Analisis Peruntukan Kawasan Terumbu Karang

penangkapan dengan soma pajeko purse seine. Selain menangkap ikan konsumsi, nelayan di daerah ini juga banyak menangkap ikan hias langka yang seharusnya dilindungi yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Kontribusi ekonomi wilayah juga disumbangkan dari pemanfaatan kawasan industri yang berlokasi di sepanjang pesisir Selat Lembeh. Industri di kawasan ini antara lain adalah galangan kapal, perusahan pengolahan perikanan, dll. Sementara itu kegiatan pariwisata di wilayah ini berkembang dengan cukup baik, dan juga memberikan kontribusi bagi pendapatan pemerintah daerah dan juga masyarakat sekitarnya. Di kawasan ini terdapat sekitar 38 lokasi tujuan wisata Gambar 16. Sebagai fungsi konservasi, Selat Lembeh yang merupakan tempat pembuangan berbagai hasil produk dari pesisir Bitung yang padat, juga membawa massa air dari laut Maluku dan Sulawesi, dikenal memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, yang dapat mendukung kehidupan berbagai organisme di dalamnya. Hal ini membuat Selat Lembeh dikenal sebagai salah satu kawasan yang memiliki tingkat biodiversity yang tinggi Tackett dan Tackett, 1996 dalam Pratasik et al, 2001.

