Peningkatan minat dan prestasi belajar Sejarah dengan menggunakan model jigsaw pada siswa kelas X Kimia Industri SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta

(1)

i

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS X KIMIA

INDUSTRI SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Progam Studi Pendidikan Sejarah

Oleh

Clementina Ari Lastari 121314005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

SKRIPSI

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS X KIMIA INDUSTRI SMK N 2 DEPOK SLEMAN

YOGYAKARTA

Oleh

Pembimbing II

Drs. A. Kardiyat Wiharyanto, M.M

11


(3)

SKRIPSI

PENlNGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS X KIMIA INDUSTRI SMK N 2 DEPOK SLEMAN

YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Clementina Ari Lastari

-".,. 121314005

or";;:" - _ 0;

Tehih dipertahaDkan 、ゥN、セー。ョ Panitia Penguji

Tanda tangan

ゥNォNNRセ

,.'

.. /オZGZセ -:. .f セ J" :. '

'/ .", Susunan Panitia Penguji ....

# w ;_. •

:Nama lengkap'!!i=

,:";

padaエ。セァァ。ャL 12 Januari 2017 ..セ

:7' ••. _,

セセNセM[

dan

、ゥョケ。エ。セセセGエセャ。ィ

memenuhi syarat

.;' ;::

,'""

GQセMZ[Z NセセN

セ .

: Dfa. TheresiasuィQゥェQゥセ M.Pd .

'ill ' ;' •

) IgnatlUsBondan Suratno, S.Pd.,M.Sl Ketua

Sekretaris Anggota Anggota Anggota

: Drs:l'R7" Subflkti,

.Nt:.Pq.

: Drs. A. Kardiyat Wiharyanto, M.M. : Drs. S. Adisusilo J,R., M,Pd.


(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Kedua orangtuaku “Gregorius Joko Dwi Handono dan Florentina Ermi Wahyuni,

adikku Clara Destiana Palupi, sahabatku Astrid Magdalena, Laurencia Mayta, Marselin Yuniarti yang senantiasa mendoakanku, menyemangatiku tiada henti.


(5)

v

MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku

(Filipi 3:14)

Berusaha melakukan yang terbaik disegala hal (Ryeowook, SJ)

Tuhan selalu melihat usaha kita dan memberikan akhir yang indah (Clementina Ari Lastari)


(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Januari 2017 Penulis,

ClementinaAriLastari


(7)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dhanna: Nama : Clementina Ari Lastari

NIM :121314005

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dhanna, karya ilmiah saya yang berjudul:

."PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS X KIMIA INDUSTRI SMK N 2 DEPOK SLEMAN

YOGYAKARTA"

Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dhanna untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, dan mempublikasikannya di internet untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis

Demikian pertanyaan ini, saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 31 Januari 2017

Yang menyatakan,

Clementina Ari Lastari


(8)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS X KIMIA

INDUSTRI SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

Clementina Ari Lastari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) minat belajar sejarah siswa saat penerapan model pembelajaran Jigsaw dan (2) prestasi belajar sejarah siswa setelah penerapan model pembelajaran Jigsaw.

Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas X Kimia Industri SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta yang melibatkan 32 siswa. Objek penelitian adalah minat, prestasi dan model pembelajaran Jigsaw. Instrumen penelitian meliputi observasi, kuisioner, tes dan wawancara. Data analis menggunakan presentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan: (1) minat belajar siswa dilihat dari skor rata-rata keadaan awal 63,3, siklus I menjadi 75 dengan peningkatan sebesar 11,7% dan pada siklus II menjadi 78,75 dengan peningkatan dibandingkan dengan siklus I sebesar 3,75%. (2) prestasi belajar dilihat dari rata-rata keadaan awal adalah 70,06, pada siklus I 72,09 dan pada siklus II 88,15. Dari segi KKM 76, pada keadaan awal sebanyak 8 siswa (25%) tuntas, pada siklus I meningkat 12 (38%) dan siklus II meningkat 30 (93,75).


(9)

ix

ABSTRACT

INCREASING INTEREST AND ACHIEVEMENT IN STUDYING HISTORY WITH MODEL JIGSAW IN CLASS X CHEMICAL INDUSTRY SMK

NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

Clementina Ari Lastari Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

This research aims to improve (1) student’s interest in studying history through the implementation of Jigsaw learning model and (2) student’s achievement after the implementation of Jigsaw learning model.

The method used is Classroom Action Research (PTK) with a model of Kurt Lewin covering planning, action, observation, and reflection. Subjects in this study were students of class X Chemical Industry SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta involving 32 students. The research objects are interests, achievements, and learning model of Jigsaw. The reaserch instrument include observation, questionaries, test and interviews. Precentages is used to analyse the data.

The results showed there is an increase in: (1) the student’s interest of learning seen from an average score of 63,3 as initial state, then the first cycle increased to 75 with percentage of 11,7%, and the second cycle increased to 78,75 with percentage 3,75%. (2) the student’s achievement seen from the average of initial state was 70.06, then the first cycle and the second cycle were 72.09 and 88.15. In terms of KKM 76, the initial state of 8 students (25%) were completed, in the first cycle increased by 12 students (38%) and the second cycle, finally, increased by 30 students (93.75%).


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“ Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah dengan Model Pembelajaran Jigsaw pada Siswa Kelas X Kimia Industri SMK Negeri 2 Depok, Sleman

Yogyakarta”

Skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama belajar di Program Studi Pendidikan Sejarah.

3. Bapak Drs. Y.R.Subakti, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing, meluangkan waktu, mengarahkan sampai skripsi ini selesai. 4. Bapak Drs. A. Kardiyat Wiharyanto,M. M. selaku dosen pembimbing II

yang telah membimbing menyusun skripsi.

5. Kepala sekolah SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta, beserta guru, dan staf yang telah memberi ijin kepada penulis dalam melaksanakan penelitian 6. Seluruh siswa SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta Khusunya siswa

kelas X Kimia Industri.

7. Kedua orang tuaku Gregorius Joko Dwi Handono dan Florentina Ermi Wahyuni serta adik tersayang Clara yang telah memberikan motivasi dan doa.


(11)

Teman-teman angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Sejarah dan teman-teman seperjuangan yang telah mendukung

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempuma, oleh karena itu bagi para pembaca, penulis megharapkan masukan berupa kritik dan saran yang dapat membangun dan melengkapi skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhan. Sekian dan terimakasih.

Yogyakarta, 31 Januari 2017 Penulis

ClementinaAri Lastari


(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii`

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRAC ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... vxii

DAFTAR DIAGRAM ... xix


(13)

xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Pemecahan Masalah ... 7

E. Tujuan Penulisan ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat bagi siswa ... 8

2. Manfaat bagi peneliti... 8

3. Manfaat bagi guru ... 8

4. Manfaat bagi sekolah ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Belajar ... 9

1. Pengertian Belajar ... 9

2. Ciri-Ciri Belajar ... 11

3. Tujuan Belajar ... 12

4. Pembelajaran Sejarah ... 12

B. Pembelajaran Konstruktivisme ... 14

1. Pengertian Konstruktivisme ... 14

2. Pembelajaran Sejarah Berdasarkan Konstruktivisme ... 16

C. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah ... 18

1. Pendekatan Saintifik... 18

2. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah ... 20

D. Minat ... 21

E. Pembelajaran Sejarah ... 24


(14)

xiv

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 26

2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 27

3. Hasil Belajar ... 27

G. Pembelajaran Kooperatif ... 28

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif... 28

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperarif... 30

3. Unsur- unsur Pembelajaran Kooperatif ... 32

4. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 32

H. Model Pembelajaran Jigsaw ... 34

1. Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw... 34

2. Langkang-langkah Model Pembelajaran Jigsaw ... 35

I. Penelitian yang Relevan ... 37

J. Kerangka Berpikir ... 39

K. Hipotesis ... 41

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Setting Penelitian ... 42

1. Tempat Penelitian... 42

2. Waktu Penelitian ... 42

3. Materi yang diteliti ... 42

B. Subjek Penelitian ... 43

C. Objek Penelitian ... 43

D. Variabel-variabel Penelitian ... 43

E. Definisi Operasional Variabel ... 43


(15)

