41 di Jakarta memungkinkan masyarakat lokal mulai berani menambang.
Klimaksnya ketika reformasi. Diawali oleh peraturan yang dikeluarkan bupati Bangka, setelah menyimak perkembangan di masyarakat, hingga mendorong
bupati mengeluarkan peraturan yang membolehkan masyarakat menambang. Kondisi tersebut diikuti dengan melepaskan istilah strategis dan vital dan
sekaligus membolehkan masyarakat ikut menjual-belikan pasir timah yang semula dalam pengawasan tambang korporasi PT Timah.
Peraturan demi peraturan dikeluarkan bupati hingga gubernur babel sehingga pada intinya melepaskan satu persatu kekuatan negara melalui PT Timah.
Negara telah kehilangan kewibawaan hingga akhirnya tidak mampu berbuat apa- apa. Reformasi tidak saja memberikan peluang kepada masyarakat tetapi juga
pemerintah daerah sebagai pesaing baru. Sebagai penguasa wilayah di mana semula mereka hanya mendapatkan royalty PT Timah maka dengan adanya UU
otonomi daerah, setiap kepala wilayah mendapatkan tidak saja dari royalty yang memang wajib dikeluarkan tambang korporasi tetapi dari pemodal dan
masyarakat itu sendiri. Di sinilah dikenal kemudian apa yang disebut sebagai perubahan dari monolitas ke multilitas.
4. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Kontestasi
Ada tiga kelompok aktor yang “bermain” dalam perebutan sumberdaya agrariatimah di Bangka, yaitu aktor negara yang terdiri dari aktor korporasi dan
aktor pemerintah daerah; aktor pemodal terdiri dari aktor yang bergerak dipertambangan timah Tambang Inkonvensional dan mereka yang non-timah
kelapa sawit dan tanaman perkebunan lainnya; dan aktor masyarakat.
4.1. Aktor Negara PT Timah dan Pemda
Keterkaitan aktor negara dengan timah dapat dikelompokkan dalam dua bagian. Pengelompokkan ini didasarkan atas pemberian izin usaha, yaitu:
pertama, perusahaan yang izinnya diterbitkan oleh Pemerintah Pusat dan diperoleh sebelum diberlakukannya UU Otonomi Daerah. Mereka dikelompokkan
sebagai Tambang Korporasi seperti: PT Tambang Timah Tbk. Kedua, perusahaan yang izin usahanya dikeluarkan oleh Pemerintah KabupatenKota
dan diterbitkan setelah diberlakukannya UU Otonomi Daerah. Mereka dikelompokkan sebagai BUMD dan swasta.
42
Tambang Korporasi TK. Tambang Korporasi TK adalah tambang yang
dikelola secara terstruktur, terorganisasi dan dengan manajemen serta tujuan yang jelas. Pemiliknya adalah korporat atau kelembagaan. Jadi bukan
perseorangan. Jika menilik dari masa pengelolaan tambang [modern] di Bangka secara korporasi telah dimulai sejak Kesultanan Palembang, penjajahan Inggris,
kolonial Belanda, Orde Baru hingga Era Reformasi. Mengikuti subjek pelaku pertambangan dari masa ke masa maka yang dapat ditelusuri adalah sejarah
perjalanan timah itu sendiri maupun regulasi yang membingkainya. Dalam rangkaian itu akan berujung pada PT Timah Tbk sebagai representasi negara
dan lembaga ini pulalah yang menguasai tambang di Bangka maupun Belitung secara penuhnya. Penuh dalam artian bahwa tidak ada pihak lain yang dapat
melakukannya. Tambang korporasi kemudian mendapatkan perlindungan dari aparatusnya.
