Strukturasi Aktor Tambang Bertindak

20 mengungkapkan tentang adanya keterlibatan pihak luar dari aktor-aktor yang bertikai itu. Boleh saja jika ingin mengungkap semata dualitas tetapi hendaknya dipahami pula bahwa timah bukan barang yang dapat langsung dimanfaatkan, sehingga untuk sampai kepada pemanfaatan diperlukan proses tambahan dan tambahan mana tidak mungkin dilakukan oleh aktor yang bertikai tadi. Meminjam Marx sebagai Komoditas-Modal-Komoditas. Artinya ada pihak lain di luar aktor- aktor bertikai yang ikut menentukan permainan itu. Berdasarkan argumentasi inilah dalam tinjauan pustaka ini cukup dibangun dengan dualitas belaka Giddens, 2010a: xxix. Hubungan antar konsep tindakan dengan kekuasaan di tingkat perilaku strategis, menurut Giddens 2009: 273 berwujud: adanya ketidak-sesuaian sumberdaya dominasi; relasi otonomiketergantungan kekuasaan; relasi antagonisme atau perjuangan konflik; dan oposisi prinsip- prinsip struktural kontradiksi. Hubungan-hubungan antar konsep tindakan dengan kekuasaan dalam suatu sistem yang integratif berlangsung dalam rentang ruang-waktu.

1.2.3. Strukturasi Aktor Tambang Bertindak

Praktik pertambangan di Bangka antara aktor tambang dan struktur dalam situasi yang beralektika strukturasi. Jadi praktik pertambangan merupakan kontestasi antar-aktor tambang dengan strukturnya, yang sesungguhnya juga menjelaskan keberlangsungan pemaknaan dialektika secara historis, prosesual dan dinamis. Kontestasi aktor tambang-struktur baik secara struktural diperlihatkan melalui tekanan regulasi yang ditawarkan struktur, prosesual menyangkut bagaimana aktor tambang menyikapi regulasi dan kemudian memanfaatkan atau tidak regulasi itu, dan dinamis bahwa kontestasi aktor tambang berkontes dalam ruang tambang. Secara umum dapat dinyatakan bahwa pokok perhatian dari penjelasan ini terletak pada proses dialektika di mana praktik sosial, struktur, dan kesadaran diciptakan. Sebagaimana dipaparkan bahwa ruang dan waktu menjadi sangat penting dalam analisis Giddens. Sebagai seorang strukturalis bersama-sama Bourdieu maka waktu dan ruang menunjuk pada adanya dinamikaperubahan. Dalam masyarakat modern ruang-waktu ditempatkan dalam proporsi seimbang dan perubahan yang dimaksudkan pun tidak bergerak linier. Penjelasan dan penekanan ini sebenarnya untuk mempertegas posisi sosiologis aktor tambang- struktur itu sendiri yang berwatak dialektis. 21 Di sini, sekali lagi, untuk mempertegas bahwa dialektis menunjuk pada tekanan-lebih kepada dimensi waktu daripada ruang. Dalam masyarakat tambang tentu lebih berkepentingan dengan dimensi waktu daripada ruang sehingga tidak ada yang terabaikan 10 . Dimensi ini merupakan phantasmagoric atau “tempat terjadi peristiwa sepenuhnya ditembus ditentukan oleh pengaruh sosial yang jauh jaraknya dari tempat terjadinya peristiwa itu”; sehingga dalam hubungan tersebut menjadi sangat perlu penetapan kepercayaan trust dalam relasi antar-aktor tambang tanpa perlu mereka bertemu secara fisik. Dalam praktik pertambangan, dasar-dasar kepercayaan yang disepakati mampu menjembatani keterpisahan antara ruang-waktu. Jadi dengan ditetapkan trust sebagai rujukan keterpisahan memang perlu tetapi hendaknya didukung oleh adanya persyaratan-persyaratan. Persyataran dimaksud, bahwa setiap aktor petambang hendaknya memiliki modal sosial dan pribadi yang cukup, tenaga kerja pembantu untuk menunjuk keaktorannya maupun sistem kelas yang menggambarkan kedudukan aktor tambang yang lebih tinggi dari warga sekitar serta kemampuannya dalam menciptakan perbedaan.

2. Kerangka Penelitian Disertasi

Berdasarkan dua kajian dari Nirzalin 2011 dan Munandar 2011 di atas dan tinjauan pustaka yang digunakan maka sampailah pada fokus penelitian yang mengusung “Kontestasi Aktor dalam Perebutan Sumberdaya Timah di Bangka” untuk dijelaskan dan dipraktikkan di lapangan serta dilihat kemungkinan hasil-hasilnya. Paling tidak, penelitian ini berupaya untuk mempertanyakan apa yang mau ditawarkan dan bagaimana proses menuju pada tawaran akademik itu? Pastinya, bahwa berdasarkan jenis paradigma saja sudah sangat berbeda. Kedua peneliti tidak secara tegas mengungkapkan paradigma-metodologi apa yang digunakan. Nampaknya apa yang mereka paparkan sebatas paradigma- ilmu Nirzalin, menggunakan Giddens dengan teori strukturasinya; dan Munandar, menggunakan Bourdieu dengan strukturalis-konstruktivis. Konklusi itupun sebenarnya didapat peneliti setelah menelaah lebih dalam mengenai analisis yang mereka gunakan. Nirzalin misalnya, mengungkapkan penelitiannya 10 Dalam keseharian akan sangat mudah ditemukan, yaitu ketika kita bertanya sesuatu tentang jarak di suatu kampung. Katakanlah menuju rumah si A. Orang yang ditanya dengan enteng mengatakan, cukup dengan „sepuluh sedotanisapan rokok‟ maka akan sampai ke rumah di A tadi. Angka sepuluh isapan rokok menunjuk ketidak jelasan, terlebih bila kita tidak merokok. Namun terpenting dari itu adalah bahwa orang tadi menjelaskan rentang waktu.