xv

G. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Observasi ... 46

2. Dokumentasi ... 46

3. Tes ... 46

4. Wawancara ... 46

5. Kuisioner ... 47

H. Instrument Pengumpulan Data ... 47

1. Alat Pengumpulan Data ... 47

a. Observasi ... 47

b. Tes ... 47

c. Kuisioner Minat ... 47

2. Validitas dan Reliabilitas ... 48

a. Validitas ... 48

b. Reliabilitas ... 49

I. Desain Penelitian ... 50

J. Siklus Penelitian ... 51

K. Teknik Analisis Data ... 53

L. Indikator Keberhasilan ... 56

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Hasil penelitian... 57

1. Keadaan Awal Belajar Siswa ... 58

2. Deskripsi Siklus I ... 62

3. Deskripsi Siklus II ... 71

B. Komparasi ... 77


(16)

xvi

2. Komparasi Prestasi Belajar Sejarah ... 80

C. Pembahasan ... 82

BAB V. KESIMPULAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Keterangan Penilaian Acuan Patokan II ... 54

Tabel 2 : Analisis Tingkat Prestasi Belajar Siswa ... 54

Tabel 3 : Keterangan Penilaian Acuan Patokan II ... 55

Tabel 4 : Analisis Tingkat Minat Belajar Siswa ... 55

Tabel 5 : Indikator Keberhasilan ... 56

Tabel 6: Hasil Observasi Pra Siklus ... 58

Tabel 7 : Tingkat Minat Siswa Pra Siklus ... 58

Tabel 8 : Kategorisasi Tingkat Minat Siswa Pra Siklus ... 59

Tabel 9 : Tingkat Prestasi Siswa Pra Siklus ... 60

Tabel 10 : Kategorisasi Tingkat Prestasi Siswa Pra Siklus ... 61

Tabel 11 : Hasil Observasi Siklus I ... 65

Tabel 12 : Tingkat Minat Siswa Siklus I ... 66

Tabel 13 : Kategorisasi Tingkat Minat Siswa Siklus I ... 67

Tabel 14 : Tingkat Prestasi Siswa Siklus I ... 68

Tabel 15 : Kategorisasi Tingkat Prestasi Siswa Siklus I ... 69

Tabel 16 : Hasil Observasi Siklus II ... 71

Tabel 17 : Tingkat Minat Siswa Siklus II ... 72

Tabel 18 : Kategorisasi Tingkat Minat Siswa Siklus II ... 73

Tabel 19 : Tingkat Prestasi Siswa Siklus II ... 75

Tabel 20 : Kategorisasi Tingkat Prestasi Siswa Siklus II ... 76


(18)

xviii

Tabel 22 : Komparasi Minat Siklus I dan Siklus II ... 78

Tabel 23 : Perbandingan Minat Belajar ... 79

Tabel 24 : Komparasi Prestasi Siswa Pra Siklus dan Siklus I ... 80

Tabel 25 : Komparasi Prestasi Siswa Siklus I dan Siklus II ... 81


(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Ilustrasi Tim Jigsaw ... 35

Gambar 2 : Kerangka Berpikir ... 40

Gambar 3 : Desain Penelitian ... 50

Gambar 4 : Diagram Minat Pra Siklus ... 60

Gambar 5 : Diagram Prestasi Pra Siklus ... 62

Gambar 6: Diagram Minat Siklus I ... 68

Gambar 7 : Diagram Prestasi Siklus I ... 70

Gambar 8 : Diagram Minat Siklus 2 ... 74


(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian dari SMK Negeri 2 Depok ... 91

Lampiran 2: Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ... 92

Lampiran 3: Silabus ... 93

Lampiran 4: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 104

Lampiran 5: Kisi-Kisi Kuesioner ... 114

Lampiran 6: Kuesioner ... 117

Lampiran 7: Wawancara Siswa ... 119

Lampiran 8: Kisi-kisi soal ... 121

Lampiran 9: Soal ... 125

Lampiran 10: Tes Hasil Uji Validitas Minat ... 137

Lampiran 11: Uji Validitas dan Reliabilitas Minat ... 139

Lampiran 12: Data Minat Siklus II ... 142


(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses terjadi melalui berbagai pengalaman. Rusman mengutip pendapat dari Sudjana mengenai pengertian belajar. Menurut Sudjana, belajar merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.1 Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua pelaku yaitu guru dan siswa.

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang bersifat kompleks dan dinamis yang dilakukan oleh guru dan peserta didik dengan bantuan sumber belajar serta dilaksanakan pada lingkungan pendidikan. Selain itu, proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan. Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara siswa dan guru. Dalam interaksi tersebut dibutuhkan komponen- komponen yang sangat dibutuhkan yaitu tujuan yang akan dicapai, materi pembelajaran, peserta didik, guru, metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.2

Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang proses pembelajaran yaitu tujuan, materi, pendekatan, strategi, model pembelajaran, metode mengajar dan evaluasi. Setiap komponen saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.

1.Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Eds Kedua. PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm. 1.

2

Popi Sopianti., Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa , Bogor, Ghalia Indonesia, 2014,


(22)

2

Proses belajar mengajar yang baik adalah berpusat pada siswa dan berfokus pada diri siswa berupa pengalaman, latar belakang, bakat, minat, dan kebutuhan siswa. Hal ini paling efektif dalam meningkatkan tingkat pembelajaran dan prestasi bagi semua siswa.3Melalui proses pembelajaran dengan melibatkan keaktifan siswa, guru berperan sebagai pendorong dan juga memonitoring siswa agar siswa bisa aktif dalam proses pembelajaran.

Siswa memperoleh kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga mereka memperoleh pemahaman yang mendalam dan dapat meningkatkan kompetensi siswa. Seiring dengan tanggung jawab profesional seorang guru dalam proses pembelajaran, maka dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran setiap guru dituntut untuk selalu menyiapkan bahan-bahan yang berhubungan dengan proses pembelajaran yang akan berlangsung.4

Hal ini bertujuan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien dan diharapkan materi yang diberikan bisa dikuasi oleh siswa. Apabila siswa dapat menguasi materi yang diberikan maka akan terlihat pada hasil akhir dan otomatis juga berpengaruh terhadap prestasi siswa.

Prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator minat siswa yang tinggi terhadap proses pembelajaran. Apabila siswa berminat pada proses belajar mengajar, maka ia akan merasa puas dan minat tersebut terus ada maka akan berpengaruh terhadap hasil akhirnya, begitu juga dengan pembelajaran, bila

3

E. Kosasih, Strategi dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013, Yrama Widya. Bandung, 2014, hlm.10.

4 Hamzah, B. Uno,Nurdin Mohamad., Belajar dengan Pendekatan Pailkem, 2011, Bumi Aksara,


(23)

siswa minat terhadap materi atau pembelajaran tersebut maka akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.5

Pada proses belajar mengajar sekarang ini, masih sering ditemukan permasalahan di kelas terutama dalam pengelolaan kelas, keaktifan siswa yang kurang. Hal ini dapat dilihat dengan aktifitas siswa di dalam kelas. Misalnya saat guru menjelaskan materi banyak siswa yang tidak memperhatikan dan asik berkegiatan dengan teman sebelah, atau siswa tertidur karena bosan dengan penyampaian guru. Maka untuk mengatasi hal itu guru harus kreatif sehingga bisa menciptakan kelas yang kondusif dan menarik.

