15
1.2. Strukturasi dalam Kontestasi Aktor Tambang di Ruang Tambang
Dalam tinjauan pustaka ini ada tiga hal ingin diungkap yaitu pembentukan struktur-agensi dalam rentang ruang dan waktu; dualitas dalam praktik ruang
tarung struktur agensi; dan strukturasi aktor bertindak. Dua elemen dasar tinjauan dan satu yang membingkai berkenaan dengan strukturasi adalah
argumentasi yang digunakan dalam menjelaskan kontestasi aktor dalam perebutan sumberdaya timah di Bangka.
1.2.1. Pembentukan Struktur-Aktor Tambang dalam Rentang Ruang dan Waktu
Istilah agen
5
adalah khas Giddens. Namun menyangkut agensi maka banyak tokoh lain yang menggunakannya
6
. Agen dalam penjelasan ini tidak dapat diungkap dengan istilah agen semata. Penjelasan tentang agen hendaknya
dikaitkan dengan aspek sosial kehidupan agen hingga kemudian dikenal dengan apa yang disebut sebagai agensi. Sederhananya,
‘action’ or agency, as I use it, thus does not refer to series of discrete acts combined together, but to a
continuous flow of conduct Giddens, dalam, Calhoun, et.al, 2003: 233. Dalam penelitian ini agen adalah aktor tambang. Aktor tambang bertindak. Aktor
bertindak dilatar belakangi oleh maksud intentions dan alasan reasons yang kemampuan [maksud dan alasan] mengemukakan itu muncul melalui kesadaran
praktis practical consciousness
7
. Aktor tambang sebagai agensi manakala aktor tambang itu telah dihubungan aktor-aktor lain seputar tambang. Oleh karena itu
kontestasi aktor dipertambangan hendaknya dilihat sebagai aktor tambang dalam agensinya Giddens, 2010a: 14.
Sebagaimana diungkap bahwa aktor tambang yang muncul dalam hubungannya dengan aktor lain seputar tambang adalah kesadaran praktis aktor
5
Penjelasan istilah agen oleh Giddens disamakan dengan aktor. Cf. Anthony Giddens, Teori Strukturasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010a, hlm. xxii. Namun ketika memahami uraian
Giddens lebih lanjut maka istilah tersebut di Indonesia dapat disamakan tokoh, figur atau subjekindividu bertindak. Juga disamakan dengan elit elite sebagaimana dipakai oleh Mosca,
Pareto, Michels, Dahrendorf, Kartodirdjo dll ketika menjelaskan the ruling class atau „ratu adil‟nya
Sartono Kartodirdjo, Sinar Harapan, 1992. Oleh karena itu sebatas penyebutan maupun penulisan dapat digunakan saling bergantian.
6
Lihat Emir dan Mische, What is Agency?, New School for Social Research, AJS, Vol. 103, No. 4, Januari 1998
7
Dimaksudkan kesadaran praktis adalah tindakan yang dianggap aktor benar tanpa mampu mengungkapkan dengan kata-kata tentang apa yang mereka lakukan. Konsep kesadaran praktis
perlu diungkap karena Giddens juga menjelaskan kesadaran lain yang disebutnya sebagai kesadaran diskursif. Kesadaran diskursif memerlukan kemampuan untuk melukiskan tindakan kita
dalam kata-kata. Kesadaran praktis maupun struktur muncul melalui proses praktik sosial.
