Pembahasan Hasil Penelitian DESKRIPSI PEMBELAJARAN, HASIL PENELITIAN, ANALISIS, DAN
perlu dilakukan pengujian data yaitu dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, setelah syarat tersebut terpenuhi maka dapat dilakukan
uji beda rata-rata nilai kedua kelas. Dalam melakukan pengujian akan digunakan bantuan aplikasi
SPSS Statistics 20.
Berdasarkan uji normalitas terhadap data hasil belajar siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol,
data tersebut berdistribusi normal. Setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal, akan dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui
variansi dari kedua data apakah sama atau tidak. Dari uji homogenitas data hasil belajar siswa, diperoleh nilai
��� � = . 9 � = . 5, maka � diterima berarti rata-rata nilai dari kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki variansi yang sama atau homogen. Setelah mengetahui bahwa data rata-rata nilai hasil belajar siswa berdistribusi normal dan homogen,
maka dapat dilanjutkan melakukan uji beda rata-rata. Uji beda rata-rata yang digunakan adalah uji beda dua rata-rata untuk data independen
dengan � , � ≥
, yaitu uji �. Dari perhitungan dengan uji � diperoleh
hasil ��� − ��� � = .
� = . 5 sehingga � ditolak. Dengan demikian terdapat perbedaan terhadap hasil belajar antara
siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran Jigsaw dan siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran konvensional atau dapat dikatakan
terdapat pengaruh terhadap hasil belajar antara siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran Jigsaw dan siswa yang diberi perlakuan
model pembelajaran konvensional. Namun jika dilihat kembali mengenai nilai rata-rata hasil belajar siswa
post-test
, dapat disimpulkan bahwa
pengaruh yang dihasilkan terhadap hasil belajar siswa adalah pengaruh negatif karena rata-rata nilai siswa pada kelas dengan menggunakan model
pembelajaran Jigsaw tidak lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai siswa pada kelas dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
3. Pengaruh Model Pembelajaran Jigsaw terhadap Kebiasaan Belajar
Berdasarkan analisis angket kebiasaan belajar siswa, dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata kebiasaan belajar
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika dilihat pada tabel 4.3 menunjukkan
rata-rata angket kebiasaan belajar siswa kelas eksperimen sebesar 74.88 sedangkan kelas kontrol sebesar 74.91. Dari penghitungan rata-rata
kebiasaan belajar siswa berdasarkan angket tersebut, dapat dikatakan bahwa kebiasaan belajar siswa di kedua kelas tidak berbeda secara
signifikan. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah dengan melakukan uji
hipotesis untuk mengetahui beda rata-rata kebiasaan belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum melakukan uji rata-rata nilai,
perlu dilakukan pengujian data yaitu dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, setelah syarat tersebut terpenuhi maka dapat dilakukan
uji beda rata-rata nilai kedua kelas. Dalam melakukan pengujian akan digunakan bantuan aplikasi
SPSS Statistics 20.
Berdasarkan uji normalitas terhadap data kebiasaan belajar siswa dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol, data tersebut berdistribusi normal. Setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal, akan dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui
variansi dari kedua data apakah sama atau tidak. Dari uji homogenitas data kebiasaan belajar siswa, diperoleh nilai
��� � = .9 � = . 5,
maka �
diterima berarti rata-rata kebiasaan belajar siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang sama atau homogen.
Setelah mengetahui bahwa data rata-rata kebiasaan belajar siswa berdistribusi normal dan homogen, maka dapat dilanjutkan melakukan uji
beda rata-rata. Uji beda rata-rata yang digunakan adalah uji beda dua rata- rata untuk data independen dengan
� , � ≥ , yaitu uji
�. Dari perhitungan dengan uji
� diperoleh hasil ��� − ��� � = .99 � = . 5 sehingga � diterima. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan
terhadap kebiasaan belajar siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran Jigsaw dan siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran
konvensional. Hasil angket kebiasaan belajar siswa menunjukkan siswa kurang
memiliki kesadaran diri dalam menghadapi ujian. Mayoritas siswa melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal yaitu rumus yang salah
danatau terbalik dengan rumus lainnya. Kesalahan tersebut terjadi karena kebiasaan belajar siswa yang kurang baik yaitu kurangnya persiapan dalam
menghadapi ujian dan siswa bukan memahami materi namun hanya menghafal materi saja. Hal tersebut diperkuat dengan angket kebiasaan
siswa yang menunjukkan bahwa 63 siswa mempersiapkan ujian sehari sebelum ujian berlangsung dan 56 siswa terbiasa belajar dengan cara
menghafal apa yang sudah dipelajari. Kesalahan yang muncul tersebut
juga sebagai akibat karena siswa kurang berlatih dalam memahami maksud dari soal, ternyata hal tersebut sangat diperkuat dengan adanya
angket kebiasaan siswa yang menunjukkan bahwa hanya 25 siswa yang mengerjakan soal dari referensi lain selain yang diberikan guru sebelum
menghadapi ujian. Selain itu, kesalahan yang muncul dari jawaban siswa adalah siswa kurang teliti dalam menghitung. Kesalahan perhitungan di
awal akan menimbulkan kesalahan di akhir. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti selama
melaksanakan proses pembelajaran, peneliti melihat tidak semua siswa di kelas eksperimen berani bertanya mengenai kesulitan, masalah, atau
kebingungan yang dihadapi selama pembelajaran kepada guru sebagai fasilitator, siswa harus dipancing terlebih dahulu agar mau bertanya.