Sejarah merupakan mata pelajaran wajib di sekolah. Bila berbicara mengenai sejarah, siswa sering berpikir bahwa sejarah hanya urusan guru sejarah saja yang berminat pada sejarah karena pekerjaannya sebagai guru. Siswa kurang begitu menyadari bahwa pembelajaran sejarah sangat penting bagi mereka. Oleh sebab itu guru pertama-tama harus membuat siswa paham mengapa sejarah penting untuk diajarkan di sekolah maupun di luar sekolah. 6

Pemahaman sejarah yang dilakukan di sekolah maupun luar sekolah, merupakan dasar terbinanya identitas nasional yang merupakan salah satu modal utama dalam membangun bangsa kita masa kini maupun di masa yang akan datang.7 Penelitian yang dilakukan oleh Yosefin juga menunjukkan bahwa pelajaran sejarah menurut pandangan siswa merupakan pengetahuan yang tidak menjamin masa depan mereka, siswa memandang mempelajari sejarah hanyalah sia-sia sebab mereka hanya menceritakan masa lalu dan bersifat hafalan.

5 Popi Sopianti, op.cit., hlm. 33

6

I Gde Widja, Dasar-dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah, Jakarta,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan , 1989, hlm. 7.

7


(24)

4

Kurang menariknya pelajaran sejarah kemungkinan bersumber pada anggapan yang keliru tentang sejarah itu sendiri.8 Dalam penyajiannya butuh keterampilan sehingga siswa tertarik untuk menyimak pembelajaran. Dewasa ini penyajian materi sejarah masih ada yang menggunakan metode ceramah selain itu juga cara guru mengajar yang membosankan juga membuat minat dan prestasi belajar siswa menjadi rendah.

Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari minat belajar yang tinggi. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketetarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.9 Salah satu meningkatkan minat belajar dengan penggunaan model pembelajaran, dengan menggunakan model serta metode pembalajaran yang menarik akan memicu minat siswa untuk belajar.

Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa minat belajar siswa tergolong cukup. Selain itu pada prestasi, dari jumlah siswa 32 hanya 25% siswa yang mencapai KKM dan 75% siswa belum mencapai KKM. Upaya peningkatan prestasi belajar sejarah siswa, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang dipakai untuk memberikan keterampilan dan keahlian guru supaya tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru karena di samping guru harus memberikan materi dengan jelas dan runtut sesuai dengan peristiwa, guru juga harus menggunakan model yang menyenangkan dan berpusat kepada siswa, siswa yang berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Pada saat ini kurikulum yang digunakan di sekolah ialah kurikulum 2013, dimana pada kurikulum 2013 ini harapannya siswa yang aktif dalam proses

8 Ibid, hlm 3.

9 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2010,


(25)

pembelajaran khusunya pembelajaran sejarah. Namun tidak semua model pembelajaran bisa digunakan untuk mata pelajaran sejarah, maka guru harus pintar memilih metode yang menekankan keaktifan siswa. Pembelajaran kooperatif cocok digunakan dalam mata pelajaran sejarah, salah satunya model kooperatif tipe Jigsaw.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berfokus kepada kelompok-kelompok kecil.10 Pembelajaran dengan berkelompok bisa saling membantu satu sama lain dalam memahami materi yang diberikan selain itu siswa dapat berbaur dengan yang lain karena kelompok yang dibentuk tidak monoton. Pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe salah satunya adalah tipe Jigsaw. Tipe ini sangat memudahkan siswa untuk bertukar informasi mengenai materi yang didapat. Langkah-langkah tipe Jigsaw ini sangat mudah dan juga menekankan pada keaktivan siswa. Setelah mendalami tipe ini peneliti berkeinginan untuk menggunakan model Jigsaw dalam proses pembelajaran.

Penerapan model Jigsaw juga dilandasi pengalaman yang dilakukan oleh Aulia Okta Vrigati pada tahun 2009 di SMP Negeri 8 Malang. Peneliti berhasil menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar. Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar pada siklus 1 sebesar 30,44 dan pada siklus 2 sebesar 37,46 dengan presentasi peningkatan 23,06%.11

Pengalaman penelitian kedua dilakukan oleh Karmiyati pada tahun 2014 di kelas VII D SMP N 1 Saden. Penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa

10

M. Tobroni, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik, Yogyakarta, Ar. Ruzz Media , 2015, hlm 235.

11 Jurnal : http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=40946 diunduh selasa 14 juni


(26)

6

pembelajaran model jigsaw dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar mata pelajaran IPS. Hasil penelitian model Cooperative Learning Tipe Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar IPS apabila telah mencapai ketuntasan belajar

klasikal ≥ 80%, dengan ketuntasan individu ≥ 75%. Hasil penelitian menunjukkan metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VII D SMP N 1 Sanden Kabupaten Bantul. Peningkatan minat ditunjukkan dari siswa yang minat belajar sangat baik sejumlah (35,71%) menjadi (67,85%) pada akhir siklus II. Metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas VII D SMP N 1 Sanden Kabupaten Bantul. Prestasi belajar IPS siswa meningkat dari rata-rata sebesar 70,21 pada tahap awal, 76,9 pada siklus I dan 80 pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan minat dan prestasi belajar dengan menggunakan metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw. 12 Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Jigsaw dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas terdapat beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Metode ceramah yang membuat siswa bosan

2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi 3. Minat belajar siswa rendah

12


(27)

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan minat belajar sejarah dikelas X SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta?

2. Apakah model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta?

D.Pemecahan Masalah

Cara pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw dalam proses pembelajaran sejarah. Karena melalui model pembelajaran tersebut melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga diyakini dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar sejarah.

E.Tujuan Penulisan

Penelitian terhadap siswa-siswi kelas X SMK N 2 Depok Sleman bertujuan untuk:

1. Meningkatkan minat belajar sejarah pada kelas X KI SMK Negeri 2 Depok, Sleman Yogyakarta menggunakan model Jigsaw

2. Meningkatan prestasi belajar sejarah kelas X KI SMK Negeri 2 Depok, Sleman Yogyakarta menggunakan model Jigsaw


(28)

8

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi siswa

Manfaat bagi siswa dalam penerpan model pembelajaran Jigsaw ini adalah untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah

2. Manfaat bagi peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan peneliti dalam menerapkan model pembelajaran Jigsaw pada mata pelajaran sejarah dan untuk menambah pengalaman peneliti sebagai calon guru sejarah dalam memilih model pembelajaran yang tepat.

3. Manfaat Bagi Guru

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif bagi guru sejarah dalam memilih model pembelajaran yang efektif

4. Manfaat bagi sekolah

Manfaat bagi sekolah, menjadi sumbang saran bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses belajar mengajar di kelas.


(29)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah tidak asing lagi di masyarakat namun, banyak prespektif mengenai belajar menurut para ahli. Muhibin Syah mengutip beberapa pendapat ahli mengenai arti belajar, diantaranya pendapat Skinner dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology : The Teaching- Learning Process, bahwa belajar merupakan suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progresif. Muhibin Syah juga mengutip pendapat Hintzman dalam bukunya The Psycology of Learning berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia yang disebabkan oleh pengalaman dan mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut. Menurut Wittig dalam bukunya Psychology Learning mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segalam macam tingkah laku sebagai hasil pengalaman.10

Ada pula Siregar eveline yang mengutip pendapat Harold Spears dan Gagne tentang arti belajar. Harold Spears mengemukakan pengertian belajar dalam prespektifnya yang lebih detail. Menurut Spears learning is to be observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction (Belajar

10


(30)

10

adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan).11

Gagne pernah mengemukakan prespektifnya tentang belajar. Salah satu definisi belajar yang cukup sederhana namun mudah diingat adalah yang dikemukakan oleh Gagne :“ Learning is relatively permanent change in behavior that result from past experience of purposeful instruction”. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/direncanakan. Pengalaman yang diperoleh individu dalam interaksinya dengan lingkungan, baik yang tidak direncanakan maupun yang direncanakan, sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap.

