62 hanya memiliki beberapa roda dua
11
. Kemudian dilihat dari bentuk kampung. Mayang cenderung mengelompok mengikuti garis jalan dan moda produksi
subsistensinya. Sementara Airputih menyebar dan nampaknya mengikuti satelit dusun yang terpecah-pecah mengikuti moda produksinya. Tanjung Ular berada
diujung barat paling utara selat Bangka dan agak menjorong ke laut Cina Selatan dengan didominasi nelayan. Dusun Kembang Masam hanya mengandalkan
perkebunan dan perladangan sementara Jungku separoh-separoh kebun dan nelayan.
3. Latar Belakang Terbentuknya Aktor
Aktoragen dapat dianalisis dalam banyak segi dan sudut pandang. Dalam strukturalis Marxis bahwa terbentuk aktor ditentukan oleh basis pembentuknya
yang bersifat materi, sementara yang berlawanan dengan itu Weberian menekankan aspek non-materi kewibawaan. Kedua pendekatan, baik materi
maupun non-materi menunjukkan adanya kesamaan yaitu menyangkut adaya tingkatan atau strata. Pada dasarnya medium strata atau stratifikasi adalah
wadah aktor atau kelompok-aktor dalam melakukan kiprah sosialnya. Strata atau stratifikasi menyangkut jenjang tertinggi dalam stratum sekaligus menunjuk pada
adanya kemampuan seorang aktor memerintah bawahannya. Dalam hubungan ini bawahan mengikuti semua petunjuk atau perintah yang diberikan aktor tadi.
Kajian tentang aktor atau mekanisme kepemimpinan dengan dimensi penjelas semacam ini sangat mendominasi khasanah ilmu pengetahuan di Indonesia.
Sekurang-kurangnya dalam kurun waktu tiga dasawarsa
12
berbagai kajian dalam ilmu-ilmu sosial baik disiplin ilmu politik, administrasi dan kebijakan publik atau
lainnya ketika berbicara soal kepemimpinan mereka selalu bersikukuh dan berketetapan untuk menunjuk akan adanya stratifikasi ini. Terlebih dalam politik
terutama mengkaji tentang elite maka pengaruh pakar politik dari Amerika yang merujuk teori politik klasik Italia, Mosca dan Pareto menjadi bagian utama dalam
penjelasan itu. Kajian tentang aktor-bertindak dalam penelitian ini sedikit berbeda. Argumentasi yang dibangun mengikuti Sanderson yaitu meski tidak
sungai. Sekarang wilayah ini dijadikan objek wisata dan sudah diberikan tempat peristirahatan dan lokasi permainan anak-anak wawancara dengan Dinas Infohub, Bpk Khairul Amri, 7 April 2010
11
Kemang Masam didominasi perkebunan dan ladang. Nama kemang atau kadang disebut kembang berangkat dari nama buah lokal bernama „kemang‟. Buah ini biasanya dibuat sambal
karena masamkecutnya. Berwarna krem dan ketika ranum berbau wangi. Berbentuk mirip buah alpokat agak lonjong. Konon nama ini digunakan untuk nama dusun Kemang Masam.
12
Nampaknya penjelasan demikian menguat seiring dengan „kuat‟nya rezim Soeharto dan pengalaman beberapa negara seperti Libya, Mesir dan beberapa negara Amerka Latin.
63 menafikan akan peran strata tetapi tawaran penjelasannya itu sedikit unik. Pokok
pikiran Sanderson nampak sangat relevan dengan realitas aktor dalam kontestasi ruang tambang di Bangka yang bakal dikaji.