PT Tambang Timah Tbk. PT Tambang Timah Tbk merupakan bentuk
usaha yang dikelola negara. PT Tambang Timah Tbk adalah salah satu BUMN di mana pada tanggal 18 Oktober 1995 beralih menjadi perusahaan publik go
public. PT Tambang Timah Tbk setelah menjadi perusahaan publik berganti nama menjadi PT Timah Tbk dengan komposisi saham 65 persen milik negara
dan 35 persen milik publik. Dalam rangka pengembangan usaha PT Timah Tbk mulai melakukan usaha dengan mengubah dirinya menjadi holding company
dengan sejumlah anak perusahaan, di mana salah satunya yang bergerak dipertambangan timah di Bangka Belitung dengan memakai nama PT Tambang
Timah Zulkarnain, et.al., 2005: 74. Selanjutnya luas area KP darat PT Timah Tbk di pulau Bangka 969.000 Ha
35 dari luas daratan Bangka dan di Belitung seluas 57.470,25 Ha sedang luas KP lautnya mencapai 30.075 Ha 30 dari luas daratan Belitung.
Perusahaan yang izin usahanya dikeluarkan Pemerintah Pusat maka kontribusi PT Timah tersebut banyak mengalir ke Pemerintah Pusat dalam bentuk PPh
Badan, PPh Ps.23, PPh.Ps.26, PPh.Ps.21, PPN, PBB, Dividen, Royalty, Iuran KP landrent, dan Iuran lainnya. Pos-pos terbesar yang diterima negara berasal
dari PPh Badan 78.666 miliar tahun 1997 meningkat menjadi 221.396 miliar tahun 1998 dan Dividen 46.214 miliar tahun 1997 menjadi 133.828 miliar tahun
1998.
43 Sejak tahun 1990 PT Timah tidak lagi mengelola langsung pertambangan
timah di lokasi darat. Konsentrasi perusahaan seluruhnya dialihkan pada penambangan dengan kapal keruk di laut. Pengelolaan di darat dilaksanakan
dengan cara kemitraan dengan perusahaan lokal atau koperasi. Selanjutnya dengan area KP terluas di provinsi Babel, perusahaan merupakan produsen
timah penting di dunia, yang dalam praktiknya cenderung berlandaskan pada kebijakan pemerintah pusat semata dan kurang memperhatikan kepentingan
daerah. Pemerintah provinsi Babel sebelum pemekaran hampir tidak mengenyam keuntungan sama sekali selain infrastruktur yang dibangun PT
Timah. Pemerintah provinsi Sumatera Selatan yang merupakan kepanjangan tangan dari Pusat jauh lebih menikmati keuntungan tersebut Zulkarnain, et.al.
2005: 76.
Perusahaan Daerah dan Swasta. Kedua perusahaan ini muncul setelah
reformasi. Tujuannya jelas yaitu untuk kepentingan PAD dan kepentingan swasta itu sendiri. Perusahaan swasta izin penambangannya diterbitkan pemerintah
KabupatenKota biasanya berupa CV. Tidak saja dalam pengolahan tetapi juga sebagai pengepul atau kolektor yang menjadi mitra PT Koba Tin. Selain itu,
pemerintah lokal atau kabupatenkota melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan pula izin peleburan pasir timah menjadi batangan
atau smelter. Sebenarnya perusahaan smelter ini merupakan bagian dari rangkaian proses yang termasuk dalam kegiatan penambangan tetapi khusus
penambangan timah di Bangka-Belitung, sebagai industri yang terpisah. Menurut Zulkarnain et.al 2005: 78 ini sebuah fenomena yang hanya ada di Bangka-
Belitung. Dengan demikian TK dari segi pemilikannya menunjuk perbedaan dengan TR,
tetapi dalam penelitian ini memiliki irisan yang sama yaitu terkena imbas kebijakan negara. Tetapi bagi TK merujuk pada terminal pengakselerasian dan
pemakai user kebijakan. Jika ada pihak lain yang terlibat dipertambangan maka keterlibatan mereka secara jelas disebutkan akan posisi serta persyaratan akan
penunjukkan itu. Mereka adalah PT Timah Tbk dan penunjukkan dengan persyaratan [mitra] adalah PT Koba Tin sebagaimana dipaparkan Tabel 4.3.
Selanjutnya untuk kepentingan analisis ini, Gramsci menekankan aspek „deputi‟ dalam setiap entitas sosial yang membelah dalam struktur negara dan
44 masyarakat sipil maka TR dan TK masuk dalam kelompok negara atau politik
atau struktur, sementara sisanya atau aktor masuk sebagai aktor agensi.
