Kajian Teori KAJIAN PUSTAKA
                                                                                diperoleh melalui kegiatan yang dilakukan oleh individu sendiri, bukan orang lain dan dengan penguasaan total.
c. Jenis-jenis Belajar
Berdasarkan  jenisnya,  belajar  terdiri  dari  11  jenis.  Jenis-jenis belajar tersebut  diantaranya:  belajar bagian, belajar dengan wawasan,
belajar  diskriminatif,  belajar  global,  belajar  insidental,  belajar instrumental, belajar intensional,  belajar laten, belajar mental, belajar
produktif, dan belajar verbal Slameto, 2010: 5-8. 1
Belajar  bagian
part  learning,  fractioned  learning
,  umumnya dilakukan  oleh  seseorang  bila  ia  dihadapkan  pada  materi  belajar
yang bersifat luas atau ekstensif. 2
Belajar dengan wawasan
learning  by  insight
, merupakan kreasi dari  rencana  penyelesaian  yang  mengontrol  rencana-rencana
subordinasi lain pola tingkah laku yang telah terbentuk. 3
Belajar  diskriminatif
discriminative  learning,
diartikan  sebagai suatu  usaha  untuk  memilih  beberapa  sifat  situasistimulus  dan
kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. 4
Belajar globalkeseluruhan
global whole learning,
dimana bahan pelajaran  dipelajari  secara  keseluruhan  berulang  sampai  pelajar
menguasainya; lawan dari belajar bagian. 5
Belajar  insidental
incidental  learning,
yaitu  apabila  tidak  ada instruksi  atau  petunjuk  yang  diberikan  pada  individu  mengenai
materi belajar yang akan diujikan kelak.
6 Belajar instrumental
instrumental learning
, adalah reaksi-reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang
mengarah  pada  apakah  siswa  tersebut  akan  mendapat  hadiah, hukuman,  berhasil  atau  gagal.  Dalam  hal  ini  maka  salah  satu
bentuk  belajar  instrumental  yang  khusus  adalah  “pembentukan tingkah laku”.
7 Belajar  intensional
intentional  learning
,  adalah  belajar  dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental.
8 Belajar  laten
latent  learning
,  dimana  perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera.
9 Belajar mental
mental learning
, dimana perubahan kemungkinan tingkah  laku  yang  terjadi  tidak  nyata  terlihat,  melainkan  hanya
berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. 10
Belajar  produktif
productive  learning
,  yaitu  apabila  individu mampu  mentransfer  prinsip  menyelesaikan  satu  persoalan  dalam
satu situasi ke situasi lain. 11
Belajar  verbal
verbal  learning
,  adalah  belajar  mengenai  materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan.
Dari  uraian  mengenai  jenis  belajar,  kita  mengetahui  bahwa belajar bisa diperoleh dari siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Belajar
bisa terbentuk karena lingkungan sekitar atau karena kemauan individu untuk  membentuk  suatu  tingkah  laku  yang  diinginkan.  Belajar  tidak
selalu  tentang  kognitif  namun  juga  tentang  pembentukan  pribadi individu.
2. Hasil Belajar
Menurut  Sudjana  2005:  22,  hasil  belajar  adalah  kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Howard Kingsley dalam Sudjana, 2005: 22 membagi hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian,
dan  sikap  dan  cita-cita.  Sedangkan  Gagne  dalam  Sudjana,  2005:  22 membagi  hasil  belajar  dalam  lima  kategori,  yaitu  informasi  verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Menurut  Bloom  dalam  Agus  Suprijono,  2010:  6-7,  hasil  belajar
mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah
knowledge
pengetahuan,  ingatan,
comprehension
pemahaman, menjelaskan,  meringkas,  contoh,
application
menerapkan,
analysis
menguraikan,  menentukan  hubungan,
synthesis
mengorganisasikan, merencanakan,  membentuk  bangunan  baru,  dan
evaluation
menilai. Domain  afektif  adalah
receiving
sikap  menerima,
responding
memberikan  respon,
valuing
nilai,
organization
organisasi,  dan
characterization
karakterisasi.  Domain  psikomotor  meliputi
initiatory
,
pre-routine
, dan
routinized
. Dalam  dunia  pendidikan,  hasil  belajar  digunakan  sebagai  tolak  ukur
untuk melihat keberhasilan suatu pembelajaran.  Menyatakan keberhasilan dari  hasil  belajar,  setiap  pendidik  tentunya  memiliki  pandangan  yang
berbeda-beda.  Namun  untuk  menyetarakan  pandangan  tersebut  dapat digunakan kurikulum sebagai acuan pendidikan, dimana dalam kurikulum
telah ditentukan tujuan-tujuan dari setiap pembelajaran. Dengan mengukur ketercapaian  tujuan  pembelajaran  tersebut  maka  pembelajaran  dapat
dikatakan berhasil sehingga hasil belajar yang diperoleh pun bisa maksimal. Dalam  kaitannya  dengan  hal  tersebut,  hasil  belajar  merupakan
kemampuan,  keterampilan,  keahlian  yang  diperoleh  seseorang  sebagai akibat  adanya  kegiatan  belajar  yang  membentuk  pengalaman  belajar;
perubahan tersebut terjadi secara keseluruhan aspek potensi. Hasil belajar yang  diperoleh  siswa  sebagai  tolak  ukur  terhadap  daya  tangkap  siswa
terhadap suatu hal yang diterima. 3.
