4.3. Keterkaitan Karakteristik Lingkungan Perairan dengan Penutupan
Karang
Terumbu karang sangat sensitif terhadap bahan pencemar yang dihasilkan dari kegiatan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Perairan Selat
Lembeh menampung berbagai bahan pencemar limbah kota Bitung. Limbah tersebut berupa buangan industri, aktifitas pelabuhan, buangan rumah tangga, dan
sedimentasi, bahan pencemar ini dibawa ke perairan Selat Lembeh. Berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para pakar menunjukkan adanya pengaruh
buruk bahan pencemar terhadap komunitas karang, seperti pengaruh minyak bumi terhadap karang Loya dan Rinkevich, 2000, Peter et al., 2001, limbah rumah
tangga Dollar, 2001 pengaruh limbah panas Jokiel dan Coles, 2000, Suharsono dan Brown, 1990, pengaruh sedimentasi Chansang et al., 2001, Dollar dan
Grigg, 2001, Yamazato, 1996, pengaruh logam berat Harland, 1989 dalam Suharsono 1994.
Distribusi persentase tutupan dari kategori benthic lifeforms karang batu, Acropora
, non-Acropora, dead coral, algae, other fauna, dan abiotik pada setiap stasiun dan keterkaitannya dengan karakteristik lingkungan perairan dikaji dengan
menggunakan Analisis Faktor Koresponden Correspondence AnalysisCA. Kategori benthic lifeforms yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan Acropora,
non-Acropora, dead coral, algae, other fauna, dan abiotik merupakan baris dalam matriks data yang digunakan dalan AFK. Sedangkan kolom dalam matriks data
adalah stasiun pengamatan. Berdasarkan hasil Analisis Faktorial Koresponden CA memperihatkan
informasi utama sebaran dari kategori benthic lifeforms pada setiap lokasi pengamatan, bahwa penyebaran lifeforms terpusat pada 3 sumbu faktor utama F1,
F2 dan F3 yang masing-masing sumbu mampu menjelaskan sebesar 38,99 , 28,86 dan 15,14 dari ragam total Tabel 10.
Tabel 10. Akar ciri dan kontribusi inersi total pada 3 sumbu utama faktorial F1 F2 F3
Akar Ciri 0.344
0.254 0.134
Kontribusi Inersi Total 38.997
28.864 15.143
Cumulative 38.997
67.861 83.004
Dengan menggunakan Analisis Faktor Koresponden CA, maka Sumbu Utama Faktorial yang dikaji untuk mendapatkan informasi adalah 3 tiga sumbu
faktor utama. Hal ini ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa dengan mengambil 3 tiga sumbu faktor tersebut F1, F2 dan F3, maka sudah dapat
merepresentasikan 83,00 dari variabel total atau sebaran kategori benthic lifeforms
pada setiap stasiun pengamatan. Hasil analisis yang telah dilakukan mampu mengelompokkan titik-titik pengamatan beberapa kelompok besar
asosiasi atau yang mempunyai keterkaitan antara kategori benthic lifeforms dengan stasiun.
Hasil analisis pada Sumbu Utama Faktorial 1 dan 2 F1 dan F2 dapat memisahkan 3 tiga kelompok asosiasi atau dicirikan oleh kategori benthic
lifeforms dengan stasiun pengamatan. Kelompok I dicirikan oleh alga, non-
Acropora dan dead coral yang tinggi dan berasosiasi dengan stasiun Binuang, Kasawari, dan Makawidey yang memiliki parameter kedalaman, kecerahan, suhu,
kecepatan arus yang tinggi. Kelompok II terdiri dari lokasi Papusungan, Manembo-Nembo, Tandurusa dan Aertembaga yang dicirikan oleh abiotik yang
tinggi. Sedangkan kelompok III adalah Acropora dan other fauna yang berasosiasi dengan lokasi Pintu Kota, Batuwoka, Nusu, Lirang, Mawali, Batulubang,
Paudean, Pasir Panjang, Kareko dan Tanjung Merah yang memiliki parameter substrat, ammonia dan salinitas yang tinggi Gambar 14.