Tabel 4.3. Tipologi Tambang Rakyat TR dan Tambang Korporasi TK Aspek
Tambang Rakyat TR Tambang Korporasi TK
Unit usaha Kecil pompa isap, semprot
„gravel pump’horizontal vertikal, pipa, selang,
sakan Besar teknologi mesin
dengan mangkok kerukisap dan prosesi teknis
berlangsung di dalam kapal Jumlah tenaga
2-6 orang Lebih dari 50 orang
Modal usaha 15-20 juta
Di atas 100 juta Areal usaha
Beroperasi di darat Beroperasi di darat dan laut
Representasi Nama
TI Tambang Inkonvensional
PT Timah Tbk, PT Koba Tin Izin usaha
Umumnya tidak memiliki izin
Memiliki izin pemberi izin pemerintah pusat
Proses akhir Pasir timah diolah Smelter
atau diselundupkan ke luar Bangka
Pasir timah diolah dipeleburan PELTIMPusmet
Sumber: Data Primer, 2012 diolah Tabel 4.3. tentang tipologi TR dan TK adalah upaya untuk membedakan
keduanya dilihat dari aspek unit usaha, jumlah tenaga, permodalan, keluasan cakupan usaha, representasi nama yang lazim digunakan masyarakat, izin
maupun proses akhirnya.
4.2. Aktor PemodalSwasta
PT Koba Tin. PT Koba Tin berdasarkan izin usaha pengelolaan maka
perusahaan ini dapat dikelompokkan sebagai perusahaan yang mendapatkan izin usahanya dari Pemerintah Pusat sebelum UU Otonomi Daerah. PT Koba Tin
adalah perusahaan multinasional yang terikat perjanjian Kontrak Karya KK dengan pemerintah Pusat sejak tahun 1974 dan diperpanjang hingga 2013.
Semula saham ini merupakan saham patungan antara Indonesia dengan Australia. Namun pada April 2002 saham Australia tersebut beralih ke
Perusahaan Publik Malaysia Smelting Corporation Berhad MSC dengan
45 komposisi saham 75 persen milik MSC dan 25 persen milik PT Timah Tbk.
Kedua perusahaan inilah berdasarkan tatanan normatifnya yang menjalankan usaha pertambangan timah di Bangka dan Belitung.
PT Koba Tin beroperasi dengan sistem tambang terbuka. Perusahaan ini sejak tahun 1998 mencoba mengembangkan usaha di bekas lahan tambangnya
dengan menggandeng dan memberdayakan masyarakat setempat. Meski masih terbatas PT Koba Tin mendapatkan beberapa penghargaan dari Ditjen Geologi
dan Sumber Daya Mineral Departemen ESDM atas kinerjanya itu. contoh, Surat Penghargaan untuk Reklamasi Pertambangan Mineral tahun 2003 sebagai
peraih Pratama peringkat III, Surat penghargaan Aditama Keselamatan Pertambangan tahun 2004 sebagai juara pertama, Surat Penghargaan atas
upaya penerapan “Teknologi Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang untuk Aquakultur” Zulkarnain, et.al. 2005: 78.
Selain itu, dalam praktiknya dilapangan masih ada usaha swasta lain yang diposisikan sebagai mitra PT Timah Tbk. Mereka hadir diawal tahun 1970-an
dengan payung hukum usaha pertambangan rakyat
6
dan beroperasi di area KP Timah. Mereka diberi nama sesuai jargon masa itu dengan “karya” atau kerja
dikenal dengan „Tambang Karya‟ TK. Pelaku usaha didominasi etnis Tionghoa.
Masa itu dikenal dengan TK 1, TK 2, dst sesuai dengan urutan perizinan diberikan dan lokasi penambangan izin dikeluarkan PT Timah Tbk. Tentu saja
dengan izin yang sangat ketat. Terpenting semua hasil produksi dibawa ke PT Timah Tbk dan harga sepenuhnya menjadi kewenangan PT Timah Tbk. Praktik
pertambangan TK ini di mana seluruh piranti pertambangan tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan rakyat sekarang atau dengan Tambang
Inkonvensional TI itu.