5.2. Analisis Peruntukan Kawasan Terumbu Karang

Analisis tersebut diarahkan pada peruntukan kawasan terumbu karang, meliputi potensi kawasan konservasi terumbu karang, dan potensi pengembangan pariwisata bahari Gambar 17 dan Gambar 18. 5.2.1. Potensi Kawasan Konservasi Terumbu Karang Penentuan kawasan konservasi terumbu karang didasarkan pada analisis kondisi terumbu karang dan karakteristik lingkungan perairan. Indikator karakteristik lingkungan perairan yang dianalisis adalah persyaratan optimum pertumbuhan karang, hal ini akan memberikan gambaran bahwa lokasi tersebut potensial untuk dijadikan kawasan konservasi terumbu karang. Pembentukan kawasan konservasi terumbu karang adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas sumberdaya terumbu karang. Tujuan kawasan konservasi terumbu karang adalah 1 memelihara fungsi ekologis dengan melindungi habitat tempat hidup, bertelur, dan memijah biota- biota laut, dan 2 memelihara fungsi ekonomis kawasan pesisir bagi masyarakat Selat Lembeh dan sekitarnya, sehingga terjadi keberlanjutan dan produksi perikanan yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan, baik dari produksi perikanan maupun dari sektor pariwisata bahari. Pengembangan kawasan konservasi terumbu karang yang akan ditetapkan pada analisis ini adalah sebagai kawasan inti, dimana zona tersebut dimaksudkan untuk melindungi sumberdaya terumbu karang yang kemudian akan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Westmacott et al. 2000, kawasan konservasi terumbu karang memegang peranan penting bagi pelestarian dan pengelolaan terumbu karang, dengan cara: a melindungi daerah terumbu karang yang tidak rusak dan dapat menjadi sumber larva serta sebagai alat untuk membantu pemulihan, b melindungi daerah yang bebas dari dampak manusia dan cocok sebagai substrat bagi penempelan karang dan pertumbuhan kembali, dan c memastikan bahwa terumbu karang tetap menopang kelangsungan kebutuhan masyarakat sekitar yang bergantung padanya. Input-input yang dianalisis untuk penentuan kawasan konservasi terumbu karang dalam penelitian ini adalah berdasarkan faktor-faktor pembatas pertumbuhan karang, yaitu suhu, salinitas, kecerahan, kedalaman, kecepatan arus, substrat perairan, dan persentase penutupan karang. Hasil analisis menunjukkan bahwa lokasi Tandurusa, Aertembaga, Manembo-Nembo, Mawali, Papusungan, dan Batulubang termasuk kategori tidak sesuai dengan skor rata-rata berkisar 16,5. Tabel 11. Hasil perhitungan pada Tabel 12 berikut, diketahui bahwa lokasi Tandurusa termasuk kategori sesuai bersyarat dengan skor 54, sedangkan Lirang, Nusu, dan Paudean termasuk kategori sesuai dengan skor rata-rata berkisar 72, untuk lokasi Kasawari, Makawidey, Tanjung Merah, Kareko, Binuang, Pintu Kota, Batuwoka, dan Pasir Panjang masing-masing memperoleh skor secara rata-rata berkisar 88 sehingga lokasi tersebut termasuk kategori sangat sesuai. Terdapat bukti yang kuat dan meyakinkan bahwa melindungi kawasan dari penangkapan ikan membuat bertambahnya jumlah, besarnya ukuran, dan biomasa dari jenis organisme yang dieksploitasi. Kawasan penyimpanan dan perlindungan laut sering dikatakan hanya berlaku untuk lingkungan terumbu karang, kenyataannya metode ini sudah berhasil diterapkan pada berbagai habitat dalam lingkungan kondisi tropis maupun sub-tropis. Penyimpanan dan perlindungan laut adalah suatu alat yang bersifat global Roberts C.M. J. P. Hawkins 2000. Hasil penelitian Parwinia di Selat Lembeh Tahun 2006, menemukan bahwa pada kondisi tidak ditetapkan Kawasan Konservasi Laut KKL, nilai produksi optimal sebesar 21.85 ribu ton, effort optimal 2809.29 trip dan rente optimalnya sebesar Rp. 74.28 milyar ternyata lebih rendah dibandingkan pada kondisi sebagai KKL dengan berbagai luasan. Hal tersebut sejalan dengan laporan White 1996 yang menyatakan bahwa potensi keuntungan bersih per tahun per km 2 dari terumbu karang dalam kondisi baik di Asia Tenggara, yaitu perikanan secara letari konsumsi lokal kisaran produksi 10 – 30 ton dengan potensi keuntungan bersih per tahun sekitar US 12.000 - US 36.000 , ekspor ikan hidup kisaran produksi 0.5 – 1 ton dengan potensi keuntungan bersih per tahun sekitar US 2.500 - US 5.000. Hal serupa juga dilaporkan oleh Alcala, 1988; White, 1989; Alcala dan Russ, 1990; serta Roberts, 1995 yang menyatakan bahwa pembangunan KKL dalam luasan kecil pada suatu wilayah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti pada produktivitas perikanan di wilayah sekitarnya non KKL. Sebagai contoh Alcala 1988 menganalisis pada tiga pulau di Philipina, diperoleh bahwa produksi perikanan bervariasi dari 10.94 – 24 metrik ton mtkm 2 tahun pada tahun-tahun dimana belum dibangun KKL. Pada salah satu pulau, yaitu Sumilon, menurut White 1989, bahwa hasil produksi sebesar 14-24 mt km 2 tahun pada saat sebelum KKL dibangun. Setelah dibangun KKL, hasil tangkapan meningkat menjadi 36 mt km 2 tahun. Produksi KKL kembali menurun menjadi 20 mt km 2 tahun ketika pengelolaan KKL terganggu atau mengalami masalah. Lebih lanjut White 1989, menyatakan bahwa KKL merupakan area recruitment bagi ikan-ikan karang yang bergerak pada kawasan terumbu karang yang bergerak di dalam dan diluar KKL. Lebih lanjut berdasarkan hasil penelitian Hutomo dan Suharti 1998, dilaporkan bahwa terumbu karang dapat memberikan manfaat langsung berupa hasil laut sebanyak 25 tonhatahun. Berdasarkan hal tersebut, bahwa ternyata KKL dapat meningkatkan produksi hasil tangkapan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan nelayan sekitar ekosistem terumbu karang. Bila diasumsikan jumlah tersebut konstan per tahun dengan harga rata- rata ikan di daerah studi sebesar Rp.5.000kg, maka dapat diperoleh manfaat terumbu karang bagi perikanan sebesar Rp. 125.000.000hatahun. Tabel 11. Kesesuaian lahan untuk pembentukan kawasan konservasi terumbu karang, Selat Lembeh Parameter Lokasi Suhu Sal. Cerah Dalam Arus Subst Pkr Skor Arahan Zonasi Kasawari 28.4 32.3 10 12 0.15 8 0.76 88 Sangat sesuai Makawidey 28.1 32.4 10 12 0.17 8 0.75 88 Sangat sesuai Tandurusa 27.8 32.2 6 10 0.17 8 0.50 54 Sesuai bersyarat Aertembaga 27.9 32.0 8 11 0.13 4 0.00 16,5 Tidak sesuai Manembo 27.8 32.1 8 12 0.13 4 0.30 16,5 Tidak sesuai Tj.Merah 28.2 32.5 10 12 0.17 8 0.75 88 Sangat sesuai Lirang 28.1 32.4 11 14 0.15 8 0.75 70 Sesuai Nusu 27.9 32.2 12 13 0.15 8 0.76 70 Sesuai Kareko 28.4 32.4 10 12 0.17 8 1.0 88 Sangat sesuai Binuang 28.4 32.0 11 14 0.17 8 0.76 88 Sangat sesuai Pintu Kota 27.9 32.4 10 15 0.14 6 0.75 86 Sangat sesuai Batuwoka 28.3 32.4 12 14 0.13 8 0.85 100 Sangat sesuai Mawali 27.9 32.5 10 13 0.15 4 0.51 16,5 Tidak sesuai Papusungan 27.5 32.4 7 11 0.16 4 0.50 16,5 Tidak sesuai Batulubang 28.0 32.6 9 13 0.16 4 0.50 16,5 Tidak sesuai Paudean 28.1 32.6 10 12 0.17 6 0.50 76 Sesuai Pasir panjang 28.2 32.6 9 11 0.16 8 0.76 88 Sangat sesuai Keterangan: Sal : Salinitas Cerah : Kecerahan Dalam : Kedalaman Subst : Substrat Pkr : Penutupan karang Keuntungan yang nyata telah dibuktikan di beberapa tempat dimana terumbu karang sudah dilindungi dengan baik, termasuk pada beberapa lokasi sebagai berikut: Netherlands Antilles Taman Nasional Laut Bonaire, dimana pariwisata selam meningkat; the Seychelles Taman Nasional Laut Ste. Anne, dimana taman nasional digunakan baik oleh turis maupun penduduk setempat untuk berenang, berlayar, snorkeling, selam, dan perjalanan perahu beralas kaca; Fiji Tai Island, dimana hasil tangkapan nelayan kecil meningkat, kegiatan pariwisata berkembang pesat, dan pemegang hak penangkapan tradisional eksklusif dilibatkan dalam pengelolaan resort dan penyewaan perahu; Cozumel Island Mexican Caribbean dimana terjadi peningkatan jumlah wisatawan lokal dan manca negara yang datang untuk menyaksikan melimpahnya ikan-ikan karang; dan Kenya Taman Nasional dan Cagar Alam MalindiWatamu, dimana pariwisata menghasilkan pendapatan melalui tiket masuk, biaya pemandu dan biaya kemping, penyewaan perahu dan peralatannya, serta hotel. Pada sisi lain, juga terjadi keuntungan tidak langsung dengan adanya permintaan terhadap lapangan pekerjaan di hotel-hotel, sebagai pemandu dan pengemudi perahu McNeely et al., 1994.

