai data ke-�. Jika �̅ adalah rata-rata untuk sampel, maka � adalah rata-rata untuk populasi. Usman, 2008: 89. 2 Median Median yang selanjutnya disingkat Me ialah nilai tengah- tengah dari data yang diobservasi, setelah data tersebut disusun mulai dari urutan yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya. Jika jumlah datanya ganjil, maka Me terdapat di tengah-tengah. Jika jumlah datanya genap, maka Me didapat dengan dua data di tengah-tengah kemudian dibagi dua Usman, 2008: 83-84. Sedangkan pada data berkelompok digunakan rumus = + �− � �� � dimana = tepi bawah kelas median, � � = frekuensi kumulatif sebelum kelas median, � � = frekuensi kelas median, dan � = panjang kelas. 3 Modus Modus atau mode ialah nilai data yang paling sering muncul di dalam suatu pengamatan. Jika nilai yang muncul itu hanya ada satu macam saja, maka modus tersebut dinamakan unimodal. Dan jika nilai yang muncul ada dua macam, maka modus tersebut dinamakan bimodal. Demikian seterusnya. Modus sering juga disingkat Mo. Untuk data kelompok, maka digunakan rumus = + + � dimana = tepi bawah kelas modus, � = selisih frekuensi kelas modus dan kelas sebelumnya, � = selisih frekuensi kelas modus dan kelas sesudahnya, � = panjang kelas Modus merupakan alat deskripsi yang tepat namun kasar dan hanya sesuai untuk mendeskripsikan kasus-kasus tipikal atau alat untuk mencari kejadian-kejadian yang sedang popular saja Usman, 2008: 93. c. Ukuran Letak 1 Kuartil Kuartil ialah jika sekumpulan data dibagi empat bagian sama banyaknya, setelah data disusun menurut nilai terkecil sampai terbesar. Ada tiga kuartil yaitu: Kuartil pertama = � , kuartil kedua = � , dan kuartil ketiga = � . Nama diberi dari kuartil terkecil dan untuk menentukan nilai kuartil sebagai berikut: 1 susun urutan data dari terkecil sampai terbesar, 2 tetapkan 1 tingkat kuartil, 3 tetapkan nilai kuartil Usman, 2008: 85. Menentukan letak � � = data ke − � �+ dengan � = , , dan mencari � � = � + � �.� 4 −� dengan � = , , dimana � = batas kelas � � ialah kelas interval dimana � � akan terletak, � = banyaknya data, � = panjang kelas � � , � = jumlah frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas � � , dan � = frekuensi kelas � � Usman, 2008: 85. 2 Desil Desil ialah jika sekumpulan data dibagi sepuluh bagian sama banyaknya, setelah disusun dari yang terendah sampai yang tertinggi. Perhitungannya analog dengan kuartil, hanya rumusnya berbeda. Menentukan letak � � = data ke − � �+ dengan � = , , , … ,9 dan mencari � � = � + � �.� −� dengan � = , , , … ,9 dimana � = batas kelas � � ialah kelas interval dimana � � akan terletak, � = banyaknya data, � = panjang kelas � � , � = jumlah frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas � � , dan � = frekuensi kelas � � Usman, 2008: 87. 3 Persentil Persentil ialah sekumpulan data yang dibagi 100 bagian yang sama besar, setelah data itu disusun mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi; sehingga menghasilkan 99 pembagi. Cara menghitung persentil seperti halnya menghitung desil. Perbedaannya terletak pada rumusnya yaitu: letak � � = data ke − � �+ dengan � = , , , … ,99 dan mencari � � = � + � �.� −� dengan � = , , , … ,99 dimana � = batas kelas � � ialah kelas interval dimana � � akan terletak, � = banyaknya data, � = panjang kelas � � , � = jumlah frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas � � , dan � = frekuensi kelas � � . Persentil berguna untuk 1 membagi distribusi menjadi beberapa kelas yang sama besar frekuensinya, 2 memisahkan sebagian distribusi dari sisanya, 3 menyusun norma penilaian, dan 4 menormalisasikan distribusi. d. Ukuran Penyebaran atau Keragaman atau Simpangan Menurut Walpole 1982: 31, kita perlu mengetahui seberapa jauh pengamatan-pengamatan itu menyebar dari rata-ratanya. Sangat mungkin kita memiliki dua kumpulan pengamatan yang mempunyai nilaitengah atau median yang sama, tetapi sangat berbeda keragamannya. Statistik paling penting untuk mengukur keragaman data adalah wilayah rentang dan ragam variansi. 1 Rentang Usman 2008: 95 menyatakan bahwa rentang ialah ukuran variansi yang paling sederhana yang dihitung dari datum terbesar dikurangi datum terkecil. Rumusnya ialah: Rentang = datum te e − datum te e il atau � = � ��� − � �� . 2 Simpangan Baku dan Varians Simpangan baku ialah suatu nilai yang menunjukkan tingkat variasi suatu kelompok data. Jika simpangan baku tersebut dikuadratkan, maka ia disebut varians. Simpangan baku untuk data sampel disebut � dan variansnya ialah � , sedangkan simpangan baku untuk data populasi disebut � dan variansnya ialah � . Jadi � dengan � merupakan statistik dan � serta � merupakan parameter. Jika kita mempunyai sampel berukuran � dengan data � , � , � , … , � � dan rata-rata �, maka � = ∑ � � −� �− . Jika datanya sudah disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, maka � = � ∑ � � � − ∑ � � � � �− .

