Aktor dan Sumberdaya-sumberdaya Kekuasaan

65

4. Aktor dan Sumberdaya-sumberdaya Kekuasaan

Aktor disebut sebagai aktor adalah karena adanya sumberdaya-sumberdaya kekuasaan yang dia miliki. Dalam penelitian tambang di Bangka dapat dirumuskan dua aktor yang secara diametral saling berhadap-hadapan. Namun Tabel 5.3 baru merumuskan gambaran dua aktor dengan menunjuk kriteria dan sumberdaya kekuasaan yang dimiliki. Menyangkut sumberdaya kekuasaan maka selalu ada kaitan dengan massa yang mengikuti merekat. Penyematan sebagai AP dan AT merupakan konsekuensi dari keterikatan dimaksud. Oleh karena itu uraian sumberdaya kekuasaan yang dijelaskan dalam Tabel 5.1 ini merupakan potensi alias daya dukung seorang aktor dalam bertindak. Potensi belumlah menunjuk keikutsertaan massa tatkala aktor bertindak. Di sini dipaparkan potensi-potensi, yang tekanannya lebih kepada identifikasi bahwa, kedua aktor memiliki kriteria yang sama yaitu sama-sama bergerak di tambang; meski kemudian AP tidak melanjutkan. Kedua aktor mendapatkan pengakuan dari massa-masyarakat tempat di mana mereka hidup, sebagai kriteria kedua. Keaktoran mereka, sebagai kriteria lanjutan, tidak berangkat dari keturunan genealogis. Meski AP mantan Kepala Kampung KK tetapi ketika jabatan tersebut diperoleh bukanlah karena „meneruskan‟ dari kedua orangtuanya. Orangtua AP telah meninggal jauh sebelum jabatan itu diperoleh dan AP adalah orang kebanyakan. AP dalam menduduki jabatan KK di kampung Airputih bukanlah kehendak dia sendiri melainkan pilihan rakyatnya 14 . Demikian juga dengan AT. Meski dia keturunan langsung dukun kampung Mayang dan sebagai satu-satunya anak yang dimiliki sang dukun tetapi tidak ada niat AT sebagai pewaris orangtuanya 15 . 14 Masa Orba dan menjelang reformasi jabatan Kepala Kampung KK bukanlah jabatan yang prestisius. Dengan honor kecil dan tidak jelas kapan diperoleh sementara pekerjaan yang 24 jam itu tidak membuat semua orang tertarik honor Rp 27.000bulan dan dibayar 3 bulan sekali lewat BRI. Kecuali setelah pemekaran di era reformasi setelah DPRD Babar mulai mengganggarkan atas usul eksekutif, bisa jadi berbeda. Dengan gaji tetap dan ada di kantor sesuai jam kantor persepsi masyarakat mungkin dapat berubah tentang jabatan Kepala Kampung itu. 15 Dalam struktur perdukunan, dukun kampung memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan dukun gunung dan laut. Kedua dukun yang disebut terakhir, diperlukan sesuai dengan keahlian atau bidangnya. Dukun kampung dapat „menggantikan‟ apa yang dilakukan dukun laut dan gunung. Tetapi tidak bisa sebaliknya. Di samping keutamaan dukun kampung tidak saja berkaita n dengan „rasa aman‟ kampung dari serangan penyakit dan gangguan lainnya melainkan juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang cukup dengan pihak luar kampung. 66 Tabel 5.3. Kriteria Kedua Aktor dan Sumberdaya Kekuasaan Kriteria Aktor Sumberdaya Kekuasaan Struktur Signifikansi Struktur Legitimasi AP Memiliki pengetahuan sosial yang luas Memiliki pengetahuan administrasi pemerintahan dan pembangunan Memiliki pengetahuan tentang kelautan Memiliki pengetahuan tentang perkebunan dan perladangan Memiliki pengetahuan tentang keteknikan dan permesinan Kuasa moral terkait keluasan pengetahuan sosial Kuasa moral dan kuasa gagasan terkait pengetahuan administrasi dan pemerintahan Kuasa moral dan kuasa gagasan tentang mitos-mitos di laut Kuasa moral dan sosial Kuasa pengetahuan dan gagasan AT Memiliki pengetahuan sosial yang luas Memiliki pengetahuan tentang timahtambang Memiliki pengetahuan tentang perkebunan dan perladangan Memiliki akses politik, ekonomi dan ekonomi politik Memiliki pengetahuan tentang kampung sebagai anak dukun Memiliki gelar haji