Kebiasaan Belajar Menurut Aunurrahman 2012: 185, kebiasaan belajar adalah perilaku
belajar  seseorang  yang  telah  tertanam  dalam  waktu  yang  relatif  lama sehingga  memberikan  ciri  dalam  aktivitas  belajar  yang  dilakukannya.
Berbeda  dengan  pendapat  tersebut,  Syah  2013:  128  menyampaikan kebiasaan  belajar  adalah  proses  pembentukan  kebiasaan-kebiasaan  baru
atau perbaikan kebiasaan-perbaikan yang telah ada. Tujuannya agar siswa memperoleh  sikap-sikap  dan  kebiasaan-kebiasaan  perbuatan  baru  yang
lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu. Sedangkan  menurut  Djaali  2014:  128,  kebiasaan  belajar  dapat  diartikan
sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima
pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.
Kebiasaan belajar merupakan  perilaku belajar  siswa ketika menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu dalam
menyelesaikan  kegiatan  yang  telah  tertanam  dalam  sejak  lama.  Perilaku tersebut  adalah  suatu  proses  membentuk  kebiasaan  baru  atau  perbaikan
kebiasaan  yang  telah  ada  dengan  tujuan  membentuk  kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih baik dan positif.
Jadi kebiasaan belajar dalam hal ini adalah cara belajar individu yang paling sering dilakukan dan terbentuk karena adanya aktivitas belajar yang
dilakukan secara berkala atau berulang-ulang baik disengaja maupun tidak disengaja sehingga terbentuklah suatu kebiasaan belajar.
a. Aspek Kebiasaan Belajar
Belajar  bertujuan  untuk  mendapatkan  pengetahuan,  sikap, kecakapan, dan keterampilan, cara-cara yang dipakai itu akan menjadi
kebiasaan.  Kebiasaan  belajar  juga  akan  mempengaruhi  belajar  itu sendiri.  Uraian  ini  membahas  kebiasaan  belajar  yang  mempengaruhi
belajar,  khususnya  pembuatan  jadwal  dan  pelaksanaannya,  membaca dan  membuat  catatan,  mengulangi  bahan  pelajaran,  konsentrasi,  dan
mengerjakan tugas Slameto, 2010: 82-91. 1
Pembuatan Jadwal dan Pelaksanaannya Jadwal  adalah  pembagian  waktu  untuk  sejumlah  kegiatan
yang  dilaksanakan  oleh  seseorang  setiap  harinya.  Jadwal  juga
berpengaruh terhadap belajar. Agar belajar dapat berjalan dengan baik  dan  berhasil  perlulah  seseorang  siswa  mempunyai  jadwal
yang baik dan melaksanakannya dengan teraturdisiplin. 2
Membaca dan Membuat Catatan Membaca  besar  pengaruhnya  terhadap  belajar.  Hampir
sebagian  besar  kegiatan  belajar  adalah  membaca.  Agar  dapat belajar  dengan  baik  maka  perlulah  membaca  dengan  baik  pula,
karena membaca adalah alat belajar. Salah satu metode membaca yang baik dan banyak dipakai untuk belajar adalah metode SOR4
atau
Survey
meninjau
, Question
mengajukan pertanyaan
, Read
membaca
,  Recite
menghafal
,  Write
menulis
,
dan
Review
mengingat kembali. 3
Mengulangi Bahan Pelajaran Mengulangi  besar  pengaruhnya  dalam  belajar,  karena
dengan  adanya  pengulangan
review
“bahan  yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan” akan tetap tertanam dalam otak
seseorang.  Mengulang  dapat  secara  langsung  sesudah  membaca, tetapi  juga  bahkan  lebih  penting,  adalah  mempelajari  kembali
bahan  pelajaran  yang  sudah  dipelajari.  Cara  ini  dapat  ditempuh dengan  cara  membuat  ringkasan,  kemudian  mengulang  cukup
belajar  dari  ringkasan  ataupun  juga  dapat  dari  mempelajari  soal jawab yang sudah pernah dibuatnya.
4 Konsentrasi
Konsenstrasi  adalah  pemusatan  pikiran  terhadap  suatu  hal dengan  menyampingkan  semua  hal  lainnya  yang  tidak
berhubungan. Dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan menyampingkan semua hal
lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran. 5
Mengerjakan Tugas Prinsip  belajar  adalah  ulangan  dan  latihan-latihan.
Mengerjakan tugas dapat berupa pengerjaan tesulangan atau ujian yang diberikan guru, tetapi juga termasuk membuatmengerjakan
latihan-latihan  yang  ada  dalam  buku-buku  ataupun  soal-soal buatan sendiri.
