26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode penelitian
Telaahan kontestasi aktor dalam perebutan sumberdaya timah di Bangka menggunakan metode observasi, wawancara dan life history. Observasi
memberikan perhatian dan gambaran sosok aktor yang diinginkan terkait sumberdaya tambang itu. sudah tentu dalam memberikan perhatian dan
gambaran akan sosok yang diinginkan maka sudah dengan sendirinya belangsung proses evaluasi yang bertujuan mendekatkan aktor dengan kondisi
obyektif yang relevan dengan fokus sehingga tampil kemudian aktor yang diinisialkan sebagai Aktor Pembaharu AP dan Aktor Transisi AT.
Tentu sebagai sebuah proses maka sosok aktor yang difokuskan tidak dengan sendirinya muncul dalam bentuk yang sekali jadi. Hasil akhir yang
didapatkan AT dan AP itu merupakan akumulasi dari proses wawancara panjang dan mendalam baik terhadap aktor itu sendiri maupun aktor-aktor lain.
Penetapan pilihan aktor dan kemudian dilakukan dengan life history sudah memasuki fokus telahaan yang secara kasat mata tidak mudah dilakukan.
Artinya, wilayah gagasan aktor, keinginan, jaringan dan harapan-harapan dirinya dan dalam hubungan bertindak terkait tambang terlacak melalui life history itu,
sehingga karenanya tidak mungkin terjadi duplikasi satu akan dengan aktor lain Giddens, 2010a: xxxxiii. Akumulasi aktor terkait tambang merupakan
kesepemahaman menemukan pengetahuan bersama mutual knowledge sebagai basis penjelas dalam penelitian.
2. Paradigma Utama Penelitian
Sekilas bahwa telaahan tentang kontestasi aktor dapat diinterpretasikan sebagai menyangkut aspek kesejarahan awal hingga akhir seorang aktor dalam
berkontestasi. Dalam terminologi Marxian aspek kesejarahan dimaksud dikenal dengan realitas historis
1
. Dengan demikian kontestasi aktor di pertambangan timah di Bangka merujuk pada realitas historis aktor hubungannya dengan faktor-
1
Realisme historis adalah gejala atau fenomena sosial yang merupakan ontologi dari paradigma Teori Kritis. Penjelasan ini untuk membedakan dengan paradigma Post-positivisme dimana realitas
sosialnya disebut sebagai realisme kritis, Positivisme menyebut realism, dan paradigma Konstruktif dengan relativisme. Lihat, Egon G. Guba Yvonna S. Lincoln dalam Norman K. Denzin
Yvonna S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009, hlm 135
27 faktor di luar dirinya yang tidak terhindarkan munculnya sikap dan pandangan-
pandangan yang muncul di ruang sosial-tambang sebagai bukan sikap dan pandangan yang sebenarnya false consciousness. Di sinilah posisi paradigma
Teori kritis
2
ditampilkan Guba EG Lincoln YS dalam Denzin NK Lincoln YS, 2009: 130-45.
Dengan kata lain dihadirkannya paradigma Teori kritis secara sengaja adalah untuk membongkar pandangan-pandangan dan sikap aktor terkait timah.
Pasalnya dalam telusuran realitas historis gambaran yang muncul adalah gambaran yang bukan sebenarnya hingga karenanya pembuktian
3
menjadi sikap utama dalam penelitian ini Guba EG Lincoln YS, 2000; 2009: 134
hingga akhirnya ditemukan gambaran yang senyata dan bersifat stabil
4
adanya Hardiman, 1993: 44.
3. Lokus dan Pendekatan Aktor dalam Penelitan