Di sini seorang aktor dalam bertindak dan tindakan mana diikuti individu lain; atau memiliki prestise yakni di mana individu dihormati dan dihargai, hakikinya
menunjuk pada adanya ketidaksamaan sosial social inequality daripada stratifikasi
sosial Sanderson,
2010: 145;
Leyden, 1983:
22-44
13
. Ketidaksamaan sosial bukan menunjuk pada adanya perbedaan dalam derajat
kekuasaan dan kekayaan seseorang. Ketidaksamaan sosial pada dasarnya hidup dalam suatu entitas sosial masyarakat yang bersangkutan Gramsci,
1976. Dalam entitas sosial suatu masyarakat bahwa ketidaksamaan sosial ada dan dapat terbentuk tanpa perlu adanya perbedaan kekayaan atau pendapatan
individu atau kelompok. Kekayaan maupun kondisi ekonomi itu sendiri belum cukup untuk membentuk kelas. Dengan bahasa yang sedikit berbeda bahwa,
kondisi ekonomi semata adalah bersifat pasif belaka. Kondisi ekonomi dalam batasan tertentu meski dapat menciptakan jurang pemisah tetapi kondisi tersebut
tidak cukup mampu menciptakan antagonisme yang sesungguhnya. Jika hanya berdasarkan kontak luar semata external factors, maupun ciri-ciri kepentingan
bersama maka tidak cukup alasan untuk terciptanya suatu komunitas, perserikatan atau apapun namanya sehingga mereka tidak dapat pula
dikelompokkan sebagai kelas. Kelompok-kelompok demikian, yang berada dalam situasi bersama, dan karenanya tidak akan mampu membuat kepentingan kelas
tersendiri. Berdasarkan penjelasan ini maka sesungguhnya ketidaksamaan sosial itu bersifat universal. Dengan demikian tidak ada suatu masyarakat tanpa
perbedaan antar individu Dahrendorf, 1985: 14-5. Gramsci dalam Sugiono, 2006: 44 mengatakan bahwa perbedaan sosial
yang pada gilirannya membentuk aktor intelektual adalah sosok yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri sekaligus
orang lain. Mengikuti
pemikiran dalam penelitian ini nampak bahwa kebertanggung jawaban terhadap diri sendiri adalah agen dalam pengertian Giddens sementara terhadap orang
lain adalah struktur. Dalam hubungan ini Gramsci ingin menjelaskan bahwa
13
Sanderson dengan sangat nyata membedakan antara ketidaksamaan sosial dengan stratifikasi sosial. Dalam ketidaksamaan sosial menyangkut: a perbedaan antar individu dalam pengaruh
sosial; b mengimplikasikan ketidaksamaan antar individu bukan antar suatu kelompok-kelompok yang berlainan. Sedangkan stratifikasi sosial menyangkut, adanya dua atau lebih kelompok-
kelompok bertingkat ranked groups dalam satu masyarakat tertentu, yang anggota-anggotanya mempunyai kekuasaan, hak-hak istimewa, dan prestise yang tidak sama pula. Dan karateristik
penting lain dari stratifikasi sosial adalah bahwa ia bersifat kelompok, bukan individu.
64 setiap orang dalam entitas sosialnya adalah aktor. Hanya saja dia-aktor belum
menjadi „deputi‟. Dalam kapasitas ini bahwa setiap orang adalah aktor; dan menyangkut itu [aktor] baru sebatas filsuf terhadap dirinya. Di sini kemudian
terkenal dengan apa yang disebut, bahwa setiap orang adalah filsuf terhadap diri sendiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri pula. Keterhubungan antar-
aktor selalu berjalan di atas landasan keaktoran dan selalu terpulang pada kebertanggung-jawaban itu. Artinya, bahwa dalam hubungan-hubungan sosial,
setiap aktor memanfaatkan keaktoran mereka dan saling mempertanggung jawabkan ketika setiap orang dari mereka bertindak satu terhadap lainnya.
Dalam posisi inilah maka setiap aktor ketika berkorelasi satu dengan lainnya selalu diwarnai oleh kepentingan-kepentingan politis dan kulturalnya. Jika
demikian maka tidak akan mungkin dalam praktik-praktik sosial itu setiap orang dari mereka tidak memiliki kebertangung-jawaban sosial. Namun jika hal yang
demikian ini terjadi maka hubungan sosial tersebut sesungguhnya tidak terbentuk, terutama bagi kepentingan-kepentingan aktor bertindak.
Gramsci selanjutnya menyebut bahwa dalam praktik sosial suatu sistem sosial terdapat aktor lain di luar aktor sebagai filsuf tadi. Mereka-aktor adalah juga
„deputi‟. Deputi pada dasarnya menyangkut representasiwakil. Persoalan yang ingin disampaikan tentang „wakil‟ tentu memiliki dua arti berbeda, pertama secara
substansial wakil menyatakan dirinya „ada‟ bersama dengan manusia lain. Kedua, tetapi di luar itu dan terpenting dalam pembahasan ini adalah, bahwa
pada siapa yang mereka wakili. Dalam pengertian ini, tidak lain adalah struktur. Representasi „deputi‟ sebagai struktur mengisyaratkan bahwa seorang deputi
memiliki tanggung jawab yang tidak lagi kepada diri sendiri. Deputi dalam konteks representasi sudah menyangkut hubungan-hubungan sosial dengan
pihak lain [di luar dirinya] di mana kebertanggung-jawaban sosial tersebut dilekatkan. Aktor dalam struktur menyangkut pemahaman akan tatanan, regulasi
dan sistem nilai maupun ideologi yang dianut; yang dalam pengejawantahan struktur itu, maka dengan demikian seorang aktor memposisikan diri sebagai
deputi-struktur di mana tidak lain adalah harus mempertanggung-jawabkan setiap aktor-bertindak terhadap struktur yang dia wakili. Dalam praktik sosial
diperlihatkan nanti ketika akan lahir dengan apa yang disebut sebagai praktik- praktik hegemonik itu.
65
4. Aktor dan Sumberdaya-sumberdaya Kekuasaan