Symmetric Plot axes F1 and F2: 67.86
Tj.M erah M an
A ertembaga Tandur
M akawidey Kasawari
P s. pa Do rbo laang
P ancuran P o so kan
M o tto P audean
B atulubang M awali
B atuwo ka P intu Ko ta
B inuang
Kareko Nusu
Lirang Other Fauna
A lgae
Dead-Co ral No n-A cro po ra
A cro po ra
-2 -1.5
-1 -0.5
0.5 1
1.5 2
-2 -1.5
-1 -0.5
0.5 1
1.5 2
- - a xis F 1 3 9 .0 0 - -
embo usa
njang P apusungan
A bio tic
Gambar 14. Analisis Faktorial Koresponden lokasi dengan kategori benthic lifeforms
pada Sumbu Utama Faktorial 1 dan 2 F1 dan F2. Hasil asosiasi tersebut menujukkan bahwa kategori benthic lifeforms pada
kelompok yang sama mempunyai kemiripan dan dapat digunakan sebagai pencirian stasiun. Dengan demikian asosiasi dari ketiga kelompok ini,
menujukkan hubungan keeratan antara lifeforms dengan karakteristik lingkungan perairan. Hasil asosiasi pada masing-masing lokasi ini menunjukkan keeratan
hubungan antara lifeforms pada beberapa stasiun.
Symmetric Plot axes F1 and F3: 54.14
Tj.M erah M anembo
A ertembaga Tandurusa
M akawidey Kasawari
P s. panjang Do rbo laang
P ancuran P o so kan
M o tto P audean
B atulubang P apusungan
M awali B atuwo ka
P intu Ko ta B inuang
Kareko Nusu
Lirang A bio tic
Other Fauna A lgae
Dead-Co ral No n-A cro po ra
A cro po ra
-2 -1.5
-1 -0.5
0.5 1
1.5 2
-2 -1.5
-1 -0.5
0.5 1
1.5 2
- - a xis F 1 3 9 .0 0 - -
Gambar 15. Analisis Faktorial Koresponden lokasi dengan kategori benthic lifeforms
pada Sumbu Utama Faktorial 1 dan 3 F1 dan F3
Hasi Analisis pada Sumbu Utama Faktorial 1 dan 3 F1 dan F3 dapat memisahkan 2 dua kelompok asosiasi atau dicirikan oleh kategori benthic
lifeforms dengan stasiun pengamatan. Kelompok I terdiri dari Abiotik yang
berasosiasi dengan lokasi Papusungan, Aertembaga, Manembo-Nembo dan Tandurusa yang memiliki parameter pH, BOD5, Kecerahan, COD, fosfat dan
nitrat yang tinggi. Hasil studi ini memperkuat hasil penelitian Suharsono dan Yosephine 1994, menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara persentase
tutupan karang hidup dengan kecerahan air di 27 pulau di Kepulauan Seribu. Semakin rendah transparasi air semakin kecil pula persentase tutupan karang
hidup. Terlihat ada korelasi negatif antara pertumbuhan karang Porites lutea dan kecerahan air r
2
=0,2;P0,02. Scoffin 1996, menyatakan bahwa semakin tinggi kekeruhan air semakin lambat pertumbuhan karang. Lebih lanjut, Anderson et al.
2004, menyatakan bahwa peran nutrient N, P, C, Fe yang berasal dari bahan organik dan anorganik dari perairan laut akan berperan penting dalam pengkayaan
nutrien laut dan berpengaruh nyata terhadap keberadaan bakteri laut Atlas, 1993. Masuknya sedimentasi dan nutrien yang dibawa oleh aliran sungai juga
menyebabkan terjadinya pengayaan nutrien di Selat Lembeh. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan meningkatnya kadar fosfat dan nitrat di Selat Lembeh,
khususnya di kawasan Pesisir Bitung. Akibat adanya pengayaan nutrien menyebabkan terjadinya ledakan populasi algae. Konsentrasi nitrat yang tinggi di
perairan diperkirakan mempunyai efek yang cukup nyata bagi kehidupan terutama dalam menentukan struktur dan komposisi organisme penyusunnya. Salah satu
penyebabnya adalah bahwa hewan karang memerlukan perairan yang sangat bersih pada habitat yang dihuninya, salah satu aspek paling krusial dari kualitas
air tersebut adalah konsentrasi nutrien dalam perairan. Nutrien adalah elemen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan semua mahluk hidup dan bila mereka tidak
tersedia dengan cukup, maka organisme tidak akan mampu untuk tumbuh dengan baik. Di perairan pesisir, dua nutrien utama yaitu nitrogen dan fosfor hadir dengan
konsentrasi rendah sehingga mereka akan menghalangi pertumbuhan yang penuh full growth.