Pendapat  lain  yang  dikemukakan  oleh  Sudjana  2014:  165-173, ada beberapa hal  yang perlu diperhatikan dalam proses belajar yakni:
cara  mengikuti  pelajarankuliah  di  sekolahperguruan  tinggi,  cara belajar  mandiri,  cara  belajar  kelompok,  cara  mempelajari  buku
pelajaran atau
text book
, dan cara menghadapi ujian. 1
Cara mengikuti pelajarankuliah Cara mengikuti pelajaran di sekolah atau kuliah di perguruan
tinggi merupakan bagian penting dari proses belajar sebab dalam proses  belajar  tersebut,  sebagai  siswa  dan  atau  mahasiswa
diberikan arahan
tentang apa
dan bagaimana
bahan
pelajaranbahan  kuliah  harus  dikuasai.  Tanamkan  pada  diri  anda bahwa pengorbanan hari ini adalah kebagaiaan di hari esok. Sakit
dahulu dan senang kemudian. 2
Cara belajar mandiri di rumah Belajar  mandiri  di  rumah  adalah  tugas  paling  pokok  dari
setiap  siswamahasiswa.  Syarat  utama  belajar  di  rumah  adalah adanya  keteraturan  belajar  misalnya  memiliki  jadwal  belajar
tersendiri  sekalipun  terbatas  waktunya.  Bukan  lamanya  belajar yang  diutamakan  tetapi  kebiasaan  teratur  dan  rutin  melakukan
belajar. Belajar teratur di rumah selama dua jam sekalipun setiap harinya,  jauh  lebih  penting  dari  belajar  6  jam  namun  hanya
dilakukan  pada  hari-hari  tertentu  saja.  Demikian  pula  bukan banyaknya  materi  yang  dipelajari  yang  harus  diutamakan,  tapi
seringnya mempelajari bahan tersebut sekalipun tidak banyak. Ada rumus yang menyatakan bahwa
5×  lebih baik dari  ×5. Artinya lima  kali  belajar  masing-masing  dua  topik  lebih  baik  hasilnya
daripada dua kali belajar masing-masing lima topik. 3
Cara belajar kelompok Cara belajar mandiri di rumah biasanya sering menimbulkan
kebosanan dan kejenuhan. Untuk mengatasinya variasikan dengan cara belajar bersama dengan teman yang paling dekat. Apalagi bila
ada  tugas  dari  gurudosen  baik  tugas  perorangan  maupun  tugas kelompok.  Belajar  bersama  bisa  dilakukan  di  rumah  bisa  juga  di
tempat  lain  misalnya  di  perpustakaan,  di  sekolah  atau  di  tempat tertentu yang disepakati bersama.
Belajar  bersama  pada  dasarnya  memecahkan  persoalan secara bersama. Artinya setiap orang turut memberikan sumbangan
pikiran dalam memecahkan persoalan tersebut sehingga diperoleh hasil  yang  lebih  baik.  Pikiran  dari  banyak  orang  biasanya  lebih
sempurna  daripada  satu  orang.  Diskusi  merupakan  cara  yang paling baik dalam belajar bersama.
4 Mempelajari buku teks
Buku  adalah  sumber  ilmu,  oleh  karenanya  membaca  buku adalah keharusan bagi siswa dan mahasiswa. Kebiasaan membaca
buku  harus  dibudayakan  dalam  kehidupan  anda  terutama  buku- buku ilmiah. Dengan membaca buku anda akan lebih kaya dalam
memahami  bahan  pelajaran  yang  diberikan  gurudosen.  Bahkan tidak  mustahil  anda  lebih  tahu  terlebih  dahulu  sebelum  bahan
tersebut diberikan guru. 5
Menghadapi ujian Momentum  yang  paling  kritis  dan  paling  mencemaskan  di
kalangan  para  siswamahasiswa  termasuk  dosen  yang  menjadi mahasiswa
adalah saat
menghadapi ujianulangantes.
Kecemasan,  kesibukan  belajar  mulai  meningkat,  sebaliknya istirahat  dan  perilaku  santai  mulai  menurun.  Ketegangan
psikologis,  seperti  rasa  cemas,  was-was  dan  lain-lain  mulai
tumbuh  bahkan  kepercayaan  diri  mulai  berkurang,  sehingga datang ke rumah teman untuk  belajar bersama hampir tiap hari
dilakukan. Pendek kata kesibukan belajar ditumpahkan pada saat itu, berbeda dengan hari-hari biasanya.
Gambaran tersebut tentu saja keliru, setidak-tidaknya seperti pahlawan
kesiangan. Hindari
gejala tersebut
dengan membiasakan  diri  belajar  teratur  setiap  saat.  Dengan  demikian
peristiwa ujian adalah peristiwa biasa bukan hal yang luar biasa. Bagi  mereka  yang  sudah  biasa  belajar  teratur  tidak  lagi  belajar
karena  mau  ujian,  tetapi  mau  ujian  karena  belajar.  Sekalipun demikian  kewaspadaan  selalu  harus  dijaga.  Belajar  harus  tetap
dilakukan seperti biasanya tidak ada hal-hal yang luar biasa.
Menurut Aunurrahman 2012: 185, ada beberapa bentuk perilaku yang  menunjukkan  kebiasaan  belajar  tidak  baik  dalam  belajar  yang
sering kita jumpai pada sejumlah siswa, seperti: 1
Belajar tidak teratur 2
Daya tahan belajar rendah belajar secara tergesa-gesa 3
Belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian 4
Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap 5
Tidak terbiasa membuat ringkasan 6
Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran
7 Senang menjiplak  pekerjaan teman  termasuk kurang percaya diri
di dalam menyelesaikan tugas 8
Sering datang terlambat 9
Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk misalnya merokok Jenis-jenis  kebiasaan  belajar  di  atas  merupakan  bentuk-bentuk
perilaku belajar yang tidak baik karena mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar diperoleh.