16 dalam dimensi ruang-waktu. Dalam kesadaran praktis setiap aktor tambang
selalu merupakan proses pengulangan [reproduksi]. Pengulangan hakekatnya menyangkut dimensi ruang, sehingga di sini tentu sulit untuk menjelaskan waktu
tanpa mengacu pada metapora spasial. Sifat pengulangan [reproduksi] sosial selalu berulang di ruang tambang, yang dipandu oleh tradisi dan secara tidak
langsung ditujukan pada pengalaman maupun pemetaan akan waktu. Jadi aktor tambang sebagai agensi sosial adalah pilihan tindakan menyangkut dimensi
ruang-waktu; dan terkait sosial adalah kemampuan dalam aktor menciptakan pertentangan-pertentangan. Aktor sosial [tambang] yang diikuti oleh massanya
selalu ada hubungan dengan pertentangan-pertentangan itu; sehingga manakala seorang aktor kehilangan ke-aktor sosial-nya adalah karena kegagalannya dalam
menciptakan pertentangan-pertentangan. Dengan demikian dalam praktik sosialnya bahwa ketika aktor-bertindak
dalam hubungannya dengan kontestasi aktor di ruang tambang maka beragam elemen ikutan terlibat. Secara sederhana dapat diringkas bahwa keterlibatan
aktor-bertindak di ruang tambang dapat dirumuskan dalam dua faktor penyebab yaitu dari dalam dan dari luar. Berkenaan dengan dari dalam yaitu hadirnya aktor
itu sendiri yang dibentuk oleh strukturruang tambang dan bentukan-bentukan yang bekerja secara dualitas. Pergulatan struktur-aaktor tambang tersebut,
meminjam dualisme atau dalam batasan tertentu Bourdieu yaitu, melakukan objektivikasi maupun subjektivikasi adalah faktor penyebab struktur-aktor
tambang yang ditentukan dari luar. Formasi inilah yang dapat digunakan untuk menjelaskan bahwa struktur-aktor tambang dalam kontestasi aktor di ruang
tambang perebutan tidak pernah berdiri sendiri. Selanjutnya struktur-aktor tambang di mana aktor-tambang-bertindak selalu
berlangsung dalam ruang dan waktu. Berkenaan dengan ruang dan waktu dalam praktik sosial masyarakat modern maupun pra-modern menyangkut persoalan
kehidupan sehari-hari. Tetapi dalam masyarakat modern bahwa waktu lebih utama dibandingkan dengan ruang. Berbeda dengan masyarakat pra-modern
bahwa ruang-waktu adalah bagian dalam sosiokultural mereka. Dalam masyarakat modern waktu menunjuk pada ketepatan dan capaian tujuan-tujuan,
sementara ruang dianggap sebagai bagian yang tidak terlalu penting. Dalam konfigurasi tahap lanjut, penjelasan-penjelasan ini masuk ke dalam struktur yang
mengikat melalui sistem sosial. Agen bertindak, kata Giddens, adalah sosok
17 yang karena dialektikanya dengan struktur merubahnya menjadi agensi. Sosok
aktor yang agensi adalah mereka yang memiliki sumberdaya-sumberdaya. Pada dasarnya sumberdaya-sumberdaya demikian sama dengan yang dimiliki oleh
agen lain; perbedaannya adalah karena sumberdaya-sumberdaya atau tepatnya sumberdaya yang telah terlekatkan kekuasaan.
Aktor dalam kontestasi di ruang tambang adalah aktor yang memiliki sumberdaya-sumberdaya kekuasaan. Sumberdaya-sumberdaya kekuasaan
dalam ruang sosial pertambangan merupakan modalitassarana yang dimainkan aktor untuk mencapai tujuan. Dengan demikian bahwa sumberdaya kekuasaan
memiliki arti khusus terutama kemampuannya dalam menggerakkan terhadap sesuatu objek yang menjadi sasaran untuk digerakkan. Objek yang ingin
digerakkan adalah untuk kepentingan aktor bertindak tadi. Dalam relasi dualitas adalah kemampuan aktor melalui saranamodalitas sumberdaya kekuasaan
yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan massa. Pergerakkan dalam pengertian ini tidak sekadar pergerakan melain pergerakan yang mengandung
muatan-muatan. Aktor dalam konteks pertambangan adalah kemampuan aktor dalam
memposisikan diri
menggunakan saranamodaitas
sumberdaya kekuasaan yang penggunaannya sangat tergantung pada sejauh mana
kebutuhan atau yang diinginkan objekmassa. Kebutuhan akan ekonomi oleh massa tambang misalnya maka sumberdaya yang digunakan aktor adalah
sumberdaya kekuasaan alokatif; sebaliknya kebutuhan massa tambang dalam ruang tambang memerlukan kekuasaan yang bagi massa untuk kepentingan
mereka sendiri maka distribusi yang diberikan aktor terhadap massa tambangnya adalah sumberdaya kekuasaan otoritatif.
Selanjutnya melalui
operasionalisasi sumberdaya
kekuasaan baik
sumberdaya kekuasaan alokatif maupun sumberdaya kekuasaan otoritatif itulah kemudian aktor tambang sebagai aktor agensi lantas menggunakannya sebagai
basis dalam melakukan pertentangan-pertentangan. Motif atau tujuan aktor- tambang-bertindak dengan pertentangan-pertentangan menunjuk kemampuan
mengikrar diri hingga diikuti massa tambang guna mendapatkan legitimasi sekaligus menempatkan sosok dirinya sebagai agen sosial. Dalam praktik sosial
semua itu berjalan dalam realitas historisnya dan proses tersebut bergerak dalam sosial sosial tambang yang terus menerus direproduksi hingga mengukuhkan
dialektika struktur-aktor tambang itu sendiri.
18
1.2.2. Dualitas Struktur-Aktor Tambang dalam Praktik Ruang Tarung Tambang