Kuasa moral terkait keluasan pengetahuan sosial Kuasa moral dan ekonomi moral Kuasa moral dan sosial Kuasa moral dan kuasa gagasan di bidang sosial-politik Kuasa moral dan kuasa gagasan tentang mitos-mitos dan supranatural Belum membentuk kuasa Sumber : Data Lapangan diolah, 2012 Kriteria keempat memang memiliki keterhubungan dengan kriteria ketiga; sehingga perlu dijelaskan agak lebih dalam karena dikhawatirkan bahwa massa mereka mengaktorkan keduanya atas dasar mantan kepala kampung dan keturunan langsung dukun kampung]. Diakui memang tidak mungkin dapat dihindari secara total penilaian atau kuasa pengetahuan masyarakat atas keaktoran keduanya berdasarkan kriteria tersebut. Dalam praktik sosial di masyarakat memang akan adanya peran historis yang dimainkan aktor terkait dengan mantan tadi. Kuasa pengetahuan masyarakat, atau dalam bahasa Geertz 2003: 93 disebut sebagai nalar awam, sudah masuk dalam sistem sosial 67 mereka. Penjelasan lanjutan yang cukup masuk akal adalah bahwa kedua aktor sudah dikenal warga kampung sebelum adanya pembeda-pembeda atas warga lain. Kuatnya aroma pembeda-pembeda yang ada itu daripada hanya sekadar sebagai anak dukun kampung untuk AT maupun sangat jauh untuk AP yang saat itu sama sekali belum terpilih sebagai KK Airputih. Dengan demikian penjelasan kedua aktor yang tertuang dalam Tabel 5.4 implisit menggambarkan sebuah ketidaksamaan sosial dalam suatu entitas sosial. Berdasarkan gambaran itu maka secara umum dapat menjelaskan bahwa ada beberapa kelebihan tetapi tidak sedikit pula kekurangannya. AT dan AP memiliki kelebihan yang hampir tidak mungkin dimiliki oleh warga lainnya. AP misalnya, meski di Bangka maupun kampung Airputih khususnya, jabatan Kepala Kampung KK bukanlah jabatan yang layak dijadikan rebutan. Dalam beberapa kampung justru KK diduduki oleh orang luar kampung. Jika tidak diisi orang Jawa yang militer tentu orang dari Sumatera Bagian Selatan. Tetapi kesediaannya AP sebagai KK justru didorong oleh warga. Tentu saja dorongan warga itu dengan diikuti alasan-alasan yang bisa diterima. AT sekurang-kurangnya sebagai mantan anak dukun kampung dan sebagai tukang chiam adalah beberapa kelebihan yang tidak dimiliki warga kampung. AP dengan sumberdaya kekuasaan khusus struktur signifikansi memiliki pengetahuan yang luas bahkan ditambah dengan pengetahuan tentang laut. Berdasarkan struktur signifikansi itu membawa AP berdasar struktur legitimasi memberinya banyak kuasa. Sekurang-kurangnya kuasa moral, kuasa gagasan dan kuas sosial. Kelemahan AP dalam struktur signifikansi terletak pada kekurang-mampuan dirinya terhadap kepentingan tambang. Berbeda dengan AT. Kelemahan AP justru sebagai kelebihan AT sehingga dalam struktur signifikansi warga memberikan tanda-tanda dan kode-kode akan kemampuannya. Dengan demikian AT dalam struktur legitimasinya mendapatkan kuasa moral, sosial dan supranatural terkait dirinya sebagai anak dukun. Penetapan dan kekuatan pencitraan atas kriteria kedua aktor dipicu oleh akumulasi sumberdaya kekuasaan yang dimiliki. Setiap aktor dalam entitas sosial di kampung mereka masing-masing memiliki sumberdaya-sumberdaya yang sama, tidak dipungkiri dan bahkan bisa saja jauh lebih banyak dari kepemilikan kedua aktor AP dan AT. Sebagai contoh, H Mukti di Mayang. Jika menilik dari kepemilikan harta bergerak dan tidak bergerak justru melebihi kepemilikan yang dipunyai AT. Rumah dengan arsitek Yunani-kuno dan dilengkapi dua kendaraan 68 roda empat serta piringan TV parabola saja sudah pasti melebihi kepemilikan AT yang hanya satu minibus setengah pakai dan rumah kampung mirip tipe-45 tanpa parabola di kampung Mayang. Demikian pula dengan AP. Di kampung Airputih ada tokoh lain yang jauh