Simpul-simpul Jaringan Kepentingan Aktor Petambang

122 yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang seharusnya diemban. Tidak jauh berbeda dengan TIH sebagai Kepala Dusun Kadus sebagai pimpinan dusun di wilayah AP tinggal. Terlepas dari persoalan bahwa usia TIH lebih muda tetapi konflik kepentingan dengan warga menjadi tinggi terkait timah. TIH memposisikan diri sebagai pengambil fee dari setiap warga yang mendulang timah dengan alasan kerusakan lingkungan. Dalam hubungan ini TIH bekerja sama dengan aparat di laut. Padahal aparat itu tidak ada hubunganya dengan urusan timah di pesisir pantai. TIH membutuhkan jaminan keamanan dan jaminan itu sebagai penguat legitimasi TIH untuk menarik fee tadi. AP berjejaring dengan Her 55 thn. Dengan HER, AP berteman. Hubungan mereka sudah terbentuk jauh sebelum maraknya timah. HER tinggal di Jebus. Kota ini banyak diisi oleh etnis Tionghoa sehingga dinamika ekonominya cukup tinggi. Ketika pemekaran terjadi dan Bangka Barat membentuk kabupaten sendiri, Jebus sempat dijadikan alternatif sebagai ibukota kabupaten. Tarik menarik itu cukup kuat. Elite di Jebus dan Muntok sampai harus rapat beberapa kali hingga akhirnya diputuskan bahwa Muntok sebagai ibukota kabupaten dengan alasan kesejarahan. Berkenaan dengan jejaring AP dengan HER di kota Jebus ini adalah kepentingan AP sendiri untuk membuka usaha sebagai kolektor tambang. AP berharap dengan bantuan HER sudah lama sebagai kolektor di Jebus dapat mempermudah dirinya mendapatkan izin usaha sebagai kolektor. Tetapi korporasi tambang menolak dengan alasan wilayah kerja. Pengalaman tersebut mendorong AP untuk tidak sepaham dengan korporasi tambang dan akhirnya sebagai anti-tambang.

4. Simpul-simpul Jaringan Kepentingan Aktor Petambang

Setelah menjelaskan jejaring AT dan AP di atas, penelitian ini mencoba merumuskan jejaring yang dilakukan keduanya terutama kekuatan power yang dimiliki dan jenis jejaring yang mereka bangun. Di bawah dijelaskan simpul- simpul jejaring kepentingan AT maupun AP dan dinamika yang terjadi di balik jejaring itu.