Kelapa Sawit. Tanaman perkebunan kelapa sawit tergolong baru di
kabupaten Babar khususnya dan provinsi Babel pada umumnya. Tabel 6.2. menggambarkan luas perkebunan sawit rakyat tanpa kemitraan. Berkenaan
dengan kemitraan maka data tabel menunjuk bahwa di luar itu masih ada pola lain terutama pola tanpa kemitraan. Kemitraan atau tanpa kemitraan
menunjukkan ada-tidaknya keterlibatan pemerintah lokal Pemda. Keterlibatan pemerintah daerah itu biasanya menyediaan bibit dan perizinan. Giddens
menjelaskan bahwa hubungan kemitraan pemeriintah daerah atau negara
6
Lihat UU No 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan
46 dengan masyarakat atau pihak ketiga maka negara sedang menggunakan
struktur signifikansinya terutama pengodean atau sinyal, dalam hal ini, berupa pemberian bibit dan lain sebagainya itu. Kasus di Bangka Barat dengan sangat
jelas negara menggunakan dan menjalankan struktur signifikansi, dan berdasarkan tabel 6.2 masih berjalan baik. artinya proses penamanan dan
pemeliharaan masih terjaga. Karena tanaman tersebut tergolong tanaman yang masih remaja dan belum menghasilkan maka belum ditemukan peran negara
dengan menggunakan struktur dominasi, apalagi struktur legitimasi.
Tabel 4.4 Luas Perkebunan Sawit Rakyat tanpa Kemitraan Kabupaten Babar No
Kecamatan Luas Perkebunan Sawit
Jumlah Ha
TBM TM
TTTR
1 2
3 4
5 Muntok
Simpangtritip Jebus
Kelapa Tempilang
221 270
406 1583
320 70
223 429
971 972
- -
- -
-
281 493
835 2554
1292
Jumlah 2790
2665 -
5455
Sumber: Program Investasi Unggulan di Bangka Barat 2009
Keterangan: TBM
: Tanaman Belum Menghasilkan TM
: Tanaman Menghasilkan TTTR
: Tanaman RusakTanaman Tua Prinsip tanpa kemitraan merujuk pada usaha dengan modal sendiri baik
dilakukan masyarakat maupun korporasi. Penjelasan demikian menjadi penting karena perkebunan sawit dengan kemitraan adalah menyangkut keterlibatan
Pemda Babar dalam penyediaan bibit dan saprodi lainnya, sementara tanpa kemitraan adalah menyangkut bahwa seluruh prosesi dilakukan dengan modal
sendiri. Paparan tabel 6.2 dengan sangat jelas menunjuk bahwa tanaman kelapa sawit baru terutama jika dilihat dari adanya kualifikasi TBM Tanaman Belum
Menghasilkan dan TM Tanaman Menghasilkan sebesar 2790 Ha dan 2665 Ha dan keseluruhan untuk kabupaten Babar 5455 Ha.
Gambaran tabel dengan tanpa adanya TTTR atau Tanaman Rusak atau Tanaman Tua menunjuk bahwa kelapa sawit di Babar tergolong remaja dan
masih sangat mungkin untuk berkembang hingga beberapa tahun ke depan.
47 Tetapi terpenting dengan penelitian ini adalah bahwa hadirnya tanaman kelapa
sawit memberikan tambahan konflik baru hubungannya dengan kebutuhan akan lahan lihat
Boks 5.2, konflik Kampung Mayang dengan PT GSBL terutama
pada tataran masyarakat yang sama-sama memanfaatkan lahan.
4.3. Aktor Masyarakat Tambang Rakyat TR. Tidak jelas sejak kapan tambang [timah] rakyat itu
dimulai. Sama tidak jelasnya dengan penemuan timah itu sendiri. Penyebutan awal tahun 1700-an menunjuk bahwa pengelolaannya dimulai secara modern.