b. Pembentukan Kebiasaan Belajar yang Baik
Crow    Crow  dalam  Purwanto  2011:  116  mengemukakan  cara- cara belajar yang baik, yaitu
1 Adanya tugas-tugas yang jelas dan tegas
2 Belajar membaca yang baik
3 Gunakan metode keseluruhan dan metode bagian
4 Pelajari  dan  kuasai  bagian-bagian  yang  sukar  dari  bahan  yang
dipelajari 5
Buat catatan-catatan pada waktu belajar 6
Kerjakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan 7
Hubungkan materi-materi baru dengan materi yang lama 8
Gunakan berbagai sumber belajar 9
Pelajari baik-baik tabel, peta, grafik, dan gambar 10
Membuat rangkuman
4. Model Pembelajaran Jigsaw
Syaiful  Sagala  dalam  Indrawati  dan  Wanwan  Setiawan,  2009:  27 mengemukakan  bahwa  model  pembelajaran  adalah  kerangka  konseptual
yang  melukiskan  prosedur  yang  sistematis  dalam  mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi  sebagai  pedoman bagi  perancang pembelajaran dan  guru dalam merencanakan  dan  melaksanakan  aktivitas  belajar  mengajar.  Agus
Suprijono  2010:  46  berpendapat  bahwa  model  pembelajaran  ialah  pola yang  digunakan  sebagai  pedoman  dalam  merencanakan  pembelajaran  di
kelas maupun tutorial. Berdasarkan pada pendapat ahli, model pembelajaran dapat  dimaknai  sebagai  suatu  pola  atau  konsep  yang  digunakan  untuk
melakukan proses pembelajaran agar tujuan belajar dapat tercapai. Model  pembelajaran  digunakan  sebagai  pilihan  oleh  guru  atau
fasilitator dalam merencanakan proses pembelajaran. Model pembelajaran yang nantinya dipilih adalah model pembelajaran yang inovatif dan sesuai
dengan  kemampuan  peserta  didik.  Selain  itu  juga  dapat  mencapai  tujuan dalam suatu pembelajaran. Banyak model pembelajaran inovatif yang dapat
dijadikan pilihan oleh guru atau fasilitator, salah satunya adalah
cooperative learning models
atau model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
coorperative learning
menurut Sofan Amri  dan  Iif  Khoiru  Ahmadi  2010:  67  merupakan  model  pengajaran
dimana  siswa  belajar  dalam  kelompok  kecil  yang  memiliki  tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota
saling  kerjasama  dan  membantu  untuk  memahami  suatu  bahan pembelajaran.  Menurut  Slavin  dalam  Taniredja  dkk,  2011:  55,
“In
cooperative learning methods, students work together in four member teams
to master material initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat  dikemukakan  bahwa  pembelajaran  kooperatif  adalah  suatu  model
pembelajaran dimana siswa dengan kemampuan beragam belajar bersama dalam  kelompok-kelompok  kecil  dan  siswa  saling  kerja  sama  sehingga
dapat merangsang siswa lebih bersemangatio dalam belajar. Dari  uraian  di  atas,  disimpulkan  bahwa
cooperative  learning
merupakan  model  pembelajaran  dimana  siswa  dengan  kemampuan  yang beragam  belajar di  dalam suatu  kelompok untuk mencapai  tujuan belajar;
dimana  siswa  juga  diajarkan  untuk  menerima  keragaman  dan  saling membantu.
Model  pembelajaran  kooperatif  mempunyai  banyak  beberapa  variasi. Menurut  Trianto  2011:  67,  setidaknya  terdapat  empat  pendekatan  yang
seharusnya  merupakan  bagian  dari  kumpulan  strategi  guru  dalam menerapkan  model  pembelajaran  kooperatif,  yaitu  STAD,  Jigsaw,
Investigasi  Kelompok
Teams  Games  Tournaments
atau  TGT,  dan Pendekatan Struktural yang meliputi
Think Pair Share
TPS dan
Numbered Head Together
NHT. Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw menitik-beratkan kepada
kerja  kelompok  dalam  bentuk  kelompok  kecil.  Model  Jigsaw  merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen. Siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara
mandiri.  Dalam  model  pembelajaran  Jigsaw,  siswa  memiliki  banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang
didapat  dan  dapat  meningkatkan  keterampilan  berkomunikasi.  Anggota kelompok  bertanggung  jawab  atas  keberhasilan  kelompoknya  dan
ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya Rusman dalam Shoimin, 2014: 90. Berikut penjelasan lebih
lanjut mengenai model pembelajaran Jigsaw: a.
Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw Teknik  mengajar  Jigsaw  dikembangkan  dan  diuji  oleh  Elliot
Aronson  dan  rekan-rekannya  di  Universitas  Texas,  dan  kemudian diadaptasi  oleh  Slavin  dan  kawan-kawan  di  Universitas  John  Hopkin
Sugianto, 2010:45. Menurut  Slavin  2005:  246,  Jigsaw  adalah  salah  satu  dari
metode-metode  kooperatif  yang  paling  fleksibel.  Pendapat  lain diungkapkan  oleh  Sudrajat  2008:  1,  pembelajaran  kooperatif  tipe
Jigsaw  adalah  suatu  tipe  pembelajaran  kooperatif  yang  terdiri  dari beberapa  anggota  dalam  satu  kelompok  yang  bertanggungjawab  atas
penguasaan  bagian  materi  belajar  dan  mampu  mengajarkan  materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Hisyam Zaini 2008: 56 menyatakan bahwa model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi
yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut  tidak  mengharuskan  urutan  penyampaian.  Kelebihan  strategi
ini  adalah  dapat  melibatkan  seluruh  peserta  didik  dalam  belajar  dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.
Berdasarkan  pernyataan  para  ahli  di  atas,  model  pembelajaran Jigsaw  merupakan  pembelajaran  yang  menitik  beratkan  siswa  untuk
bekerja  di  dalam  tim,  dimana  siswa  dalam  suatu  kelas  dibagi  dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang dan setiap
anggota bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar yang diperoleh dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain
dalam kelompok. b.