Mengutip pendapat Hilgard dan Bower, belajar memiliki arti : 1) to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study ; 2) to fix in the mind or mempy; memorize ; 3) to acquire trough experience; 4) to become in forme of the find out.12 Berdasarkan definisi tersebut belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasi pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasi pengalaman dan mendapatkan informasi atau menemukan. Crow & Crow dalam buku E. Kosasih mengartikan belajar sebagai kondisi diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.

Menurut Morgan, belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pendapat Morgan ini hampir

11

Siregar Eveline, Nara Hartini, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor , Ghalia Indonesia, 2015, hlm. 28.

12

H. Baharuddin. I. Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta, Ar-Ruzz


(31)

sama dengan pendapat beberapa para ahli di atas yang pada intinya menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang bisa mengubah tingkah laku seseorang disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi tiga domain,yaitu kognitif, afektif, dan psikimotor.13

Pada tahap kognitif, peserta didik dituntut untuk mengingat, memahami, mengklarifikasi, dan menganalisis tentang apa yang telah dipelajari. Pada tahap afektif setelah melalui tahap belajar, diharapkan siswa mampu menguasai tentang sikap, minat serta nilai-nilai positif lainnya, seperti belajar saling menghomarti, saling menghargai, dan lain sebagainya. Sedangkan pada tahap ketiga yang bersifat psikomotor menekankan kepada tujuan agar siswa di samping mengerti, memahami, tetapi juga harus mampu menguasai dan melakukan kecakapan-kecakapan keterampilan.

2. Ciri-Ciri Belajar

Terdapat 5 ciri-ciri belajar diungkapkan oleh Burhanuddin dan Wahyuni di yaitu14:

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku b. Perubahan perilaku relatif permanen

c. Perubahan perilaku tidak harus segera dapat diamati pada saaat proses belajar berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial d. Perubahan perilaku merupakan hasil latihan atau pengalaman

13Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Bandung, Nusa Media

2014, hlm. 5.

14


(32)

12

e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan 3. Tujuan Belajar

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang lebih kondusif. Sistem lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau akan dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materinya, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan pra sarana belajar yang tersedia.15

4. Pembelajaran Sejarah

Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah khusunya di Sekolah Menengah Atas. Sampai saat ini masih ada guru sejarah yang menggunakan paradigma konvensional, paradigma konvensional yang dimaksud yaitu guru menggunakan metode ceramah dan siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran. Guru hanya berceramah selama proses pembelajaran sementara siswa hanya menjadi pendengar. Menggunakan paradigma yang seperti itu membuat siswa merasa bosan terhadap mata pelajaran sejarah sehingga muncul ketidaktertarikan siswa pada mata pelajaran sejarah.

Banyak orang yang mengatakan bahwa mata pelajaran sejarah membosankan dan hanya menghafal nama tokoh, tanggal, tempat dan waktu. Namun, pada kenyataannya sejarah tidak hanya sekedar mempelajari nama tokoh ataupun tanggal. Berdasarkan pengalaman, pada saat mempelajari sejarah banyak

15


(33)

nilai-nilai yang harusnya diterapkan dikehidupan sekarang maupun dimasa yang akan datang, karena dalam sejarah masa lalu selalu berkaitan dengan masa sekarang dan masa yang akan datang.

Pembelajaran sejarah sebagai sarana pendidikan bangsa terutama dalam aplikasi sejarah normatif, Djoko Suryo merumuskan beberapa indikator terkait dengan pembelajaran sejarah tersebut yaitu16:

1) Pembelajaran sejarah memiliki tujuan, substansi, dan sasaran pada segi-segi yang bersifat normatif.

2) Nilai dan makna sejarah diarahkan pada kepentingan tujuan pendidikan dari pada akademik atau ilmiah murni.

3) Aplikasi pembelajaran sejarah bersifat prakmatik, sehingga dimensi dan substansi dipilih dan disesuaikan dengan tujuan, makna, dan nilai pendidikan yang hendak dicapai yakni sesuai dengan tujuan pendidikan 4) Pembelajaran sejarah secara normatif harus relevan dengan tujuan

pendidikan nasional.

5) Pembelajaran sejarah harus memuat unsur pokok yaitu instruction, intellectual training, dan pembelajaran moral bangsa dan civil society yang demokratis dan bertanggung jawab pada masa depan bangsa. 6) Pembelajaran sejarah tidak hanya menyajikan pengetahuan fakta

pengalaman kolektif dari masa lampau, tetapi harus memberikan latihan berpikir kritis dalam memetik makna dan nilai dari peristiwa sejarah yang dipelajarinya.

16


(34)

14

7) Interprestasi sejarah merupakan latihan berpikir secara intelektual kepada para peserta didik dalam pembelajaran sejarah.

8) Pembelajaran sejarah berorientasi pada humanistic dan verstehen, (understanding), meaning, historical consciousness bukan sekedar pengetahuan kogitif dari pengetahuan dari bahan sejarah.

9) Nilai dan makna peristiwa kemanusiaan sebagai nilai-nilai universal di samping nilai partikular.

10)Virtue, religiusitas dan keluhuran kemanusiaan universal dan nilai-nilai patriotism, nasionalisme, dan kewarganegaraan, serta nilai-nilai demokratis yang berwawasan nasional, penting dalam penyajian pembelajaran sejarah.

11)Pembelajaran sejarah tidak saja mendasari pembentukan kecerdasan atau intelektualitas, tetapi pembentukan martabat manusia yang tinggi.

12)Relevansi pembelajaran sejarah dengan orientasi pembangunana nasional berwawasan kemanusiaan dan kebudayaan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah memiliki peran penting dalam pembentukan nasionalisme bangsa dan juga membuat siswa untuk berpikir kritis dalam setiap peristiwa sejarah.

B.Pembelajaran Konstruktivisme 1. Pengertian Konstruktivisme

Von Glasersfeld dalam Paul Suparno mengatakan bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita


(35)

adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri.17 Von Glasersfeld mengatakan bahwa pengetahuan bukannya suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia. Manusia merekonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan, objek maupun pengalaman mereka.

Kontruktivisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya.18Adapun menurut Tran Vui dalam buku M. Thobroni menyebutkan bahwa kontruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas pengalaman-pengalaman sendiri. 19 Pembelajaran konstruktivisme merupakan teori yang menekan pentingnya peran pembelajaran dalam membangun dan mentransformasikan pengetahuan.

Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya yang masing –masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa orang alam dimaknai berbeda oleh masing –masing individu dan

17

Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta, Penerbit Kanisus, 1997, hlm. 18.

18

Baharudin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2015, hlm. 163-164.

19


(36)

16

disimpan di dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak(struktur pengetahuan) dalam otak manusia.20

Struktur pengetahuan dikembangkan melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan pengalaman baru.

Tujuan pembelajaran dalam konstruktivisme ialah membangun pemahaman. Pembelajaran sejarah dalam pandangan konstruktivisme adalah membantu siswa untuk membangun konsep dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga menciptakan konsep baru.

2. Pembelajaran Sejarah Berdasarkan Konstruktivisme

Telah diuraikan diatas, bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. 21 Dalam proses belajar mengajar guru tidak secara langsung memberikan seluruh pengetahuan kepada peserta didik namun peserta didik harus membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman masing-masing. Pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupaan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan oleh peserta didik sebagai bahan mentah bagi proses renungan. Pikiran peserta didik tidak akan menghadapi kenyataan dalam bentuk terasing dalam lingkungan sekitar. Pembelajaran sejarah berdasarkan

20

Tritanto Ibnu Badar Al-Tabani, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan Kontekstual. Konsep Landasan dan Implementasi Pada Kurikulum 2013, Pendamedia Group, Jakarta, 2014, hlm. 147.

21


(37)

konstruktivisme memubuat siswa berpikir secara kritis mengenai masalah-masalah yang ada di sekitarnya. Siswa dapat menggali informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber, menganalisis masalah-masalah tersebut kemudian membuat konsep pemahaman siswa sendiri dalam mempelajari sejarah.

Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan serta pengalaman belajar yang telah dialami untuk merekonstruksi pengetahuan yang baru dan bisa menarik hubungan dengan kehidupan sehari-hari. Berikut ini prinsip-prinsip dalam pembelajaran sejarah berdasarkan konstruktivisme.22

a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial;

b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dan guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar;

c. Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah;

d. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.

e. Evaluasi dalam pembelajaran, dalam pandangan konstruktivis, evaluasi menekankan pada penyusunan makna secara aktif yang melibatkan keterampilan yang terintegrasi dengan menggunakan masalah dalam konteks nyata; menggali munculnya berpikir divergen, pemecahan

22

https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol24no1april2010/PAR ADIGMA%20PEMBELAJARAN%20SEJARAH%20YR%20Subakti.pdf. Diunggah 3 Agustus 2016.


(38)

18

ganda, bukan hanya satu jawaban benar; evaluasi harus diintegrasikan ke dalam tugas-tugas yang menuntut aktivitas belajar yang bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks nyata, bukan sebagai kegiatan yang terpisah

C.Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah 1. Pendekatan Saintifik

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruki konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.23 Pembelajaran saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) berpusat pada siswa.

2) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

4) dapat mengembangkan karakter siswa.

23M, Lazim, p4tksb-jogja.com/.../index.php?...saintifik...kurikulum-2013, jurnal pendidikan. Di


(39)

Pendekatan saintifik memberikan pedoman bagi guru supaya memberikan arahan kepada peserta didik untuk mandiri dan aktif di kelas. Siswa diajak untuk mandiri dalam mencari sumber-sumber belajar berkaitan dengan materi sehingga siswa tidak terpaku pada guru. Adapun langkah-langkah dalam pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran yaitu24 :

1) Melakukan pengamatan atau observasi

Observasi adalah menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi. Pengamatan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan kualitatif mengandalkan panca indera dan hasilnya dideskripsikan secara naratif. Sementara itu kuantitatif untuk melihat karakteristik benda menggunakan alat ukur karena menggunakan angka. Pengamatan yang cermat sangat dibutuhkan untuk dapat mengalanisis suatu permasalahan. Guru dapat menayangkan sebuah video dan meminta siswa melakukan pengamatan tentang hal-hal tertentu serta membuat catatan 2) Mengajukan pertanyaan

Siswa perlu diliatih untuk merumusakan pertanyaan terkait dengan topik yang dipelajari. Aktifitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan dalam diri siswa sehingga terbentuk pemiliran/sikap kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk belajar. Guru perlu mengajukan pertanyaan dalam upaya motivasi untuk mengajukan pertanyaan.

24Sani, Ridwan Abdullah, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, PT Bumi


(40)

20

3) Melakukan eksperimen/percobaan/memperoleh informasi

Belajar dengan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam melakukan aktifitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan. Guru dapat menugaskan siswa untuk mengarahkan siswa dalam merencanakan aktifitas, melaksanakan dan melaporkan aktifitas yang telah dilakukan.

4) Mengasosiasi/menalar

Kemampuan mengelola informasi melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan akan diproses dan untuk menemukan keterkaitan informasi dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang telah ditemukan.

5) Membangun jaringan dan komunikasi

Sebuah jaringan terbentuk ketika siswa berpartisipasi dalam kegiatan diskusi. Kemampuan untuk membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman. Bekerja sama dalam kelompok merupakan salah satu cara membentuk kemampuan siswa untuk dapat membangun jaringan dan komunikasi.

2. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah

Kurikulum 2013 sangat menekankan pendekatan saintifik sebagai pendekatan pembelajaran yang membuat siswa aktif dan berpartisipasi di dalam kelas. Pendekatan ini sangatlah diperlukan dalam pembelajaran sejarah


(41)

untuk menumbuhkan sikap kritis siswa dalam mengelola informasi mengenai peristiwa sejarah. Sampai saat ini masih banyak siswa yang tidak senang dengan mata pelajaran sejarah dikarenakan pelajaran sejarah pelajaran yang bersifat hafalan. Hal ini akan mengawatirkan apabila guru masih menggunakan sistem hafalan dalam proses pembelajaran sejarah.

Maka dari itu pendekatan saintifik sangatlah perlu diterapkan dikarenakan pendekatan ini mengajak siswa untuk belajar sejarah melalui proses mengamati, menanya, menemukan keterkaitan antar infomasi dari hasil pengamatan peristiwa-peristiwa sejarah, dan mengkomunikasikan informasi yang siswa dapatkan berdasarkan hasil pengalaman, pengamatan.

D.Minat

1. Pengertian Minat

Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar siswa. Kegiatan belajar yang dilakukan tidak sesuai dengan minat siswa akan berpengaruh kepada hasil belajar siswa. Dengan adanya minat maka siswa akan mendapatkan hal yang positif dan akan mendapatkan kepuasan batin dari pembelajaran yang dilaksanakan. Menurut Slameto, minat merupakan suatu rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh.25 Minat diartikan sebagai kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi

25


(42)

22

itu.26 Menurut Usman kondisi belajar rmengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar.

Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.27 Menurut Sukardi, minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Menurut Bernard dalam Sardiman menyatakan bahwa minat dapat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat partisipasi, pengalaman , kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja.28

Menurut Rosyidah, timbulnya minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu29 :

a. Minat yang berasal dari pembawaan. Minat yang berasal dari pembawaan, timbul dengan sendirinya dari setiap individu, hal ini dipengaruhi oleh bakat ilmiah atau faktor keturunan.

b. Minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar diri individu. Minat yang timbul seiring dengan proses perkembangan individu. Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan keluarga dan adat.

Selain itu minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketetarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu sesuatu di luar

26

W.S . Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta, PT Grasindo, 1991, hlm. 105.

27

KT Aritonang - Jurnal pendidikan penabur, 2008 – bpkpenabur.or.id

Di unggah 20 April 2016.

28

W.S.Winkel, op.cit., hlm 57.

29


(43)

diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya.

Menurut Slameto, beberapa indikator minat belajar yaitu: perasaan senang, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan siswa. Dari beberapa definisi yang dikemukakan mengenai indikator minat belajar tersebut diatas, dalam penelitian ini menggunakan indikator minat yang dilakukan melalui wawancara yaitu30:

a) Perasaan Senang

Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar.

b) Keterlibatan Siswa

Ketertarikan seseorang akan objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut.

c) Ketertarikan

Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan pada sesuatu benda, orang, kegiatan atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

d) Perhatian

Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama dalam penggunaan sehari-hari, perhatian siswa merupakan konsentrasi siswa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain.

30


(44)

24

Siswa memiliki minat pada obyek tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut

Dari gambaran definisi di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan dorongan untuk tertarik akan sesuatu akibat partisipasi, kebiasan individu pada saat belajar. Minat akan muncul apabila individu melakukan kegiatan yang menyenangkan dan lama kelamaan mendatangkan pengaruh besar bagi individu tersebut.

E.Pembelajaran Sejarah 1. Sejarah

Kata sejarah diadopsi dari bahasa Arab yaitu Syajarah yang berarti pohon

kehidupan. Maksudnya segala hal mengenai kehidupan memiliki”pohon” yakni

masa lalu itu sendiri. Sebagai pohon, sejarah adalah awal dari segalanya yang menjadi realitas masa kini.31 Sejarah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung tiga makna, yaitu (1) kesusastraan lama (silsilah, asal usul), (2) kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lalu, dan (3) ilmu, pengatahuan, cerita, pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Sejarah dalam pandangan R.Mohammad Ali adalah (1) jumlah perubahan-perubahan, kejadian-kejadian, dan peristiwa-peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita, (2) cerita tentang perubahan-perubahan dan sebagainya, dan (3) ilmu yang bertugas menyelediki tentang perubahan. 32 Menurut Kuntowijoyo dalam buku pengantar ilmu sejarah memberikan pengertian sejarah

31

ABD Rahman Hamid, Muhhamad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah, Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2011, hlm 4.

