Kondisi Terumbu Karang KONDISI TERUMBU KARANG DAN KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PERAIRAN

IV. KONDISI TERUMBU KARANG DAN KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PERAIRAN

4.1. Kondisi Terumbu Karang

Secara umum hasil yang diperoleh dari 17 lokasi yang diamati memperlihatkan hasil yang berbeda. Persentase penutupan karang batu yang terdiri dari hard coral Acropora dan hard coral non-Acropora merupakan acuan dalam menentukan kondisi terumbu karang. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka terumbu karang di lokasi studi dengan persentase penutupan karang batu yang terdiri dari bentuk hidup hard coral Acropora dan hard coral non-Acropora adalah sebagai berikut: Lirang 41.77 termasuk kategori sedang; Nusu 49.98 kategori sedang; Kareko kategori 87.83 kategori baik sekali; Binuang 32.39 kategori sedang; Pintu Kota 44.15 kategori sedang; Batuwoka 44.65 kategori sedang; Mawali 11.50 tergolong sebagai kondisi buruk; Papusungan 11.34 tergolong sebagai kondisi buruk; Batulubang 8.57 kategori buruk; Paudean 43.20 kategori sedang; Pasir panjang 32.01 kategori sedang; Kasawari 29.32 kategori sedang; Makawidey 49.56 kategori sedang; Tandurusa 27.71 kategori sedang; Aertembaga 0 tergolong sebagai kondisi buruk; Manembo-Nembo 12.06 kategori buruk; dan Tanjung Merah 43.2 kategori sedang. Pembagian kategori tersebut mengacu pada : 0-24,9 maka tergolong sebagai kondisi buruk, 25-49,9 adalah sedang; 50-74,9 baik; dan 75-100 adalah baik sekali Gomes dan Yap, 1998. Terumbu karang tidak ditemukan di lokasi Aertembaga, dimana pada lokasi tersebut terdapat aktifitas pelabuhan, baik pelabuhan perikanan, pelabuhan domestik dan pelabuhan container, serta merupakan daerah padat industri. Komunitas karang di Papusungan dan Manembo-Nembo mengalami degradasi kearah kepunahan. Pada saat sekarang komunitas karang di kedua lokasi tersebut sudah tidak dapat dikatakan sebagai terumbu karang lagi karena rendahnya presentasi tutupan karang hidup dan jarangnya pertumbuhan karang. Persentase penutupan karang hidup yang termasuk kategori baik sekali hanya dapat dijumpai di Kareko yang letaknya di sebelah utara Selat Lembeh. Degradasi karang terus berlanjut hingga saat ini, khususnya di daerah Pesisir Bitung dan daerah Pulau Lembeh yang berdekatan dengan zona pelabuhan dan industri. Terumbu karang di wilayah Pesisir Bitung menunjukkan semakin rendah persentase tutupan, menurunnya jumlah koloni dan diameter rata-rata koloni serta berkurangnya jumlah jenis karang. Pada wilayah tersebut banyak ditemukan koloni dengan ukuran yang kecil 10 cm. Hal ini mungkin dapat dikatakan sebagai komunitas karang muda yang sedang mengalami regenerasi, akan tetapi jika dibandingkan dengan lokasi yang lebih ke utara Selat Lembeh ternyata jumlah koloni dengan ukuran kecil masih lebih mudah. Regenerasi dan suksesi berjalan sangat lambat karena jumlah koloni dengan ukuran yang lebih besar sangat sedikit yang berarti banyak terjadinya kematian pada ukuran yang lebih besar. Bak dan Luckhurst 2000 mengamati komunitas karang di Curacao menemukan kematian karang banyak terjadi pada karang yang berukuran lebih besar dari 30 cm dan penyebabnya lebih banyak karena faktor alami. Penyebab degradasi karang di Selat Lembeh diduga disebabkan karena menurunnya kondisi perairan setempat akibat aktivitas industri, aktivitas pelabuhan dan aktivitas manusia. Penurunan kecerahan air oleh adanya sedimentasi terutama pada saat musim hujan. BPS Kota Bitung 