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw sebagai Model Pembelajaran Joyce  dan  Weil  2000  mengemukakan  bahwa  setiap  model
pembelajaran  harus  memiliki  lima  unsur  karakteristik  model,  yaitu sintakmatik,  sistem  sosial,  prinsip  reaksi,  sistem  pendukung,  dan
dampak  instruksional  dan  pengiring.  Adapun  kelima  bagian  tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1 Langkah-langkah Pembelajaran
Dalam  menggunakan  dan  melaksanakan  suatu  model pembelajaran  dalam  melakukan  proses  pembelajaran  tidak  bisa
dilakukan dengan sembarangan, namun perlu adanya langkah yang jelas  tentang  model  pembelajaran  yang  akan  digunakan  tersebut.
Dalam hal ini mengenai model pembelajaran Jigsaw.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran  Jigsaw  menurut  Rusman  2008:  36  menyatakan
langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw sebagai berikut: a
Siswa  dikelompokan  sebanyak  1  sampai  dengan  5  orang siswa.
b Tiap orang dalam tim diberi bagian materi berbeda.
c Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
d Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian
sub  bagian yang  sama  bertemu  dalam  kelompok  baru kelompok ahli untuk mendiskusikan sub bab mereka.
e Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali
ke dalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tim  mereka  tentang subbab  yang  mereka  kuasai  dan  tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan seksama. f
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. g
Guru memberi evaluasi. h
Penutup. 2
Sistem Sosial Sistem  sosial  dalam  model  pembelajaran  berfungsi  untuk
menjelaskan  peran  dari  siswa  dan  guru,  dan  juga  hubungan keduanya.  Kaitannya  dengan  sistem  sosial  dalam  model
pembelajaran Jigsaw,  dimana  proses pembelajaran berpusat  pada siswa,  siswa  tidak  hanya  pasif  atau  sebagai  objek  namun  siswa
adalah subjek yang berperan aktif sehingga siswa diharapkan dapat mengembangkan  kemampuan  yang  dimiliki.  Sedangkan  guru
berperan  sebagai  fasilitator  yang  mengendalikan  proses pembelajaran agar dapat berlangsung menyenangkan.
3 Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi pada model pembelajaran Jigsaw nampak dari kegiatan  siswa  dalam  proses  pembelajaran.  Tiap  siswa  dalam
kelompok asal memiliki tanggung jawab perseorangan untuk setiap materi  yang  diperoleh,  siswa  saling  bertatap  muka  untuk
mengkomunikasikan pengetahuan yang diperoleh kepada anggota kelompoknya,  sehingga  tiap  siswa  dalam  kelompok  memiliki
ketergantungan yang positif untuk saling berbagi. Sedangkan  prinsip  reaksi  guru  dalam  model  pembelajaran
Jigsaw  yaitu  dengan  menciptakan  suasana  kelas  yang menyenangkan dan kondusif, guru sebagai fasilitator dan motivator
bagi siswa, dan mengajak siswa untuk saling bekerja sama secara positif.
4 Sistem Pendukung
Dalam  melaksanakan  suatu  model  pembelajaran  inovatif, tentunya  diperlukan  fasilitas  pendukung  pembelajaran  seperti
sarana,  prasarana,  alat,  bahan,  dll  yang  dapat  mendukung pembelajaran  agar  lebih  menarik  perhatian  siswa.  Namun  dalam
pelaksanaan  model  pembelajaran  Jigsaw  tidak  memerlukan
fasilitas  khusus  seperti  alat  atau  sarana  khusus,  melainkan  hanya membutuhkan  tempat  untuk  diskusi,  buku-buku  yang  relevan
dengan materi yang dipelajari, dan latihan soal. 5
Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring a.
Dampak Instruksional Dampak  instruksional  atau  dampak  langsung  yang  akan
dirasakan siswa dalam penerapan model pembelajaran Jigsaw antara lain kemandirian siswa akan meningkat dengan adanya
aktivitas dalam kelompok dan interaksi dengan tutor sebaya, pembelajaran akan lebih bermakna karena siswa sendiri yang
berperan aktif sebagai subjek, siswa lebih berpikir kritis, dan kemampuan  siswa  bekerja  sama  dan  menghargai  orang  lain
semakin diasah. b.
Dampak Pengiring Dampak  pengiring  atau  dampak  tidak  langsung  dalam
penerapan model pembelajaran Jigsaw bagi siswa antara lain siswa lebih mandiri dalam membangun pengetahuannya yaitu
siswa  mencari  sendiri  pengetahuan  yang  diperlukan,  siswa menjadi  pribadi  yang  lebih  terbuka  terhadap  pendapat  orang
lain  dengan  mampu  menghargai  pendapat  orang  lain  bahkan diharapkan dapat menyatukan pendapat yang berbeda melalui
kegiatan diskusi kelompok.
c. Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw
Suatu  model  pembelajaran  pasti  mempunyai  kelebihan dibandingkan  model  pembelajaran  lainnya.  Demikian  pula  dengan
model  pembelajaran  Jigsaw  yang  memiliki  kelebihan.  Menurut Wardani 2002: 87 kelebihan model pembelajaran Jigsaw antara lain:
1 Dari  segi  efektivitas,  secara  umum  pada  model
cooperative learning
tipe Jigsaw lebih aktif dan saling memberikan pendapat
sharing ideas.
Karena suasana belajar lebih kondusif, baru, dan adanya  penghargaan  yang  diberikan  kelompok,  maka  masing-
masing  kelompok  berkompetisi  untuk  mencapai  prestasi  yang baik.
2 Siswa  lebih  memiliki  kesempatan  berinteraksi  sosial  dengan
temannya. 3
Siswa  lebih  aktif  dan  kreatif,  serta  memiliki  tanggungjawab secara individual.