32


(45)

sebagai rekontruksi masa lalu. Artinya apa yang telah terjadi dalam kaitannya dengan manusia dan tindakan manusia direkontruksi (re artinya kembali; contruction artinya bangunan) dalam bentuk kisah sejarah.33

Sejarah memiliki ciri, peranan dan fungsi dalam kehidupan manusia. Ciri-ciri sejarah adalah dimana dalm kehidupan manusia peristiwa sejarah antara lain. (1) peristiwa yang abadi, ; (2) peristiwa yang unik. ; (3) peristiwa yang penting. Peranan sejarah dalam kehidupan manusia antara lain :

a. Sejarah sebagai peristiwa b. Sejarah sebagai cerita c. Sejarah sebagai ilmu

Sejarah juga memiliki beberapa kegunaan yang tidak didapatkan dari ilmu-ilmu lain yaitu34:

a. Kegunaan edukatif

Sejarah bisa memberikan kearifan atau kebijaksaan bagi yang mempelajarinya.

b. Kegunaan inspiratif

Sejarah sangat berguna untuk memberikan inspirasi dan untuk mewujudkan identitas sebagai suatu bangsa. Inspirasi yang digali dari pelajaran sejararah yaitu dengan semangat nasionalisme dan patriotism terutama untuk mengembangkan identitas kebangsaan.35

33 Ibid, hlm.9.

34

Muhamad Arif, Pengantar Kajian Sejarah, Yrama Widya, Bandung, 2011, hlm. 14-15

35


(46)

26

c. Kegunaan rekreatif

Ketika membaca suatu cerita sejarah maka kita dapat melihat masa lampau dan tempat-tempat peristiwa sejarah.

F. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Oemar Hamalik menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan sesuatu yang dibutuhkan seseorang untuk mengetahui kemampuan setelah melakukan kegiatan yang bersifat belajar, karena prestasi adalah hasil belajar yang mengandung unsur penilaian, hasil usaha kerja dan ukuran kecakapan yang dicapai siswa.36

Menurut Winkel prestasi belajar yang diberikan oleh siswa, berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya sesuai dengan tujuan instruksional, menampakkan hasil belajar. Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Ahmad Susanto menyatakan bahwa prestasi dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.37

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan pada diri individu

36Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm. 68.

37

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013, hlm 5.


(47)

sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.38 Selanjutnya menurut Winkel, belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

2. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Wasliman, mengemukakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor baik internal maupun eksternal.39

a. Faktor internal: faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. Faktor eksternal : faktor yang berasal dari luar peserta didik yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

3. Hasil belajar berupa hal-hal berikut :

a. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol maupun penerapan aturan.

b. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

38 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional, Surabaya,

1994, hlm. 23

39


(48)

28

mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan

c. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai.

G.Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerjasama kelompok dan interaksi antarsiswa. Persamaan antarsemua strategi ini terletak dalam hal bahwa para siswa bekerja bersama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan bersama. Strategi-strategi pembelajaran kooperatif secara khusus dirancang untuk mendorong siswa dalam bekerja sama dan saling membantu satu sama lain untuk mempelajari tujuan-tujuan umumnya. Pembelajaran kooperatif


(49)

mendidik sikap-sikap antar kelompok yang positif di dalam ruang kelas yang multikultural.40

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. Slavin dalam hamzah mengutarakan bahwa pembelajaran kooperatif membuat siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini memperbolehkan pertukaran ide dan pemerikasaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme. Dengan demikian, pendidikan setidaknya mampu mengondisikan, dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktifitas serta daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran.

Dalam sistem belajar kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri. Di dalam pembelajaran ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya

40

David A. Jacobsen, Paul Eggen, Donal Kauchak, Methods For Teaching Metode-Metode


(50)

30

memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pemikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengelaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Menurut Johnson dan Johnson yang dikutib oleh M.Throboni menyebutkan pembelajaraan kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang berkelompok, sama dengan pengalaman individu maupun kelompok.41

Dalam Gordon Alport, mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil yang lebih baik. Dalam Sholomo Sharan mengilhami peminat model pembelajaran kooperatif untuk membuat setting kelas dan proses pembelajaran yang memenuhi tiga kondisi yaitu (a) adanya kontak langsung, (b) sama-sama berperan serta dalam kerja kelomoik, dan (c) adanya persetujuan antar-anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif tersebut.42

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hamya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pembelajaran, tetapi juga adanya usur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning. H. Isjoni mengutip

41M. Tobroni, op.cit., hlm. 235.

42


(51)

dari Slavin mengenai karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.43 :

a.Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan- tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan indvidu sebagai anggota kelompok.

b.Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas- tugas lainnya secara mandiri.

c.Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan nilai yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil, baik di kelompok maupun secara individu.

43H.Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik,


(52)

32

3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif:

Menurut Rusman unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut44: a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup

sepenanggungan bersama

b. Siswa bertangung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa haruslah membagi tugas dan bertanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberi hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua kelompoknya.

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

g. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

4. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan Johnson ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperatif learning), yaitu sebagai berikut45:

a. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, guru perlu menciptakan suasana belajar yang mendorong siswa merasa saling membutuhkan. Nurhadi dalam buku M

44

Rusman, op.cit., hlm 208.

45


(53)

Troboni menyebutkan bahwa menyatakan rasa saling membutuhkan tersebut dapat dicapai melalui rasa saling ketergantungan pencapaian tujuan, dalam menyelesaikan tugas, dan mencari sumber belajar.

b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability). Dalam kelompok belajar, siswa memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas di kelompoknya secara baik. Meskipun dalam penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap pembelajaran secara individu, baik buruknya skor atau nilai yang didapatkan oleh kelompok bergantung pada seberapa baik sor atau nilai yang dikumpulkan oleh masing-masing anggota kelompok.

c. Tatap muka (face to face promotion interaction), interaksi antar-anggota kelompok sangat penting karena siswa membutuhkan bertatap muka dan berdiskusi. Dengan adanya tatap muka, antar-anggota kelompok akan membentuk hubungan yang menguntungkan untuk semua anggota.

d. Komunikasi antar kelompok (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dalam berpartisipasi aktif dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

e. Evaluasi proses kelompok, yaitu guru perlu menjadwalkan waktu khusus untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.


(54)

34

H.Model Pembelajaran Jigsaw 1. Pengertian Pembelajaran Jigsaw

Dalam model pembelajaran kooperatif terdiri dari banyak tipe salah satunya dalah Jigsaw. Jigsaw adalah salah satu jenis strategi pembelajaran kooperatif , dimana siswa ditempatkan pada kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu topik umum. Topik tersebut biasanya memiliki cakupan yang luas dan setiap anggota kelompok dalam satu tim ditugaskan untuk mengerjakan subjek-subjek tertentu.46

Model ini dikembangkan dan di uji coba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Arti jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Pada dasarnya dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi kompenen-komponen kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/sub topik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang.

46


(55)

Siswa-siswa ini akan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam : (a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; (b) merencanakan bagimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompok semula. Setelah itu, siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopik nya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya.

Ahli dalam sub topik lainnya juga betindak serupa.Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

2. Langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw

Gambar 1 : Ilustrasi yang menunjukkan Tim Jigsaw47

Langkah-langkah nya adalah sebagai berikut48:

a. Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang

b. Setiap siswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda

c. Masing-masing siswa dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan

47

Titik triwulan tutik trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Konstektual , PRENADAMEDIA GROUP, Jakarta, 2013, hlm 123.