Terumbu karang adalah ekosistem yang memerlukan nutrien lingkungan dengan konsentrasi rendah, seperti di lautan tropis, dimana tumbuhan dan
organisme autotrof lainnya seringkali memanfaatkan nitrogen dan fosfor yang tersedia. Kondisi nutrien yang kaya di perairan perairan eutrofik akan
membahayakan karang dan bahkan mampu membunuh terumbu karang, salah satunya adalah akibat kompetisi antara karang dengan alga yang sudah sangat luas
terjadi di sejumlah terumbu karang dengan melibatkan sejumlah interaksi. Pergantian secara luas komunitas karang yang didominasi oleh makroalga sering
mengindikasikan adanya gangguan eksternal, tidak hanya akibat kompetisi overgrowth,
namun juga sampai pada penghambatan kompetitif rekruitmen karang dengan konsekuensi terhalangnya pemulihan terumbu karang. berdasarkan
uraian tersebut diduga pemulihan terumbu karang melalui rekruitmen karang di Pesisir Bitung khususnya lokasistasiun dekat industri dan pelabuhan akan
terhalang akibat tingginya kandungan nutrien di perairan dibandingkan dengan Pulau Lembeh.
Kelompok II terdiri Acropora, non-Acropora, dead coral, algae, dan other fauna
yang berasosiasi dengan lokasi Binuang, Kasawari, Makawidey, Pintu Kota, Batuwoka, Nusu, Lirang, Mawali, Batulubang, Pancuran, Pasir Panjang,
Kareko, dan Tanjung Merah yang memiliki parameter Suhu, Substrat, Ammonia, Kecepatan arus, kekeruhan, kedalaman dan salinitas yang tinggi. Hasil studi ini
mendukung pendapat Suharsono dan Yosephine 1994, bahwa terdapat korelasi positif antara kedalaman maksimum karang hidup dengan kecerahan air r
2
= 0,49; P 0,0004. Kedalaman maksimum karang yang hidup di pulau yang dekat
dengan Jakarta lebih dangkal jika dibandingkan dengan pulau-pulau yang lebih
jauh dari Jakarta.
Degradasi komunitas karang di Selat Lembeh berhubungan erat dengan penurunan kualitas perairan. Penurunan kualitas perairan ini sebagai dampak
negatif aktivitas pertanian di Pulau Lembeh dan aktivitas industri di Pesisir Bitung. Pertambahan penduduk yang sangat pesat dan cepatnya perkembangan
industri-industri kecil sampai berskala besar membutuhkan pembukaan lahan baru untuk pemukiman dan industri. Semua ini membawa dampak penambahan bahan
buangan dari daerah pembukaan lahan baru, bahan pencemaran dari berbagai industri, pertanian dan buangan rumah tangga yang akhirnya masuk ke perairan
Selat Lembeh.