4.1. Simpul-simpul Jaringan Kepentingan AT

Secara berurutan beberapa simpul-simpul kepentingan AT dapat dirumuskan sebagai berikut. Pertama, simpul-simpul kepentingan produksi timah, AT berjejaring dengan IPN dan GRS. Dalam simpul-simpul kepentingan ini AT 123 dengan IPN yang sudah terjalin lama sebagai teman kerja maka jejaring dengan IPN dapat disimpulkan adalah sangat kuat strong. Berdasarkan hubungan yang telah lama terbina diikuti dengan aktivitas yang sama pula di timah dan berorientasi menarik keuntungan atas komoditas ini makin mempererat keduanya. Hadirnya GRS tersebut sebagai kolektor sebatas „cadangan‟ manakala kolektor IPN kelebihan stockcadangan timahnya. Kekuatan jejaring ini tidak akan mungkin tergoyahkan 12 oleh kolektor lain dan kolektor lain pun tidak akan mungkin mengganggu hubungan keduanya tanpa ada rekomendasi lisan yang secara sengaja dialihkan ke kolektor lain. Kedua, simpul-simpul kepentingan kekerabatan AT dengan ANN, sama seperti jejaring AT dengan IPN adalah juga sangat kuat strong. Bahkan mungkin lebih kuat ANN daripada IPN mengingat ANN adalah cucu, meski cucu angkat AT dan baru dimulai tahun 2000 lalu. AT memiliki anak-mantu AGS yang menikah anak perempuan AT yang juga anak-angkat sehingga wajar jika AT merasa sangat dekat dengan ANN. Berdasarkan penelusuran jejaring yang dibangun AT selama ini; dan semua jejaring itu sudah diketahui dan sebagian telah digantikan oleh ANN sendiri maka dapat disimpulkan untuk sementara bahwa ANN adalah aktor pengganti estafet kerja AT dan gejala pewarisan mulai jatuh ke ANN. Sepanjang ANN sendiri dapat mengikuti irama kerja AT bisa saja terjadi. AT sendiri dalam banyak kesempatan meminta ke ANN dari ke AGS anak-mantunya itu. Peneliti sendiri melihat bahwa AGS sudah diberikan warung kelontong dan menjualkan pulsa, dan AG sendiri diberikan TI di samping mengerjakan mengawasi milik mertuanya itu. Ketiga, simpul-simpul kepentingan kultural dan sosial AT dengan warga Mayang. Jejaring AT dengan warga berdasarkan pada kepentingan kultural dan sosial. Jejaring kultural yaitu keterkaitan AT secara genealogis dengan orangtuanya. AT adalah anak dukun maka relasi warga dengan AT dengan warga berlangsung di wilayah kultural. Jika sebelum haji, AT sangat sering dimintakan pendapat terkait membuka hutan untuk perladangan misalnya. Atau sakit tertentu terutama diduga diganggu kesurupan makhluk halus maka AT 12 Strategi yang dilakukan antar-kolektor untuk merebut pasar dari tangan kolektor lain meski sesama mereka adalah juga teman bahkan saudara adalah dengan kenaikan Rp 1000 s.d Rp 2000 perkilo timah-basah. Jika jejaring mereka yang terjalin lama perbedaan tawaran itu sama sekali tidak cukup memutuskan hubungan yang terbina tadi. Kecuali ada pesertapendatang baru dan biasanya orang lokal adalah yang paling mungkin masuk dan menjadi bagian dari kolektor yang juga baru. Tetapi TI dengan modal luar Bangka, kolektornya juga tidak berasal dari lokal tetapi langsung dari Pangkalpinang. 124 sering dimintakan untuk mengobati. Belakangan setelah AT bergelar haji maka AT tidak melakukan itu. Peneliti sempat menanyakan, dengan alasan apa AT tidak lagi melakukan aktivitas perdukunan? Syirik. Simpul-simpul kepentingan sosial AT terhadap warga berujung pada aspek AT sebagai tokoh masyarakat dan tokoh agama. Dalam banyak kesempatan AT selalu diminta warga untuk menyelesaikan masalah mereka dan bahkan sebagai aktor penggerak memobilisasi massa untuk kepentingan warga. Berdasarkan data ini maka simpul-simpul kepentingan AT ini bersifat satu arah sehingga AT dalam posisi dan dapat disimpulkan sebagai lemah weak. Keempat, simpul-simpul kepentingan administrasi pemerintahan AT dengan AKN. Menunjuk jejaring sosial AT dengan pejabat pemerintahan lokal Mayang adalah, tidak saja lemah weak tetapi juga masih ditambah dengan saling berlawanan. Sifat AT yang sangat pragmatis tidak sejalan dengan simpul-simpul kepentingan pemerintahan kampung yang diperankan AKN yaitu terstruktur dan birokratis. Perbedaan simpul-simpul kepentingan yang dimainkan AT dan AKN sebagai representasi pemerintah lokal itu mengambar ideologi mereka yang memang tidak sejalan; sehingga tidak dapat diharap terjadinya sinergisitas dalam pembagunan masyarakat Mayang pada umumnya jika para aktornya pun tidak memiliki kata-sepakat. Kelima, simpul-simpul kepentingan politik AT dengan AHK. Dalam praktik AT memiliki jejaring dengan AHK tokoh provinsi. Jejaring politik yang terbangun sesungguhnya untuk mendudukkan adanya kedekatan secara moral politik; tetapi karena sifat AT yang apa adanya dan pragmatis sehingga dapat dan memungkinkan untuk dimanfaatkan oleh aktor lokal untuk kepentingan politik AHK sendiri. Dalam jejaring itu memang tidak ada tuntutan membangun jejaring ekonomi dan karenanya tidak tidak terjadi transaksi. Mendasarkan atas penjelasan ini menunjuk bahwa jejaring AT dengan AHK dan berharap adanya dukungan politik tidak kuat weak. Keenam, simpul-simpul kepentingan keamanan dan ketertiban AT dengan JON, UND dan BAM memiliki simpul-simpul jaringan kepentingan yang kuat strong. Perhatian pihak keamanan dan ketertiban struktur terhadap keaktoran AT di kampungnya menunjuk pada keinginan pihak JON, UND dan BAM untuk mempertahankan simpul-simpul jaringan kepentingan tersebut, meski AT sendiri 125 memahaminya biasa-biasa saja. Jadi kuat dimaksud sesungguhnya kepentingan diluar simpul-simpul kepentingan AT sendiri.