48 H. Tukiran Taniredja, Efi Muftah Faridli, Sri Harmianto, Model Pembelajaran Inovatif dan


(56)

36

d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru ( kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka

e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi g. Guru memberi evaluasi

h. Penutup

3. Kelebihan dan Kekurangan Jigsaw

Pembelajaran model jigsaw memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut :

a. Kelebihan

1) Memungkinkan murid dapat mengembangkan kreativitas, kemampuan, dan daya pemecahan masalah menurut kehendaknya sendiri

2) Siswa tidak bergantung kepada guru

3) Siswa dapat mengembangkan ide atau gagasan

4) Siswa bisa lebih aktif dan saling memberikan pendapat b. Kekurangan

1) Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok


(57)

masing-masing dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi

2) Jika anggota kelompoknya kurang akan menimbulkan masalah

3) Membutuhkan waktu yang lebih lama, apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk mengubah posisi yang dapat menimbulkan kegaduhan.49

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk

kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan oleh Lie, bahwa “pembelajaran

kooperatif model Jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan

bertanggung jawab secara mandiri”.

Dalam model kooperatif Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengola informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain

I. Penelitian yang relevan

Peneliti mengambil penelitian yang relevan guna untuk mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian

49Aris Shoimin. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media, Jakarta,


(58)

38

orang lain yang relevan dan dijadikan titik tolak mencoba pengulangan, revisi, modifikasi dan lain lain. Penelitian yang relevan dan selaras dengan judul penelitian yang diambil dengan judul penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada kompetensi dasar hidrosfer kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun ajaran 2009/2010 yang dilakukan oleh Zainal Abidin Mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa prestasi belajar meningkat dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw, dengan presentase pada siklus 1 sebesar 70% meningkat 13 % dan pada siklus 2 dengan 83%. Penerapan model Jigsaw juga dilandasi pengalaman yang dilakukan oleh Aulia Okta Vrigati pada tahun 2009 di SMP Negeri 8 Malang. Peneliti berhasil menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar. Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar pada siklus 1 sebesar 30,44 dan pada siklus 2 sebesar 37,46 dengan presentasi peningkatan 23,06%.50 Pengalaman penelitian ketiga dilakukan oleh karmiyati pada tahun 2014 di kelas VII D SMP N 1 Saden. Penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa pembelajaran model jigsaw dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar mata pelajaran IPS. Hasil penelitian Metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar IPS apabila telah

mencapai ketuntasan belajar klasikal ≥ 80%, dengan ketuntasan individu ≥ 75%.

Hasil penelitian menunjukkan metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VII D SMP N 1 Sanden Kabupaten

50


(59)

Bantul. Peningkatan minat ditunjukkan dari siswa yang minat belajar sangat baik sejumlah (35,71%) menjadi (67,85%) pada akhir siklus II. Metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas VII D SMP N 1 Sanden Kabupaten Bantul. Prestasi belajar IPS siswa meningkat dari rata-rata sebesar 70,21 pada tahap awal, 76,9 pada siklus I dan 80 pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan minat dan prestasi belajar dengan menggunakan metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw.

Ketiga penelitian yang telah dijabarkan tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena memiliki variabel yang sama yaitu menggunakan model pembelajaran Jigsaw di dalam pembelajaran. Berdasarkan dari hasil ketiga penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan model Jigsaw dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

J. Kerangka Berpikir

Permasalahan yang terjadi pada saat mata pelajaran sejarah adalah penggunakan model pembelajaran yang kurang bervariasi, guru masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa merasa bosan dan menyebabkan minat belajar siswa rendah. Minat dan prestasi belajar siswa sangat bergantung pada cara mengajar guru.

Agar pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok dan menimbulkan suasana belajar yang partisipasif maka pembelajaran jigsaw dapat digunakan untuk mendorong timbulnya minat belajar siswa. Jika


(1)

Lampiran 10

TABEL BASIL

un

VALIDITAS MINAT

No.

R tabel (taraf

Rhitung

Keterangan

si2nifIkan

50/0

1

0,361

0,666

Valid

2

0,361

0,434

Valid

3

0,361

0,69

valid

4

0,361

0,527

Valid

5

0,361

0,53

Valid

6

0,361

0,43

Valid

7

0,361

0,45

Valid

8

0,361

0,54

Valid

9

0,361

0,47

Valid

10

0,361

0,55

Valid

11

0,361

0,41

Valid

12

0,361

0,405

Valid

13

0,361

0,369

Valid

14

0,361

0,41

Valid

15

0,361

0,764

Valid

16

0,361

0,66

Valid

17

0,361

0,55

Valid

18

0,361

0,55

Valid

19

0,361

0,46

Valid

20

0,361

0,46

Valid

21

0,361

0,47

Valid

22

0,361

0,55

Valid

23

0,361

0,41

Valid

24

0,361

0,44

Valid

25

0,361

0,51

Valid

26

0,361

0,366

Valid

27

0,361

0,534

Valid

28

0,361

0,41

Valid

29

0,361

0,514

Valid

30

0,361

0,369

Valid

31

0,361

0,492

Valid

32

0,361

0,447

Valid

33

0,361

0,53

Valid

34

0,361

0,431

Valid

35

0,361

0,46

Valid

36

0,361

0,377

Valid

37

0,361

0,452

Valid

38

0,361

0,444

Valid

39

0,361

0,453

Valid

Penghitullgankorelasi product momentdari pearson-- menggunakan


(2)

138

dalam penelitian ini menggunakan jumlah responden 32.

Nilai r tabe1

(32-2)

=

30, siswa dengan tarif signifikan 5% adalah 0,361. Maka apabilar

hitung lebih besar dari r tabe1 maka instrumen tersebut dinyatakanvalid


(3)

UJI VALIDITAS MINAT

BUTIRI

NO

NAMA

X

Y

X2

y2

XY

1

Aldiana Fajar Rizkiani

4

156

16

24336

624

2

Anisa Lutfi Fajriati

2

135

4

18225

270

3

Ametta Rara Said

3

137

9

18769

411

4

Budiani Astuti

4

144

16

20736

576

5

Bevi'iFitriana

3

151

9

22801

453

6

Dian Oktavia Sejati

3

132

9

17424

396

7

Emylia Novianti Putri

2

129

4

16641

258

8

Errik Andrean Pradana.P

4

168

16

28224

672

9

Ezra Putri Wahyuningtyas

3

129

9

16641

387

10

Fathurachman Samba

4

151

16

22801

604

11

Fatimah Dziah'uIFauziah

4

150

16

22500

600

12

Fikri Nur Artiansah

4

139

16

19321

556

13

Ibnu Baskoro

3

137

9

18769

411

14

Megaswari Eka Cipta.W.

3

138

9

19044

414

15

MuhhamadDafa. F

3

136

9

18496

408

16

MUhhamadSyafi'i

4

147

16

21609

588

17

Naomi,'Safira Ekawati

2

138

4

19044

276

18 ,)

Novianti".SaIsa Dewi

4

149

16

22201

596

19

Pinkan Ndaru Dewantari

2

118

4

13924

236

20

Ppriska Apriliana Rismawati

3

133

9

17689

399

21

Risma Nurfadila

3

133

9

17689

399

22

RistantiPutri Lestari

4

154

16

23'716

616

23

Rizal Febrian Pratama

3

165

9

27225

495

24

Sa'id Abdul Chamid

3

136

9

18496

408

25

Sasqia Annisa,Bastian

4

148

16

21904

592

26

tケ。ウnオイ。ィセ。キ。エゥ

1

130

1

.. 16900

130

27

Tyas Suwami

3

150

9

22500

450

28

VIuI Choiriyah

3

127

9

16129

381

29

Vavuna Wahyu Gunawan

3

·141

9

19881

423

30

Wakhid Khoirul Umar

5

171

25

29241

855

31

Wibita Nusanti

4

146

16

21316

584

32

Yustin Mila Ayunda

4

171

16

29241

684


(4)

Dimasukkan ke rumus Spearman-Brown (Pembelahan_Ganjil-Genap)

484864-477256

140

2:XY=15152

2:X2=360

2:y2=663433

7608

"12240

.J{11520-10800}{2122-2105}

r

11=

2.

0 /687

1+ 0,687

2. 0,687

1,37

=

=--=081

1

+

0,687

1,687

'

7608

="1-1-0-6-3

=

0,687

r

.. .