melampaui dirinya. Teman sekolah AP di SD beretnis Tionghoa memiliki sumberdaya yang tidak saja ekonomi tetapi juga akses politik serta sosial hingga ke Jakarta dan luar negeri. Berdasarkan komponen pembeda-pembeda yang ada tentulah apa-apa yang dimiliki AP dan AT banyak pula warga lain yang memiliki, dan sebagaimana dikatakan, justru melampaui keduanya. Persoalannya adalah, apakah sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki mampu atau dapat merubah sebagai sebuah sumberdaya kekuasaan menjadi kekuasaan riil; dan pada gilirannya kekuasaan-kekuasaan yang dilekatkan dalam sosok aktor dapat dibuktikan melalui „pengakuan spontan‟ masyarakatnya. Jawaban atas pertanyaan ini pulalah yang tidak dimiliki warga masyarakat ketika ingin disebut sebagai aktor. AP sebagai bekas KK dan sebagai orang yang pernah menduduki jabatan birokrasi tertinggi di kampung maka dengan sendirinya memiliki keluasan pengetahuan berkenaan dengan hal ihwal administrasi pemerintahan dan sosial kemasyarakatan. Keluasan pengetahuan ini tentu sebagai sumberdaya tersendiri dimiliki AP dan membedakan dirinya dengan warganya. Pembangunanisme yang interventif secara jelas menempatkan KK sebagai simpul terbawah dari pemerintahan terendah di bawah camat. KK dan kampung adalah tempat di mana terhimpunnya sejumlah program pemerintah Suhartono et.al, 2000: 14. Dalam menjalankan semua program pemerintah itu tidak ada batas waktu seperti jam kantor. Meski secara definitif ada waktu dan tatacara menjalan organisasi lokal layaknya pegawai pemda lainnya tetap i „pengakuan‟ itu tidak masuk dalam kuasa pengetahuan masyarakatnya. Pengabaian yang pada dasarnya menunjukkan kepercayaan bahwa persoalan kemasyarakatan dapat diselesaian AP tanpa perduli dilakukan di kantor atau di rumah 16 . AP dalam kapasitasnya sebagai KK ,apakah harus menolak? Kebiasaan yang dilakukan masyarakat ini justru mengisyaratkan akan keaktoran AP. Oleh karena itu meski AP sudah tidak 16 Tetapi untuk pinjam uang sebagaimana terjadi terhadap lurah desa di Jawa, di kampung Air Putih tidak terjadi. Bagaimana mungkin? Gaji dibaca: honor yang diperoleh sebagai kepala kampung sebesar Rp 35.000 dibayar per triwulan [wawancara per telepon, 5 Mei 2012. Banyaknya „perampasan‟ tanah oleh lurah-desa terhadap warganya karena meminjam uang dengan agunan tanahsawah. Setelah menumpuk dan pemilik tanah tidak mampu mengembalikan lantas tanah disita oleh lurah [peneliti pernah ditunjuk oleh lurah desa di Yogyakarta-Bantul yang memiliki 35 kampling tanahsawah dengan luas bervariasi]. Sementara kampung Air Putih meski Bahrudin menjadi kepala kampung karena dipilih tetapi pilihan itu tidak dengan uang. 69 lagi menjabat sebagai KK tetapi masih saja ada warga yang minta pandangan- pandangannya menyangkut beragam masalah hingga pemecahannya sehingga dapat ditafsirkan sebagai petanda akan ketokohannya. AT pun demikian. Keluasan pengetahuan terhadap semua aspek kehidupan menempatkan AT dalam posisi strategis dan sentral. Keluasan pengetahuan yang terbentuk lama terpulang dari kemampuannya yang gemar berkebun dan berinteraksi serta intensitas berkomunikasi tinggi dengan pihak lain menempatkan AT sebagai orang yang „serba tahu‟. Kuasa pengetahuan yang dimiliki AT minus administrasi pemerintahan tetapi kuasa pengetahuan itu telah lama memasuki aspek kehidupan masyarakat dan bahkan sudah sebagai bagian dari sosiokultural masyarakatnya. AT sebagai pewaris langsung dukun kampung [Mayang] maka hampir dapat dipastikan ketika warga akan membuka hutan masih meminta petunjuk darinya 17 . Meski dalam tabel 5.4 bahwa keterikatan kepada keturunan sudah tidak diperhitungkan lagi tetapi ketika ada warga „terkena‟ gangguan makhluk halus sering meminta