Namun ketika komoditas timah ini sudah sampai ke jazirah arab masa Abbasiah tentulah praktik pertambangan telah ada jauh sebelum penetapan tahun di atas.
Pada dasarnya tambang rakyat adalah tambang yang dikelola oleh rakyat itu sendiri. Istilah mendulang ngelimbang merupakan bentuk paling awal. Dengan
hanya menggunakan dulang dan alat dapur lainnya untuk mengambil timah di sepanjang alur sungai-kecil. Pendulangnya adalah anak-anak dan ibu rumah
tangga. Laki-lakinya ada di ladang dan mencari kayu. Prinsip kerja pola tambang ini pernah ditemui di Mayang dua tahun menjelang reformasi. Ngerimbang atau
ngelimbang adalah tahapan lanjutan setelah seluruh pasir dialiran sungai itu diambil dan ditumpahkan didulang. Selanjutnya proses pemisahan. Caranya
adalah, antara pasir timah dan kotoran lainnya di dalam dulang dimiringkan atau digoyang-goyang mengikuti di arus air sungai yang mengalir sambil tangan
mengaduk-aduk campuran itu agar kotoran tersisih mengikuti arus air, sementara timah berat jenis lebih tinggi] tertinggal didulang. Proses tersebut tidak
berlangsung lama. Proses tersebut muncul seiring krisis ekonomi di Jakarta jauh sebelum tahun
1997
7
. Sebagaimana dikatakan bahwa perdagangan antar pulau di Bangka sebagai urat-nadi kehidupan penduduk dalam mensuply aneka barang dan
makanan sehingga ketika krisis terjadi di Jakarta, Bangka dan kampung- kampung termasuk Mayang dan Airputih menerima akibatnya. Krisis ekonomi
menyusul gonjang-ganjing politik di Pusat Pemerintahan hingga menimbulkan
7
Berurutan krisis dimulai di Thailand dengan mengambangkan nilai Bath 2 Juli 1997, Philipina dengan Peso 11 Juli 1997, menyusul Singapura dan Malaysia. Indonesia yang semula masih bertahan diangka kurs rupiah
Rp 2430,- tetapi gempuran melalui penukaran valuta asing oleh perusahaan-perusahaan asing di Indonesia akhirnya jebol juga dan ikut mengambangkannya. F Harianto Santo
so, Ke apa I do esia Kopals? , dala , Indonesia dalam Krisis, Editor Selomo Simanungkalit, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2002, hlm 4
48 „ketidak-pastian‟ terlebih chaos 21 Mei 1998
8
tetapi di Mayang menyusul Airputih pengolahan timah rakyat justru menemukan bentuknya.
Sifat semula hanya uji-coba dan coba-coba dari masyarakat maka ketika krisis terjadi, bentuknya pun berubah. Sifat otoritatif negara masa Orba begitu
represif tiba-tiba melemah dengan dibuktikan melalui aparatusnya dilapangan. Kekhawatiran dituding pelanggar HAM dan melampaui kewenangan maka dalam
praktiknya aparatus terkesan „membiarkan‟
9
. Tindakan ini ditafsirkan sebagian aktor lokal sebagai „membolehkan‟, sementara prosesi pengolahan hingga dihilir
dari proses tambang telah menemukan bentuknya hingga terjadi peralihan
pelaku. Prinsip kerja Cartesian pun berlalu di mana laki-laki dewasa menggantikan peran ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak
10
. Ibu rumah tangga kembali kepada pekerjaan domestiknya sementara anak-anak masih sedikit
terlibat tetapi tidak lagi sebagai bagian dari proses. Untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat dan besar maka alat produksi sederhana tadi mulai berganti
sesuai tenaga laki-laki seperti pacul, pengki dan alat produksi lain [papan persegi-empat menggantikan dulang] meniru mekanisme kerja tambang [modern]
sesungguhnya. Jadi tipologi TR dalam Tabel 6.1 merupakan teknologi bentuk ketiga. Hadir