Shoimin  2014:  93  juga  mengungkapkan  pendapat  senada mengenai kelebihan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:
1 Memungkinkan  murid  dapat  mengembangkan  kreativitas,
kemampuan, dan daya pemecahan masalah menurut kehendaknya sendiri.
2 Hubungan  antara  guru  dan  murid  berjalan  secara  seimbang  dan
memungkinkan  suasana  belajar  menjadi  sangat  akrab  sehingga memungkinkan harmonis.
3 Memotivasi guru untuk bekerja lebih aktif dan kreatif.
4 Mampu  memadukan  berbagai  pendekatan  belajar,  yaitu
pendekatan kelas, kelompok, dan individual. Model  pembelajaran  Jigsaw  adalah  salah  satu  model
pembelajaran  yang  inovatif,  karena  siswa  lebih  kreatif  dan  aktif dalam proses pembelajaran. Siswa berlatih berinteraksi dengan teman
untuk  berani  mengungkapkan  pendapatnya  dan  juga  siswa  belajar bertanggung jawab terhadap kewajibannya.
d. Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw
Selain  memiliki  kelebihan,  model  pembelajaran  Jigsaw  juga memiliki kelemahan. Menurut Wardani 2002: 87, kekurangan model
pembelajaran Jigsaw yaitu: 1
Terdapat  kelompok  siswa  yang  kurang  berani  mengemukakan pendapat atau bertanya, sehingga kelompok tersebut dalam diskusi
menjadi kurang hidup. 2
Memerlukan  waktu  yang  relatif  cukup  lama  dan  persiapan  yang matang  antara  lain  pembuatan  bahan  ajar  dan  LKS  benar-benar
memerlukan kecermatan dan ketepatan. Melengkapi  pendapat  tersebut,  Kurnia  2005:  43  dalam  Agus
Riyanto  2012:  24  memaparkan  beberapa  kelemaham  model
copperative learning
tipe Jigsaw, yaitu: 1
Siswa  tidak  terbiasa  dengan  model  pembelajaran  tipe  Jigsaw, sehingga proses pembelajarannya menjadi kurang maksimal.
2 Alokasi waktu kurang mencukupi.
3 Masih  ada  siswa  yang  kurang  bertanggungjawab,  sehingga
pelaksanaan
cooperative  learning
tipe  Jigsaw  menjadi  kurang efektif.
4 Kebiasaan adanya pembicaraan yang didominasi oleh seseorang.
Model  pembelajaran  Jigsaw  masih  sangat  jarang  digunakan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Hal tersebut mungkin terjadi
karena  pendidik  sudah  terlalu  nyaman  menggunakan  model pembelajaran  konvensional.  Selain  itu  pendidik  kerap  menganggap
bahwa model pembelajaran yang demikian menggunakan waktu yang cukup  lama,  sedangkan  materi  yang  akan  dibahas  berdasarkan
kurikulum  sangat  banyak,  sehingga  pendidik  menilai  kurang memungkinkan menggunakan model pembelajaran tersebut.
Kelemahan  penggunaan  model  pembelajaran  Jigsaw  dalam pembelajaran,  selain  membutuhkan  waktu  yang  cukup  lama  juga
memerlukan pengawasan dari guru bagi setiap kelompok agar diskusi kelompok  menjadi  hidup  dan  juga  banyaknya  anggota  dalam  setiap
kelompok tidak boleh kurang dari kriteria  yaitu  harus terdiri  dari 4-6 orang setiap kelompok.
5. Statistika
Somantri 2006: 18 menyatakan statistik diartikan sebagai kumpulan fakta yang berbentuk angka-angka yang disusun dalam bentuk daftar atau
tabel yang menggambarkan suatu persoalan.
Statistik adalah hasil-hasil pengolahan dan analisis data. Statistik dapat berupa  mean,  modus,  median,  dan  sebagainya.  Statistik  dapat  digunakan
untuk menyatakan kesimpulan data berbentuk bilangan yang disusun dalam bentuk tabel atau diagram yang menggambarkan karakteristik data.
Somantri  2006:17  menyatakan  bahwa  statistika  dapat  diartikan sebagai  ilmu  pengetahuan  yang  mempelajari  tentang  bagaimana  cara  kita
mengumpulkan,  mengolah,  menganalisis  dan  menginterpetasikan  data sehingga dapat disajikan lebih baik.
Statistika  merupakan  ilmu  pengetahuan  yang  mempelajari  tentang cara-cara
pengumpulan, penyusunan,
pengolahan, penganalisisan,
penyajian, dan penarikan kesimpulan dari suatu data berdasarkan kumpulan dan analisis data yang telah dilakukan.
Kita sering mendengar kata statistik dan statistika. Bagi orang awam, kedua  hal  tersebut  merupakan  hal  yang  terlihat  sama  dan  menganggap
mempunyai makna dan arti yang sama. Berdasarkan pendapat ahli di atas, sebenarnya  statistik  dan  statistika  adalah  dua  hal  yang  sangat  berbeda.
Statistik adalah hasil dari pengolahan data sedangkan statistika adalah ilmu pengetahuan  yang  mempelajari  statistik.  Sehingga  dapat  kita  simpulkan
bahwa statistik merupakan bagian dari statistika. a.