bantuan darinya. Belakangan, pemerintah kabupaten Bangka Barat melalui Dinas Perhubparinform 18 sedang berupaya keras menggalakkan pariwisata. Salah satu bentuk pariwisata yang ingin dibangkitkan yaitu, memunculkan kembali peran dukun di kampung-kampung. Tujuan pemerintah kabupaten bukanlah untuk menghidupkan kembali mitos dan takhyul serta sinkretisme melainkan melalui dukun kampung diidentifikasi potensi kampung untuk dijadikan objek wisata. Selain Bangka Barat sendiri adalah wilayah yang berada di sisi paling barat provinsi Babel dengan lokasi penyeberangan ke pelabuhan Musi di Palembang melalui pelabuhan Muntok sebagai suatu potensi. Potensi lain seiring pesatnya kawasan Sijori Singapura, Johor dan Riau serta kawasan utara laut Cina Selatan dan lingkar pasifik yang selama ini arah perkembangan wisatawan ke Batam terus Jakarta, Yogyakarta dan Bali dapat singgah di Bangka Barat. Pemerintah Daerah kabupaten Bangka Barat berharap melalui pariwisata dapat 17 Meski ada warga ketika mau membuka hutan buat ladang, “ya, buka begitu saja”, tanpa perlu izin. Di lapangan kalau ada yang menyatakan bahwa lahan itu miliknya maka tinggal geser ke lahan sampingnya, begitu seterusnya [wawancara per telepon dengan aparat kampung Mayang, Bpk Jm. [11 November 2011] 18 Wawancara dengan Kadin Perhubparinform Drs Khairul Amri, 12 Desember 2010 70 sebagai alternatif tambahan keuangan daerah di samping mengalihkan tenaga kerja dari TI ke sektor jasa wisata 19 . Ada harapan sebagai penyangga wisata. Dalam banyak kesempatan pejabat kabupaten sering berujar dengan mengatakan “Babel sebagai Wisata Indonesia kedua setelah Bali”. Bagi kabupaten sedang mengidentifikasi beberapa daerahwilayah untuk dijadikan lokasi wisata. Tanjung Ular, Batu Balai, Gunung Menumbing, Rumah Mayor Petak 17, Rumah peristirahatan Pasanggrahan di Sungai Daeng, juga kuburan tiba-tiba ada klaim menjadi milik Pemda di kampung Kebon Nanas pun ditatadirapikan. Kota Muntok pun tidak terkecuali. Kota ini dibagi dalam beberapa lokasi wisata, yaitu: kawasan perumahan elite sekitar rumah dinas bupati, kampung Cina di Selong-kampung Baru, wisata kuliner di kampung Jawa, wisata pantai di kampung Tanjung, kain cual di kampung Teluk Rubiah dll. Kampung-kampung di luar kota Muntok dan tiga kota besar lainnya di Bangka Barat seperti Jebus, Kelapa dan Tempilang menjadi bagian wisata, sehingga peran dukun kampung yang selama hilang semasa rezim Soeharto kembali mendapatkan pengakuan dan ke depan dipastikan meningkat 20 . Contoh kampung Kundi-Bangka Barat dengan perang ketupat 21 . Mirip dengan peran dan posisi AP di atas bahwa kebiasaan-kebiasaan yang dlakukan warga terhadap diri AT mengisyaratkan akan ketokohannya. Artinya „kebiasaan‟ masyarakat yang mendatangi kedua aktor adalah sebagai petanda akan keaktoran dan yang tidak dapat dipungkiri adalah keluasan kuasa pengetahuan yang mereka miliki. Keluasan pengetahuan dianggap sebagai kuasa atas sumberdaya kekuasaan Giddens, 2010a. Contoh lain, menguasai teknik tambang. AT adalah seorang siswa yang berhasil duduk hingga di kelas dua STM. Sekolah kejuruan itu berhasil mengajarkan dasar-dasar 19 Nampaknya hanya slogan belaka. Sejak penelitian ini dimulai akhir Desember 2009 lalu hingga saat ini tidak ada hotel kelas „Melati” sekalipun. Bahkan masa itu lampu dari PLN hanya hidup malam hari dan sepanjang siang hari mati. Dalam kesempatan yang sama, pegawai Pemda Babar ketika mensosialisasi program Pemda harus ke hotel-hotel yang ada di ibukota provinsi, Pangkalpinang berjarak 125 Km. 20 Meski berkali-kali Jumadil menyatakan tidak bersedia untuk menggantikan ayahnya dan mempertegas pernyataan ini dia pergi menunaikan ibadah haji sehingga yang ada hubungannya