mesin semprot, sakan, modal Rp 15-20 juta dan masih beroperasi di darat. Namanya pun mulai berganti menjadi Tambang Inkonvensional TI. Tambang
yang menekankan pada kapasitas produksi
11
. Jenis tambang tipe ketiga terbanyak di Bangka. Dengan patungan dua-tiga orang saja mereka sudah dapat
memiliki TI. Jika mereka yang patungan tadi sekaligus sebagai tenaga kerjanya maka pengoperasian TI kurang dari seminggu maka mereka sudah dapat
8
Setelah tahun 1997 atau dikenal dengan krisis moneter, berlanjut dengan krisis ekonomi tahun 1998 yang disebabkan oleh melemahnya fondasi ekonomi fundamental economy, kepanikan pasar market panic
dan kerentanan ekonomi domestik hingga mengakibatkan tumbangnya rezim Soeharto
9
Pada skala a tar egara pe biara berwujud pada pe gikisa kedaulata . Lepas ya pulau Ligita da
Sipadan merupakan wujud dari lemahnya negara. Di sini pentingnya penegakkan hukum dan keteraturan menyusul pertahanan. Francis Fukuyama, Memperkuat Negara, Gramedia, Jakarta, 2005
10
Prinsip yang mulai memisahkan manusia dengan alam. Alam adalah sekeliling manusia, bukan hakekatnya. Dualisme antara manusia dan alam telah memungkinkan terjadinya penaklukkan alam oleh
manusia dan menganggap bahwa alam: tak berdaya dan pasif; seragam dan mekanis; terpisah dan tersekat- sekat sendiri di dalamnya;terpisah dari manusia; dan lebih rendah, untuk ditundukkan dan dijarah. Vandana
Shiva, Bebas dari Pembangunan, YOI, Jakarta, 1997, hlm. 52-3 Adalah paradigma yang melumpuhkan alam dan perempuan secara bersamaan.
11
TI adalah klasifikasi yang dipakai PT Timah Tbk untuk semua kegiatan penambangan dengan kemampuan memindahkan material tambang di bawah 30 m
3
jam. Lihat Zulkarnain, et.al., Konflik di Kawasan Pertambangan Timah Bangka Belitung: Persoalan dan Alternatif Solusi, LIPI, Jakarta, 2005, hlm. 8
49 menggantikan ongkos produksi dan sekaligus dapat membuat TI baru
12
. Inilah biangnya kenapa TI cepat menjamur hingga memenuhi lanskap Bangka.
kecepatan tersebut hanya tersendat manakala „persaingan‟ tenaga kerjanya saja. Karena sebelumnya hanya diantisipasi oleh tenaga dalam keluarga inti dan
besar maka tahap lanjutan sudah tidak mungkin lagi. Pemenuhannya harus datang lari luar keluarga.
Proses transisi dari tambang darat ke air bahkan laut dangkal sebagai TI Apung pada dasarnya dapat disebut tahapan keempat. Bentuk teknologi dan
modal sudah berbeda. Dalam praktik sudah sama sekali mengandalkan tenaga dari luar. Itulah sebabnya, secara tidak langsung, adalah juga menyangkut
proses seleksi tenaga tenaga terkait persaingan upah tenaga kerja. Munculnya penduduk lokal yang malas dan pendatang yang rajin justru dari persaingan ini
13
. Meski jika ditelusuri lebih jauh bahwa tidak semua masyarakat lokal semata-mata
menjual tenaganya untuk kepentingan TI. Alternatif tambahan pendapatan di luar TI masih banyak. Terlebih dan menjadi pertimbangan utama adalah, bahwa
pekerjaan TI itu sungguh berat karena harus dimulai dari pukul 07.00 hingga 05.00 berendam dalam air bercampur pasir. Selain, kekhasan bekerja TI harus
siap menerima omelan dari mereka yang berpengalaman ketika mesin ngadat, selang bocor dll. Dalam suasana lelah semua dapat terjadi. Maka keluar-masuk
buruh tambang terkait suasana kerja itu
14
. Di sinilah pekerja pendatang yang memang mencari penghidupan berupaya membuat kerja sebaik, sedisiplin
mungkin dalam bekerja agar mereka tidak dikeluarkan.