..32.15152-(104)(4589)

xy

=

--;::::=========::::::::::::::=::::::::===

J{

32.360-(104)2}{32.66343-(4589}

2:X= 104

2:Y=4589

•.

kTセャ・ャイ。sャ

dengan rumus

Product Moment:

r

NLXY-(LX)(LY)

xy

=

--;::::=================

J

{NLX2

-a.:

X )2}{NLy2 -a;Y)2)


(5)

10 FATHURACHMAN SAMBA 2 5 3 5 5 5 2 5 4 3 3 4 3 3 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 4 5 5 5 172

II FATIMAH DZIA'UL FAUZIAH 3 3 3 4 4 2 4 4 I 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 141

12 FIKRLNUR ARFIANSAH 4 2 4 4 4 3 2 3 4 3 4 2 4 4 4 4 4 3 5 2 4 4 4 4 5 4 5 4 3 5 3 5 4 3 4 4 4 4 5 147

13 IBNU BASKORO 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 147

14 MEGAS\VARI EKA CIPTA. W 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 3 4 2 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 154

15 MUHHAMAD DAFA.F 3 3 4 3 3 2 2 3 I 3 4 4 3 4 5 3 4 3 4 2 3 2 4 2 4 4 4 3 3 3 3 5 5 5 5 5 4 3 5 135

16 MUHHAMAD SYAFI'I 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 t 4 5 5 4 4 5 5 3 3 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 3 5 4 4 5 156

17 NAOMI SAFIRA EKAWATI 2 2 3 5 5 5 3 4 'I 5 4 5 5 4 3 4 3 4 2 2 4 4 5 5 4 4 4 5 3 4 3 5 4 4 4 5 5 5 4 152

18 NOVIANTI SALSA DE\VI 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 150

19 PINKi\N NDARU DEWANTARI 2 3 4 3 2 2 3 3 4 3 4 5 5 4 2 3 5 5 3 3 4 4 4 5 3 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 139

20 PRISKA APRILIANA RISMAWAT1 3 3 4 3 4 3 2 4 4 5 5 5 5 5 2 4 3 3 3 2 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 3 4 4 3 5 5 5 5 5 158

21 RISMA NURFADILA 4 3 3 .3 4 3 3 4 3 4 5 5 5 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 3 4 3 4 5 4 4 4 5 151

22 RISTANTI PUTRI LESTARI 4 3 4 3 4 4 5 5 5 3 5 4 3 5 3 4 5 3 3 5 5 5 5 5 3 5 5 4 3 4 2 5 5 5 3 3 5 4 5 161

23 RIZAL FEBRIAN PRATAMA 3 5 4 3 5 3 5 5 4 5 5 3 5 5 5 5 5 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 179

24 SA'IDABDUL CHAMID 3 3 3 4 4 5 4 4 14 3 4 i3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 143

25 SASQIAANNISA BASTIAN 5 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 5 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 5 4 5 4 5 4 5 4 2 4 4 4 4 5 150

26 TYA.8NURAHMAWATI 5 5 2 3 2 3 4 4 2 4 4 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 4 4 4 3 5 4 4 2 3 3 4 3 4 4 3 4 3 5 136

27 TRISUWARNI 4 2 3 3 5 5 3 3 3 2 5 3 3 3 4 3 4 3 3 5 4 5 5 5 3 4 5 4 2 3 3 3 4 4 5 4 4 5 5 146

28 ULULCHOIRIYAH 3 2 3 3 5 2 2 2 5 4 4 3 3 3 3 4 3 5 3 5 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 3 4 4 4 3 3 5 4 5 141

. 29 VAVlJNAWAHYU GUNAWAN 2 3 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 3 4 5 5 5 5 4 2 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 170

30 WAKI-lID KHOIRUL UMAR 5 5 3 5 5 5 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 189

31 WIBITA NUSANTI 4 2 3 4 2 4 4 4 2 4 5 3 4 4 2 4 5 3 2 4 3 4 2 2 4 4 5 5 5 4 2 5 3 4 4 5 5 4 4 143

32 YUSTIN MILA AYlJNDA 4 2 5 5 5 2 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 3 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 3 177


(6)

17 11&1191201211221

o

1 ••. 1 .•.

0

-

1

QNQセ

0

-0

01 11

t

1

1

1

t

1

1

t

1

1

1

1

1

1

1

0

[

o

I

1

I

1

I

1

1 0

0

1

1

0

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

I I I

0

1

1

1

01

t i t

0 1

1

0 1 0 0 0 1 1 01

1

101 0 1 1 10101

1

1110

I I I I I I I I

0

1

1

1

1

t

1

1

1

1

1

1

t

1

t

1

0 1 1 1

1

1

1

1 1 1 1 1 1 11

1

1

1

1

1

1

0

I 1 I 1 I 1 I

0

-1

I

I

I

I

I

I

I

I

I

I

I

I

I

I

I

I

I

I

I

I

I

41

01

1

1 1.

I 1 I 1 I 1 I t i l I 1 I t i t I t i t I

0 0

1

1

1

1

1

t

1

1

1

1 0

011101010 0

1

1

1

t

t

0

1

1

0

t

t

t

0

1

0 I I

0111 1

I

0 1

1

t

1

1

1

1

1 0 1 1 0

0

1

1.

1

1

t

0 1

I

t i t

I

1

I

I

I

1

t

1

1

1

1

0

1

01 1 1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

0

1

1

1

1

0 0

-0

0 0

0

1

0

1

0 1

1

0

1

0

1

t

1

t

0

0

1

1

1

1

1

t

0

1

1

1

I

01 0

1

t

1

t

1

1

t

t

1

0

f'

1:

t

1

1

1

0

セ,

31ARNETI

A

RAM

SAID

21ANNISA LUTFI FAJRIATI

Lam·pitan 13

41BUDIANI ASTUTI

71EMY LIA NOVIANTI PUTRI

lIALD.INA FAJAItRIZKIANI

91EZRA PUTRI WAHYUNINGTYAS

61DIAN OKTAVIA SEJATI

8IERR.IK ANDREAN

PRADANA.P

51DEvrFITRIANA

tolFATHURACHMAN

SAMBA

lsIMUI-IHAMAD DAFA.F

エVimャjセhamad SYAFI'I

181NOVIANTI

SALSA

DEWI

191PINKAN NDARU DEWANTARI

121FIKRI NURARFIANSAH

11

I

FATIMAJ-I DZIA'UL FAUZIAH

14IMEGAS\VARI EKA CIPTA.W

QWQnaoセQQ

SAFlRA EKAWATI

-l3HBNU BASKORO

·0

INama


Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan model pembelajaran Jigsaw terhadap kebiasaan belajar siswa dan hasil belajar Matematika materi statistika pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017.

0 0 313

Peningkatan minat dan prestasi belajar Sejarah dengan menggunakan model jigsaw pada siswa kelas X Kimia Industri SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta.

0 0 169

Peningkatan partisipasi dan prestasi belajar sejarah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas XI teknik pengolahan migas dan petrokimia di SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 0 2

Peningkatan minat dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) siswa kelas X Teknik Pemesinan A SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta.

0 0 210

HUbungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa kelas XII SMK Negeri 2 Depok, Sleman, Yogyakarta.

1 7 115

Peningkatan prestasi belajar sejarah siswa melalui pendekatan CTL model cooperative script kelas X SMAN 1 Sleman.

0 0 195

Pengaruh penerapan model pembelajaran Jigsaw terhadap kebiasaan belajar siswa dan hasil belajar Matematika materi statistika pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2

0 4 311

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran kooperatif metode jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Kalongan Depok tahun ajaran 2012/2013.

0 1 225

Hubungan kultur keluarga dan kultur sekolah dengan minat siswa berwirausaha : studi kasus pada siswa kelas X SMK Negeri I Depok, Sleman.

0 1 161

Pengaruh tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta tahun ajaran 2015 2016

0 2 149