Terkadang juga siswa tidak bertanya karena memang tidak menyadari akan kesulitan yang dihadapi, siswa baru menyadari kesalahannya tersebut
saat peneliti berkeliling melihat pekerjaan siswa. Hal tersebut terjadi karena belum adanya kesadaran diri siswa untuk mengulang materi yang
telah dipelajari. Pernyataan tersebut juga didukung berdasarkan data yang dimiliki dari kebiasaan belajar siswa pada kelas eksperimen yang
menunjukkan hanya 9 siswa yang mempelajari kembali materi yang telah dipelajari di sekolah. Peneliti juga melihat selama pembelajaran dari
diskusi kelompok ahli, masih ada siswa yang tidak memiliki kesadaran diri untuk aktif berdiskusi dalam kelompok. Siswa belum memiliki rasa
tanggungjawab terhadap tugasnya dalam kelompok, dimana siswa tersebut
hanya mengikuti saja apa yang dilakukan oleh teman kelompoknya. Siswa cenderung harus diingatkan bahkan dipaksa oleh teman kelompoknya agar
aktif di dalam kelompok. Hal yang demikian juga disampaikan dalam artikel milik Ummu Salfiyah 2016: 13 mengenai hambatan dalam model
pembelajaran Jigsaw yaitu pada saat diskusi terdapat beberapa siswa yang tidak bertanggungjawab pada tugas timnya dan mereka hanya mengekor
apa yang dilakukan oleh temannya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas di atas, tidak selamanya
penggunaan model pembelajaran Jigsaw dapat berjalan dengan lancar. Di sisi lain, model pembelajaran Jigsaw belum pernah digunakan oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah tempat peneliti melakukan penelitian, siswa terbiasa menggunakan model pembelajaran satu arah yang didominasi oleh
guru. Model pembelajaran tersebut telah melekat dalam diri siswa dan sudah menjadi kebiasaan belajarnya. Oleh karena adanya perubahan model
pembelajaran dalam kegiatan belajarnya, maka perlu adanya penyesuaian dari diri siswa dalam penggunaan model pembelajaran yang baru tersebut. Sama
halnya dengan mengubah kebiasaan yang sudah lama dilakukan dengan kebiasaan baru yang belum pernah dilakukan, perubahan tersebut memerlukan
waktu yang tidak sebentar. Sesuai dengan Aunurrahman 2012: 185 mengenai kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam
waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya. Selain itu, diperlukan juga penataan yang terkondisi dan matang
agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik sesuai rencana serta
membutuhkan waktu yang cukup lama bagi pemula untuk melakukan persiapan.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap kebiasaan belajar siswa menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kebiasaan belajar siswa
di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Namun, rata-rata nilai hasil belajar siswa menunjukkan rata-rata nilai di kelas eksperimen lebih rendah daripada rata-rata
nilai siswa kelas kontrol. Hasil penelitian dan argumen peneliti tersebut didukung oleh teori tentang kelemahan model pembelajaran Jigsaw yang
dikemukakan oleh Kurnia 2005: 43 dalam Agus Riyanto 2012: 24 yaitu siswa tidak terbiasa dengan model pembelajaran tipe Jigsaw sehingga proses
pembelajarannya menjadi kurang maksimal dan kebiasaan adanya pembicara yang didominasi oleh seseorang. Selain itu hal tersebut juga didukung dengan
adanya angket kebiasaan belajar siswa yang menggambarkan perilaku siswa yang dilakukan terus menerus dalam belajar.