B. Kerangka Berpikir

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Keberhasilan seseorang dalam belajar ditentukan oleh bagaimana cara-cara belajar orang tersebut sehingga membentuk kebiasaan belajar dan cara belajar yang benar dan efektif akan membentuk suatu kebiasaan belajar yang baik. Dalam mempelajari sesuatu, tentunya setiap siswa memiliki kebiasaan belajar masing-masing. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik akan mendapatkan prestasi belajar yang baik pula, sedangkan bagi siswa yang kebiasaan belajarnya kurang baik maka akan kesulitan dalam mengatur pola belajarnya sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar. Dengan pengelolaan kelas yang baik juga akan mempengaruhi ketertarikan siswa terhadap pelajaran tersebut yang juga akan memberikan dampak terhadap kebiasaan belajar. Dengan demikian terdapat pengaruh model pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari kebiasaan belajar pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Depok tahun ajaran 20162017 pada mata pelajaran matematika.

C. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul Arikunto, 2002: 64. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka penulis mengajukan hipotesis yang rumusannya adalah terdapat pengaruh Siswa Pasif, Individualis, Bosan, Malas Kebiasaan Belajar Model Pembelajaran Jigsaw Hasil Belajar yang positif pada penggunaan model pembelajaran di sekolah dengan kebiasaan belajar dan hasil belajar pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Depok tahun ajaran 20162017 pada mata pelajaran Matematika.

D. Penelitian Terdahulu

Berdasakan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Ummu Salfiyah dalam artikelnya menunjukkan bahwa adanya pengaruh model pembelajaran Jigsaw terhadap kemampuan pemecahan masalah. Hasil yang diberikan terhadap rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar disbanding kelas kontrol, yaitu 18,62 untuk kelas eksperimen dan 13.53 untuk kelas kontrol.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan di atas dan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental. Menurut Nana Sudjana 2005: 212, penelitian eksperimental merupakan penelitian untuk mengukur pengaruh suatu atau beberapa variabel terhadap variabel lain. Penelitian eksperimental berbeda dengan penelitian lain sebab penelitian ini menggunakan kelompok kontrol selain kelompok eksperimen. Menurut Sugiyono 2011: 72, metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Berdasarkan pendapat tersebut, metode penelitian eksperimental adalah metode yang digunakan untuk mengukur pengaruh suatu perlakuan tertentu terhadap beberapa variabel. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental semu atau Quasi Experimental Design. Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari True Experimental Design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. 46 Bentuk desain quasi eksperimen yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Desain tersebut digunakan karena pada dasarnya hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh banyak faktor namun pada penelitian ini tidak dapat mengontrol semua variabel tersebut. Variabel yang akan dikontrol yaitu model pembelajaran Jigsaw sebagai variabel bebas dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat. Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random Sugiyono, 2011: 78-79. Perbedaan nilai rata-rata hasil belajar siswa Post-Test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol akan dianalisis secara kuantitatif yang kemudian akan diambil kesimpulan apakah terdapat pengaruh terhadap penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan konvensional antara kedua kelas tersebut. Sedangkan kebiasaan belajar siswa dilihat berdasarkan kuesioner kebiasaan belajar yang diberikan kepada siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi Menurut Sugiyono 2011: 80, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyeksubyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Senada dengan pernyataan tersebut, Sedarmayanti 2011: 121 menyatakan populasi adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti.

Dokumen yang terkait

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PRAKTEK KERJA BATU PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 PEMATANGSIANTAR.

0 4 34

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI Pengaruh Kedisiplinan Belajar Dan Minat Baca Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013.

0 2 13

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PERPAJAKAN SISWA SMK NEGERI 1 MEDAN.

0 6 37

Pengaruh penerapan model pembelajaran Jigsaw terhadap kebiasaan belajar siswa dan hasil belajar Matematika materi statistika pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017.

0 0 313

Peningkatan minat dan prestasi belajar Sejarah dengan menggunakan model jigsaw pada siswa kelas X Kimia Industri SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta.

0 0 169

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman pada materi sistem imun.

0 1 280

Peningkatan minat dan prestasi belajar Sejarah dengan menggunakan model jigsaw pada siswa kelas X Kimia Industri SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta

0 1 167

Pengaruh tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta tahun ajaran 2015 2016

0 2 149

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PELAJARAN BODI OTOMOTIF PADA SISWA KELAS XI-A SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 0 125