Hasil asosiasi tersebut menujukkan bahwa kategori benthic lifeforms pada kelompok yang sama mempunyai kemiripan dan dapat digunakan sebagai penciri
dari masing-masing stasiun Gambar 15. Dengan demikian asosiasi dari ke-dua kelompok ini, menunjukkan keeratan hubungan antara kategori benthic lifeforms
dengan karakteristik lingkungan perairan pada setiap stasiun. Hasil asosiasi pada masing-masing stasiun menunjukkan keeratan hubungan antara kategori benthic
lifeforms pada beberapa stasiun. D’Elia dan Webb 1977 dalam Mann 1992,
menyatakan bahwa koloni Pocillopora elegans aktif mengambil senyawa nitrat dalam air laut pada siang hari maupun malam hari. Demikian pula dengan
ammonia, jumlah pengambilan ammonia dua kali lebih besar dari jumlah pengambilan nitrat. Hal tersebut membuktikan bahwa nitrogen yang diambil oleh
Pocillopora , 23 bagian diperoleh dari ammonium dan 13 sisanya dari nitrat,
dimana proses ini dilakukan oleh zooxanthellae. Selain nitrat dan ammonium langsung diambil dari air laut sebagian sumber nitrogen, ketersediaan zooplankton
dan detritus juga merupakan sumber nitrogen bagi karang dalam jumlah yang kecil, karena sebagian besar nutrient bagi karang diperoleh dari hasil fotosintesis
zooxanthellae.
Tabel 8. Matrik korelasi parameter karakteristik lingkungan perairan Selat Lembeh
Parameter Suhu
Salinitas pH
DO BOD5
Keruh COD
Ammonia Fosfat
Nitrat Kecerahan
Kedalaman Arus
Substrat Suhu 1
0.051 -0.385
0.517 -0.647
-0.634 -0.403
0.483 -0.275
-0.395 0.578
0.170 0.211
0.588
Salinitas 0.051
1 0.322
0.264 -0.253
-0.433 -0.584
0.158 -0.545
-0.524 0.148
0.127 0.305
0.072 pH
-0.385 0.322
1 -0.130
0.235 0.191
0.039 -0.064
0.004 0.099
-0.125 0.029
-0.211 -0.121
DO 0.517
0.264 -0.130
1 -0.622
-0.657 -0.449
0.489 -0.357
-0.440 0.549
0.155 0.247
0.489
BOD5 -0.647
-0.253 0.235
-0.622 1
0.913 0.591
-0.493 0.487
0.588 -0.727
-0.525 -0.153
-0.714
Keruh -0.634
-0.433 0.191
-0.657 0.913
1 0.585
-0.438 0.478
0.666 -0.771
-0.567 -0.126
-0.473
COD -0.403
-0.584 0.039
-0.449 0.591
0.585 1
-0.622 0.831
0.765 -0.438
-0.267 -0.564
-0.612
Ammonia 0.483
0.158 -0.064
0.489 -0.493
-0.438 -0.622
1 -0.427
-0.341 0.329
0.136 0.524
0.616
Fosfat -0.275
-0.545 0.004
-0.357 0.487
0.478 0.831
-0.427 1
0.488 -0.330
-0.097 -0.495
-0.442
Nitrat -0.395
-0.524 0.099
-0.440 0.588
0.666 0.765
-0.341 0.488
1 -0.561
-0.469 -0.162
-0.480
Kecerahan 0.578
0.148 -0.125
0.549 -0.727
-0.771 -0.438
0.329 -0.330
-0.561 1
0.721 -0.093
0.462
Kedalaman 0.170
0.127 0.029
0.155 -0.525
-0.567 -0.267
0.136 -0.097
-0.469 0.721
1 -0.307
0.148 Arus
0.211 0.305
-0.211 0.247
-0.153 -0.126
-0.564 0.524
-0.495 -0.162
-0.093 -0.307
1 0.259
Substrat 0.588
0.072 -0.121
0.489 -0.714
-0.473 -0.612
0.616 -0.442
-0.480 0.462
0.148 0.259
1 In bold, significant values except diagonal at the level of significance alpha=0.050 two-tailed test
54
Gambar 16. Peta sebaran ekosistem pesisir dan lokasi penyelaman di Selat Lembeh Mitra Pesisir Sulut, 2005 68
Gambar 17. Peta kesesuaian kawasan konservasi terumbu karang Selat Lembeh, Kota Bitung 72
Gambar 18. Peta kesesuaian pengembangan pariwisata bahari Selat Lembeh, Kota Bitung 73
V. PEMANFAATAN DAN PERUNTUKAN KAWASAN TERUMBU KARANG