2005, melaporkan bahwa DAS yang bermuara di Selat Lembeh yaitu Girian, Sagerat, Tanjung Merah, Tewaan, dan Rinondoran. Penurunan tingkat kecerahan juga membawa akibat penurunan kedalaman maksimal dimana karang masih dapat hidup dan menurunnya kecepatan tumbuh karang Scoffin, 1996. Penelitian tentang kondisi terumbu karang di selat Lembeh ditemukan 47 genera karang batu. Berdasarkan lokasi pengamatan, Kareko memperlihatkan jumlah genera terbanyak yaitu 41 genera dan terendah di lokasi Aertembaga Gambar 8. Penelitian serupa juga dilaporkan oleh Pratasik et al. 2003, menemukan sekitar 43 genera karang batu di Selat Lembeh. -10 10 20 30 40 50 Li ra ng Nu s u Ka re k o Bin u a n g P int u K ot a Ba tu w o k a Ma w a li P a pus unga n B a tul u ba ng P a ude a n P s . pa nj a ng Ka s a w a ri M a kaw id e y Ta ndur us a A e rt e m ba ga Man e m b o T j. M er ah Lokasi Ju m la h Ge n e ra Gambar 8. Jumlah genera karang batu di Selat Lembeh Pratasik et al., 2003, melaporkan bahwa genus Montipora mendominasi jumlah koloni sebanyak 116 koloni, diikuti oleh Acropora 97 koloni, Porites 72 koloni, Fungia 46 koloni dan Pectinia sebanyak 42 koloni Gambar 9. Hasil ini menunjukan bahwa perairan Selat Lembeh mempunyai karakteristik perairan yang relatif tidak terlalu jernih dengan visibility rata-rata berkisar antara 10-15 m. Genus Montipora dan Porites dikenal sebagai genera yang lebih eksis pada perairan yang relatif keruh dengan daya adaptasi yang tinggi untuk daerah-daerah bervisibility rendah seperti daerah rataan terumbu yang merupakan daerah terumbu yang dominan di perairan Selat Lembeh, sedangkan Fungia merupakan genus karang batu yang lebih memilih substrat pasir sebagai habitat utamanya. -50 50 100 150 200 M o n ti p o ra A cr o p o ra P o ri te s F u n g ia P e ct in ia Genera J u m la h K o lo n i Gambar 9. Dominasi jumlah koloni karang batu di Selat Lembeh 20 40 60 80 100 120 Li ran g Nus u Ka re k o B inuan g P int u K ot a B a tuwo k a M awa li P apu s ung an B at ul uban g P aude an P s . pan ja ng K a s awa ri Ma k a w id e y T and ur u s a A e rt em bag a M ane m bo Tj .M e ra h Lokasi P e nut upa n K a ra ng Acropora Non-Acropora Dead-Coral Algae Other Fauna Abiotic Gambar 10. Persentase tutupan dari kategori benthic lifeforms di Selat Lembeh Gambar 10 di atas memperlihatkan hasil analisis dari Line Intercept Transect LIT untuk kategori benthic lifeform dari karang batu, Acropora dan non-Acropora, dead coral, algae, other fauna, dan abiotik di lokasi studi. Nilai- nilai dari kategori tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan kategori penilaian Yap dan Gomez 1984, penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di selat Lembeh umumnya cukup baik dengan rata-rata persentase tutupan karang hidup berkisar 35,28. Persentase tutupan karang tertinggi diperoleh di lokasi Kareko sebesar 87,83, dan terendah ditemukan di lokasi Aertembaga dengan presentase tutupan 0,00 Gambar 11. -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Li ra ng Nu s u Ka re k o B inua ng Pin tu Ko ta Ba tu w o k a Ma w a li P apu s ung an B at u luba ng P aude an P s .P anj a ng Ka s a w a ri Ma k a w id e y T and urus a A e rt e m ba ga M anem bo Tj .M e ra h Lokasi P e nut upa n K a ra ng Gambar 11. Persentasi tutupan karang hidup di Selat Lembeh Pada Lampiran 2 dan 3 dapat dilihat peta sebaran persentase tutupan karang di pesisir Bitung dan peta sebaran persentase tutupan karang di Pulau Lembeh.

4.2. Karakteristik Lingkungan Perairan