4.2. Simpul-simpul Jaringan Kepentingan AP

Demikian pula dengan AP. Secara berurutan bahwa simpul-simpul kepentingan jejaring AP dapat dirumuskan sebagai berikut. Pertama, simpul- simpul kepentingan AP dengan YET, BUN, JIT dan ALU maka dapat disimpulkan adalah sangat kuat strong. Sebagaimana dengan AT di atas bahwa kekuatan jejaring produksi timah tidak dipungkiri sebagai andalan ekonomi rumah tangga AP. Dengan demikian untuk kepentingan itu pula baik AT maupun AP mempertahannya dengan berbagai cara. Bahkan strategi yang digunakan adalah dengan mempercayakan anak dan cucu mereka untuk berjejaring dengan kolega orangtuanya di timah. Kedua, sebagaimana dikatakan dalam simpul-simpul kepentingan di atas bahwa AP mempercayakan produksi timah kepada anaknya HAN. Dengan menempatkan HAN dalam jejaring AP maka simpul-simpul kepentingan kekerabatan antara HAN dan AP adalah juga sangat kuat strong. Pilihan dengan menyerahkan kepercayaan kepada anaknya HAN untuk menunjukkan bahwa hasil produksi timah tidak keluar dari lingkaran keluarga. Ketiga, simpul-simpul kepentingan sosial AP dengan warga. Jejaring AP dengan warga sebenarnya tidak sekuat AT dengan warga. AT selain memiliki simpul-simpul kepentingan sosial, juga memiliki simpul-simpul kepentingan kultural. Kepentingan ini merupakan kelebihan AT dibandingkan AP. Memang dapat dimengerti bahwa AP sendiri bukan keturunan atau secara genealogis dengan orangtua yang memiliki adanya berbagai kelebihan itu. Tetapi simpul- simpul kepentingan AP adalah pengetahuan keteknikan. Simpul kepentingan ini belum dapat berjejaring dengan warga. Jadi simpul kepentingan pengetahuan baru sebatas dimiliki AP sendiri sehingga dapat disimpulkan bahwa simpul ini adalah lemah weak. Keempat, simpul-simpul jaringan kepentingan keamanan dan ketertiban melalui jejaring AP dengan IWN dapat dikatakan kuat strong. Keduanya memiliki kepentingan yang sama yaitu untuk menegakkan aturan dan membela masyarakat yang mengalami kesulitan terutama berhadapan dengan aparatus negara yang bertindak menyimpang dan kenyalahgunaan kekuasaan. Artinya adanya kesamaan kepentingan itu mendorong keduanya untuk menjalin 126 komunikasi. Berbeda dengan AT yang berjejaring dengan simpul-simpul kepentingan keamanan dan ketertiban sebatas simpul kepentingan pertemanan belaka. Akhirnya, kelima, simpul-simpul jaringan kepentingan AP dengan SWT, NAD, ANG, DHN dan HER menunjuk pada simpul-simpul jaringan kepentingan sosial kebersamaan dan kesetiakawanan. Simpul-simpul jaringan kepentingan tersebut menggambarkan hubungan yang kuat strong di antara mereka meski tanpa dibalut oleh kepentingan ekonomi. Nampak kekuatan tersebut sengaja dipelihara dan dibina hingga dapat dimafaatkan sebagai saluran komunikasi antar-mereka dan pada gilirannya dapat meningkatkan simpul-simpul jaringan kepentingan lainnya, tidak tertutup kemungkinan simpul-simpul jejaringan kepentingan ekonomi.

5. Refleksi Arah Baru Transisi Konsolidasi Demokrasi di Bangka