dengan dukun kampug diangap perbuatan syirik meduakan Tuhan dan itu dilaknat Allh SWT [wawancara dengan Jumadil melalui telepon, 12 Desember 2011] 21 Acar a ini sudah masuk agenda tahunan dikabupaten Bangka Barat. “Perang” dengan saling lempar ketupat antarwarga diawali oleh dukun kampung dan kemudian diikuti oleh warga. Perang itu sebagai pe rwujudan „mengusir‟ setan. [Acara ini sempat dikritik Rusli Rahman, mantan Kanwil P K prov DIY, ketika kabupaten Babar melalui Bupati Farhan Ali, di Senayan-Jakarta, 1 Agustus 2009, mengusung tema, “Konsolidasi Investasi”. Intinya, berupaya menarik investor asal Babar yang telah sukses di luar Babar untuk menginvestasikan dananya bagi pembangunan Babar, dikatakannya bahwa ketupat yang diisi dengan beras itu dan kemudian dilempar-lemparkan satu dengan warga lain dianggap sebagai perbuatan mubazir. Ganti saja isi ketupat dengan yang lain]. 71 keteknikan sehingga seluk-beluk terkait teknisi mesin pompa, tidak ada masalah. Di samping AP yang juga mantan KK memungkinkan dirinya dekat dengan sumber informasi. Apa yang dimiliki atau dikuasai AP sangat berbeda dengan apa yang dimiliki AT. AT memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain yaitu kemampuannya dalam menentukan kualitas, kedalaman dan volume dalam satuan meter persegi jumlah timah di bawah perut bumi ciam. Berdasarkan keahlian AT dapat dimintai pendapat maupun pertimbangan-pertimbangan layak-tidaknya areal itu ditambang dibandingkan dengan kucuran modal dan alokasi waktu. Dalam praktik, AP dan AT memiliki beberapa sumberdaya yang memberikan kekuasaan sehingga tindakan-tindakan agensinya sangat dihormati dan dijadikan teladan bagi masyarakatnya. Mencermati kedua aktor maka sumberdaya- sumberdaya kekuasaan mereka terletak: pertama, kualitas pengetahuan umum mereka. Perihal ini terlihat dari ditempatkannya mereka „di muka‟ ketika problema sosial muncul baik datang dari dalam maupun dari luar masyarakatnya. Keluasan kuasa pengetahuan umum diimbuhi kemampuan berkomunikasi memungkinkan mereka dalam pandangan masyarakatnya sebagai orang yang serba tahu dan serba bisa. Tidak dipungkiri bahwa „kelebihan-kelebihan‟ ini menimbulkan efek baik dan pada gilirannya memunculkan kepercayaan massa terhadap diri aktor melampaui warga lain dalam masyarakat itu. Efek ini semakin nyata ketika mereka dalam batasan tertentu selalu membantu terkait kualitas pengetahuan umum tadi tanpa dipungut bayaran. Kedua, bahwa penguasaan pengetahuan umum. Jika yang pertama menunjuk pada keluasan kuasa pengetahuan yang diikuti dengan kemampuan mengomunikasikan maka penguasaan pengetahuan umum menunjuk pada kualifikasi yang bersesuaian dengan realitas seiring dengan minimnya pengetahuan masyarakat terhadap kasus-kasus tertentu. Berdasarkan kedua sumberdaya itu menunjuk bahwa kedua aktor diposisikan warga sebagai „juru tafsir‟ terhadap beragam norma-norma dan regulasi kebijakan yang dikeluarkan negara. Ketiga, sebagai aktor tak pelak memposisikan mereka sebagai kuasa tunggal atau pemilik jaringan sosial yang „melampaui‟ domisilinya. Jaringan yang terbentuk sering dimanfaatkan oleh pihak luar kampung sebagai „jalan masuk‟ bagi kepentingan-kepentingan pihak luar tadi terhadap kampung. Dalam jaringan yang sama posisi AP dan AT sebagai terminal informasi yang berujung pada 72 pengakuan masyarakat sebagai orang „penuh informasi‟. Dalam perspektif komunikasi orang yang „penuh informasi‟ menunjuk pada kuasa pengetahuan. Pasalnya perolehan pengetahuan itu melalui proses sejarah panjang dan sekaligus sejarah klaim-klaim kebenaran Foucault, 2011: 386. Penjelasan demikian dengan sendirinya memposisikan kedua aktor unggul atas yang lain.

5. Perbedaan Sosial dalam Kehidupan Aktor