Istilah-istilah dalam Statistika 1
Statistika Deskriptif dan Statistika Inferensia Menurut  Walpole  1993:  2,  statistika  deskriptif  adalah
metode-metode  yang  berkaitan  dengan  pengumpulan  dan
penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna.  Statistika  deskriptif  memberikan  informasi  hanya
mengenai  data  yang  dipunyai  dan  sama  sekali  tidak  menarik inferensia  atau  kesimpulan  apapun  tentang  gugus  data  induknya
yang lebih besar. Penyusunan tabel, diagram, grafik, dan besaran- besaran lain di majalah dan koran-koran termasuk dalam kategori
statistika deskriptif. Statistika  inferensia  mencakup  semua  metode  yang
berhubungan  dengan  analisis  sebagian  data  untuk  kemudian sampai  pada  peramalan  atau  penarikan  kesimpulan  mengenai
keseluruhan  gugus  data  induknya  Walpole,  1993:  5.  Statistika inferensia  dibagi  menjadi  dua  macam,  yaitu  statistika  parametrik
dan  nonparametriik.  Statistika  parametrik  digunakan  untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran
populasi melalui data sampel. Sedangkan statistika nonparametrik tidak  menguji  parameter  populasi,  tetapi  menguji  distribusi.
Penggunaan  keduanya  juga  tergantung  pada  jenis  data  yang dianalisi.  Statistika  parametrik  kebanyakan  digunakan  untuk
menganalisis  data  interval  dan  rasio,  sedangkan  statistika nonparametrik  kebanyakan  digunakan  untuk  menganalisis  data
nominal, ordinal. Sugiyono, 2011: 149-150. Contohnya: catatan kelulusan  selama  5  tahun  terakhir  di  suatu  perguruan  tinggi
menunjukkan bahwa 72 di  antara mahasiswa  baru  yang masuk
ke perguruan tinggi tersebut berhasil menyelesaikan studinya. Nilai numerik  72  tersebut  termasuk  statistika  deskriptif.  Jika
berdasarkan hal ini kemudian anda menyimpulkan bahwa peluang anda  lulus  sarjana  adalah  80,  berarti  anda  melakukan  statistika
inferensia yang tentu saja mempunyai sifat tidak pasti. 2
Populasi dan Sampel Populasi  adalah  keseluruhan  pengamatan  yang  menjadi
perhatian  kita,  sedangkan  sampel  adalah  suatu  himpunan  bagian dari  populasi  Walpole,  1993:  7.  Contoh  dari  populasi  adalah
mahasiswa  Pendidikan  Matematika  Universitas  Sanata  Dharma. Contoh sampel adalah mahasiswa Kelas B Pendidikan Matematika
2013  Universitas  Sanata  Dharma  yang  berambut  lurus.  Menurut Usman  2008,  183-186,  ada  beberapa  kriteria  yang  perlu
diperhatikan  dalam  mengambil  sampel.  Teknik  pengambilan contoh  dapat  dilakukan  dengan  dua  cara  yaitu:  1  sampling
random
probability  sampling
,  yaitu  pengambilan  contoh  secara acak  random  yang  dilakukan  dengan  cara  undian,  ordinal  atau
tabel  bilangan  random  atau  dengan  komputer;  2  sampling nonrandom
nonprobability  sampling
atau  disebut  juga  sebagai
incidental sampling,
yaitu pengambilan contoh tidak secara acak. Teknik sampling random terdiri atas empat macam yaitu: random
sederhana,  bertingkat,  kluster,  dan  sistematis.  Teknik  sampling
nonrandom terdiri atas tiga macam yaitu: kebetulan, bertujuan, dan kuota.
b. Ukuran Pemusatan
Menurut  Walpole  1982:23-26,  sembarang  ukuran  yang menunjukkan  pusat  segugus  data,  yang  telah  diurutkan  dari  yang
terkecil sampai terbesar atau sebaliknya dari terbesar sampai  terkecil, disebut ukuran lokasi pusat atau ukuran pemusatan. Ukuran pemusatan
yang paling banyak digunakan adalah rata-rata atau mean, median, dan modus.
1 Rata-rata atau Mean
Rata-rata  stabil  untuk  matematik  dan  paling  cocok  untuk menghadapi  distribusi  normal  dan  paling  reliabel  untuk  alat
penafsiran  atau  ramalan  prediksi.  Rata-rata  dihitung  dengan rumus:
�̅ =
∑ �
�
∑ �
�
dimana �̅ = rata-rata �, ∑ �
�
= jumlah data �, dan ∑ �
�
=  jumlah  anggota  sampel.  Sedangkan  untuk  data berkelompok  digunakan  rumus
�̅ =
∑ �
� �
�= �
∑
� �
�=
dimana �
�
=  nilai data ke-
� dan �
�
= frekuensi nilai data ke-�. Jika �̅ adalah rata-rata untuk  sampel,  maka
� adalah  rata-rata  untuk  populasi.  Usman, 2008: 89.
2 Median
Median yang selanjutnya disingkat Me ialah nilai tengah- tengah  dari  data  yang  diobservasi,  setelah  data  tersebut  disusun
mulai  dari  urutan  yang  terkecil  sampai  yang  terbesar  atau sebaliknya.  Jika  jumlah  datanya  ganjil,  maka  Me  terdapat  di
tengah-tengah.  Jika  jumlah  datanya  genap,  maka  Me  didapat dengan  dua  data  di  tengah-tengah  kemudian  dibagi  dua  Usman,
2008: 83-84. Sedangkan pada data berkelompok digunakan rumus = +
�−
� ��
� dimana  = tepi  bawah  kelas  median, �
�
= frekuensi kumulatif sebelum kelas median,
�
�
= frekuensi kelas median, dan
� = panjang kelas. 3
Modus Modus atau mode ialah nilai data yang paling sering muncul
di dalam suatu pengamatan. Jika nilai yang muncul itu hanya ada satu macam saja, maka modus tersebut dinamakan unimodal. Dan
jika  nilai  yang  muncul  ada  dua  macam,  maka  modus  tersebut dinamakan  bimodal.  Demikian  seterusnya.  Modus  sering  juga
disingkat Mo. Untuk data kelompok, maka digunakan rumus =
+
+
� dimana  = tepi  bawah  kelas  modus, � = selisih frekuensi  kelas  modus  dan  kelas  sebelumnya,
� =  selisih frekuensi kelas modus dan kelas sesudahnya,
� = panjang kelas Modus merupakan alat deskripsi yang tepat namun kasar dan
hanya sesuai untuk mendeskripsikan kasus-kasus tipikal atau alat untuk  mencari  kejadian-kejadian  yang  sedang  popular  saja
Usman, 2008: 93.