12
Sebagai catatan AT memiliki tiga TI dan AP dengan lima. Bertambah dan berkurang tergantung dengan jumlah produksi. Tetapi paling utama ada tidaknya tenaga yang paling handal dan berpengalaman serta
dipercapai. Pemilik yang sekaligus pekerja tidak akan mungkin mengawasi TI yang tersebar, sementara pembeli timah basah kolektor bergentayangan menjelang sore saat timah dicuci. Mereka dengan hanya
bersepeda membawa timbangan dan terpenting uang, yang pembeliannya rerata berkisar Rp 1000-Rp 2000kilogram di bawah harga pasar saat itu.
13
Pe gertia lokal da pe data g dala pe elitia i i di a a asyarakat lokal de ga ada u sur asli Mereka yang asli adalah Melayu dan Tionghoa. Ada unsu
r asli ya yaitu jika dia tara warga asli itu e ikah dengan orang luar. Berdasarkan definisi itu maka mereka yang bersuku Jawa atau lainnya suami-istri tetap
dianggap sebagai pendatang meski sudah beberapa tahun bermukim di Mayang. Definisi ini semakin tegas perbedaannya terkait TI. Mereka, masyarakat lokal dan ada unsur aslinya serta suku lain yang sudah lama
bermukim di kampung itulah yang boleh membuka TI. Kemudian berdasarkan perkawinan dengan masyarakat lokal dan unsur asli dibolehkan tetapi suku lain yang datang dari luar begitu saja meski ada
hubungan darah dengan mereka sama sekali tidak dibolehkan Wawancara via telepon dengan Jmd aparat kampung, 6 April 2012.
14
Wawancara dengan Agus asal Jawa Tengah yang bekerja di TI milik AT di lokasi tambang. Dia bekerja di sana sudah lebih dari 3 tahun sehingga dia sangat dipercayai oleh AT. Bahkan semua kebutuhan hingga
pengobatan terhadap dirinya dipenuhi. Termasuk menjelang lebaran diongkosi pulang ke Jawa dengan perjanjian seminggu kemudian kembali lagi ke Mayang 3 Pebruari 2009.
50 Jika tambang Apung adalah tahapan keempat maka kapal isap adalah
tahapan paling akhir atau sebagai kelima. Pasalnya kapal isap ini sudah menyamai kerja kapal isap milik PT Timah Tbk. Di lihat dari sisi organisasi,
besaran volume maupun kebutuhan operasional tenaga kerja yang tidak berbeda dengan korporasi. Perbedaannya saja yang masih menunjuk pada kepemilikan
pribadi, meski mereka berwarganegara Thailand, Singapura atau Malaysia, sehingga masih dikelompokkan sebagai TR. Sebagaimana beberapa kapal isap
yang beroperasi di dusun Selindung kampung Air putih milik orang Thailand dan sebagian lainnya Malaysia. Kapal isap tersebut beroperasi diperairan laut
dangkal mengarah ke selat Bangka. Sebagaimana pengamatan peneliti, sekitar kurang dari 5 km dari bibir pantai. Menurut ketentuan mereka harusnya sedikit
lebih menjorok ke luar menjauhi pantai sejauh 5 km. Tujuannya agar tidak merusak terumbu karang sebagai pemasuk utama nelayan Selindung dan
Tanjung Ular. Jadi bukan terletak pada besaran modal yang dipasok, jumlah tenaga kerja
maupun areal penambangan dapat dikelompokkan sebagai TR melainkan pada kepemilikan. Di samping yang tidak kalah penting, dan menjadi isu utama
pembedanya yaitu, mereka adalah orang yang terkena imbas kebijakan yang dibuat oleh negara terkait regulasi pertambangan. Kecuali secara tegas
dicantumkan bahwa unit tambangnya nyata mitra PT Timah Tbk seperti PT Koba Tin dan anak perusahaannya.
5. Ruang Kuasa Pengetahuan dalam Pengelolaan Sumberdaya Timah