5.2.2. Potensi Pengembangan Pariwisata Bahari

Pariwisata bahari adalah kegiatan rekreasi yang dilakukan disekitar pantai, seperti berenang, berselancar, berjemur, menyelam, berdayung, snorkling, berjalan-jalan atau berlari di sepanjang pantai, dan menikmati keindahan suasana pesisir Dahuri, 1993. Pembobotan kesesuaian perairan untuk pariwisata bahari diving dan snorkling dilakukan dengan mempertimbangkan faktor pembatas yang terdiri dari kecerahan perairan, kecepatan arus, kedalaman perairan, dan penutupan karang hidup. Parameter pembatas ini diberi pembobotan dan skor. Untuk pemberian bobot pada semua parameter didasarkan pada tingkat kepentingan untuk kegiatan selamdiving. Parameter kecerahan perairan dan kecepatan arus memiliki bobot tertinggi karena faktor kecerahan dan kecepatan arus sangat menentukan bagi kegiatan wisata, maupun untuk ekologi terumbu karang, sedangkan penutupan karang hidup merupakan daya tarik wisatawan untuk menikmati keindahan bawah laut. Perairan yang jernih mengundang rasa ingin tahu untuk melihat keindahan bawah laut, dan kecepatan arus merupakan faktor yang berhubungan dengan keselamatan penyelam. Kedalaman dasar laut, menempati bobot yang lebih kecil daripada lainnya, karena parameter kedalaman dapat teratasi oleh parameter lainnya. Kedalaman dasar laut meskipun merupakan faktor pembatas kehidupan karang, tetapi pada perairan yang jernih dan kondisi lingkungannya memungkinkan, terumbu karang dapat tumbuh sampai kedalaman 50 meter. Menurut Nybakken 1988, terumbu karang tidak dapat berkembang di perairan yang lebih dalam dari 50-70 m. Kebanyakan terumbu karang di Indonesia tumbuh pada kedalaman 15 m. Berdasarkan pengamatan pada 17 lokasi di kawasan Selat Lembeh, diperoleh hasil seperti pada Tabel 12 berikut. Dengan memperhatikan kondisi dan penilaian untuk masing-masing parameter yang menentukan wisata selamdiving serta hasil skoring dan pembobotan, dihasilkan pengelompokan kesesuaian lahan untuk pariwisata bahari sebagai berikut:

a. Sangat Sesuai S1