c. Ukuran Letak
1 Kuartil
Kuartil ialah jika sekumpulan data dibagi empat bagian sama banyaknya,  setelah  data  disusun  menurut  nilai  terkecil  sampai
terbesar.  Ada  tiga  kuartil  yaitu:  Kuartil  pertama = � ,  kuartil
kedua = � ,  dan  kuartil  ketiga = � .  Nama  diberi  dari  kuartil
terkecil  dan  untuk  menentukan  nilai  kuartil  sebagai  berikut:  1 susun  urutan  data  dari  terkecil  sampai  terbesar,  2  tetapkan  1
tingkat  kuartil,  3  tetapkan  nilai  kuartil  Usman,  2008:  85. Menentukan  letak
�
�
= data ke −
� �+
dengan � = , ,  dan
mencari �
�
= � + �
�.� 4
−�
dengan � = , ,  dimana  � =  batas
kelas �
�
ialah  kelas  interval  dimana �
�
akan  terletak, � =
banyaknya  data, � =  panjang  kelas  �
�
, � =  jumlah  frekuensi
dengan  tanda  kelas  lebih  kecil  dari  tanda  kelas �
�
,  dan � =
frekuensi kelas �
�
Usman, 2008: 85. 2
Desil Desil ialah jika sekumpulan data dibagi sepuluh bagian sama
banyaknya,  setelah  disusun  dari  yang  terendah  sampai  yang tertinggi. Perhitungannya analog dengan kuartil, hanya rumusnya
berbeda.  Menentukan  letak �
�
= data ke −
� �+
dengan � =
, , , … ,9 dan  mencari �
�
= � + �
�.�
−�
dengan � = , , , … ,9
dimana � = batas  kelas �
�
ialah  kelas  interval  dimana �
�
akan terletak,
� = banyaknya  data, � = panjang  kelas �
�
, � = jumlah
frekuensi  dengan  tanda  kelas  lebih  kecil  dari  tanda  kelas �
�
,  dan � = frekuensi kelas �
�
Usman, 2008: 87. 3
Persentil Persentil ialah sekumpulan data yang dibagi 100 bagian yang
sama  besar,  setelah  data  itu  disusun  mulai  dari  yang  terendah sampai  yang  tertinggi;  sehingga  menghasilkan  99  pembagi.  Cara
menghitung persentil
seperti halnya
menghitung desil.
Perbedaannya terletak pada rumusnya yaitu: letak �
�
= data ke −
� �+
dengan � = , , , … ,99  dan  mencari  �
�
= � + �
�.�
−�
dengan � = , , , … ,99  dimana  � =  batas  kelas  �
�
ialah  kelas interval  dimana
�
�
akan  terletak, � =  banyaknya  data,  � =
panjang  kelas �
�
, � = jumlah frekuensi dengan tanda kelas lebih
kecil  dari  tanda  kelas �
�
,  dan � = frekuensi  kelas �
�
.  Persentil berguna untuk 1 membagi distribusi menjadi beberapa kelas yang
sama besar frekuensinya, 2 memisahkan sebagian distribusi dari sisanya, 3 menyusun norma penilaian, dan 4 menormalisasikan
distribusi. d.
Ukuran Penyebaran atau Keragaman atau Simpangan Menurut Walpole 1982: 31, kita perlu mengetahui seberapa jauh
pengamatan-pengamatan  itu  menyebar  dari  rata-ratanya.  Sangat
mungkin  kita  memiliki  dua  kumpulan  pengamatan  yang  mempunyai nilaitengah  atau  median  yang  sama,  tetapi  sangat  berbeda
keragamannya.  Statistik  paling  penting  untuk  mengukur  keragaman data adalah wilayah rentang dan ragam variansi.
1 Rentang
Usman 2008: 95 menyatakan bahwa rentang ialah ukuran variansi yang paling sederhana yang dihitung dari datum terbesar
dikurangi  datum  terkecil.  Rumusnya  ialah:  Rentang =
datum
te e
− datum
te e il
atau � = �
���
− �
��
. 2
Simpangan Baku dan Varians Simpangan baku ialah suatu nilai yang menunjukkan tingkat
variasi  suatu  kelompok  data.  Jika  simpangan  baku  tersebut dikuadratkan, maka ia disebut varians. Simpangan baku untuk data
sampel  disebut � dan  variansnya  ialah � ,  sedangkan  simpangan
baku untuk data populasi disebut � dan variansnya ialah � . Jadi �
dengan �  merupakan  statistik  dan  �  serta  �  merupakan
parameter. Jika kita mempunyai sampel berukuran � dengan data
� , � , � , … , �
�
dan  rata-rata �, maka � =
∑ �
�
−� �−
.  Jika  datanya sudah disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, maka
� =
� ∑
�
�
�
− ∑
�
�
�
� �−
.