0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 55
57 60
1: EKOLOGI
35 65
95
46 49
52
30 55
80 2: TEKNOLOGI
3: SOSEK 4: KELEMBAGAAN
1
1 1
1 2
2 2
2
3 3
3 3
4 4
4 4
Nilai Kebe rlan
juta n
Tahun Gambar 37. Simulasi skenario kondisi baik kondisi ideal
4. Skenario jika nilai atribut bernilai buruk
Skenario 4 ini kondisinya lebih buruk dari skenario lainnya. Tabel 28 menunjukkan perubahan keadaan atribut penggerak sebagai berikut: Pada dimensi
kelembagaan, pemegang kepentingan utama dikendalikan oleh swasta, tidak ada tokoh panutan, tidak ada pendirian koperasi dan tidak adanya tradisibudaya
dalam sistem pengelolaan sumberdaya. Pada dimensi ekologi, terjadinya penurunan kualitas perairan, terjadi penangkapan secara destruktif sehingga
mengancam keberadaan terumbu karang. Pada dimensi teknologi, peningkatan penggunaan alat tangkap ikan yang tidak selektif dan masih adanya penggunaan
sianida dan bom. Pada dimensi sosial ekonomi, pemanfaatan terumbu karang dilakukan secara penuh waktu, tingginya ketergantungan masyarakat pada
perikanan, tidak dikelolanya lokasi yang memiliki nilai sejarah, seni dan budaya, tidak adanya zonasi dan terjadinya konflik dalam pemanfaatan terumbu karang.
Tabel 28. Keadaan atribut penyusun indeks keberlanjutan untuk skenario 4
Dimensi dan Atribut Ekologi
Pulau Lembeh
Pesisir Bitung
Pulau Lembeh
Pesisir Bitung
Atribut Skor kondisi awal
Skor skenario 4 Kondisi
perairan 1 0 0 0
Tingkat eksploitasi sumberdaya ikan 1
1 3
3 Persentase penutupan karang
2 1
Memiliki spesies endemik 1
1 1
Sedimentasi 2 1 0 0
Dimensi dan Atribut Teknologi
Pulau Lembeh
Pesisir Bitung
Pulau Lembeh
Pesisir Bitung
Atribut Skor kondisi awal
Skor skenario 4 Jenis alat tangkap
1 1
2 2
Selektivitas alat tangkap 1
1 Tipe
kapal 1 2 2 2
Dimensi dan Atribut Sosial ekonomi
Pulau Lembeh
Pesisir Bitung
Pulau Lembeh
Pesisir Bitung
Atribut Skor kondisi awal
Skor skenario 4 Waktu yang digunakan untuk
pemanfaatan terumbu karang 3 2 3 3
Ketergantungan pada perikanan sebagai sumber nafkah
1 1 0 0 Memiliki nilai sejarah, seni dan
budaya 1 0 0 0
Zonasi peruntukan lahan Potensi
konflik 1 1 2 2
Dimensi dan Atribut Kelembagaan
Pulau Lembeh
Pesisir Bitung
Pulau Lembeh
Pesisir Bitung
Atribut Skor kondisi awal
Skor skenario 4
Tokoh panutan
1 1 0 0 Pemegang kepentingan utama
1 1
2 2
Koperasi 0 0 0 0
Tradisibudaya 1 0 0 0
Jika skenario ini terjadi, maka dalam kondisi yang demikian diprediksi keberadaan terumbu karang akan mengalami degradasi Gambar 38. Skenario ini
merupakan skenario buruk dimana akuntabilitas memiliki nilai indeks yang buruk. Bila dibandingkan dengan kondisi saat ini, maka terjadi perubahan skor pada
masing-masing atribut terhadap pengelolaan kawasan terumbu karang, seperti yang terlihat pada Tabel 28.
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 20
40 60
1: EKOLOGI
35 50
65
30 45
60
24 28
33 2: TEKNOLOGI
3 SOSEK 4: KELEMBAGAAN
: 1
1 1
1 2
2 2
2
3 3
3 3
4 4
4 4
Nilai Kebe rlan
juta n
Tahun Gambar 38. Simulasi skenario pada kondisi buruk
Perubahan nilai skor pada Tabel 28 akan berimplikasi terhadap sistem keberlanjutan, yaitu:
1. Ekologi Tidak adanya program dan pelaksanaan rehabilitasi terumbu karang dan tidak
dilakukannya pengolahan limbah industri akan memicu terjadinya degradasi habitat terumbu karang.
2.
Teknologi Skenario 4 akan berdampak negatif terhadap sistem keberlanjutan. Tidak
adanya pengaturan penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan dan tidak dilakukannya pengaturan tipe kapal ikan yang beroperasi dalam Selat,
menunjukkan bahwa dimensi teknologi masih terabaikan. 3. Sosial ekonomi
Meningkatnya ketergantungan pada perikanan sebagai sumber nafkah dan waktu yang digunakan untuk pemanfaatan terumbu karang secara penuh
menjadi pemicu menurunnya sistem keberlanjutan. 4. Kelembagaan
Skenario 4 akan berdampak negatif terhadap sistem keberlanjutan. Jika pemegang kepentingan utama dikendalikan oleh swasta dan tidak adanya
tokoh panutan dalam pemanfaatan sumberdaya akan memicu terjadinya pelanggaran hukum dan konflik sosial di masyarakat yang pada akhirnya akan
menurunkan nilai keberlanjutan.
Secara keseluruhan atribut-atribut sensitif pada setiap dimensi ditampilkan pada Tabel 29. Kondisi skor setiap atribut tersebut menjadi dasar penyusunan
program untuk meningkatkan sistem keberlanjutan pengelolaan kawasan terumbu karang di Selat Lembeh.
Tabel 29. Kondisi skor atribut-atribut penting dan implikasi program aksi
No. Atribut
Skor saat ini Implikasi
Program
1. Kondisi perairan
Baku mutu Ditingkatkan
2. Tingkat eksploitasi
sumberdaya ikan
Tinggi Diturunkan 3.
Persentase penutupan karang 11 – 50
Dilindungi 4. Spesies
endemik Ada
Dipertahankan 5. Sedimentasi
Sedang Diturunkan
6. Jenis alat
tangkap Seimbang
Diperbaiki 7.
Selektivitas alat tangkap Kurang selektif
Diperbaiki 8.
Tipe kapal 5 - 10 GT
Diturunkan 9. Waktu yang digunakan untuk
pemanfaatan terumbu karang Penuh waktu
Dikurangi 10. Ketergantungan pada perikanan
sebagai sumber nafkah Sangat
tergantung Dikurangi
11. Memiliki nilai sejarah, seni dan budaya
Ada Dipertahankan 12. Zonasi peruntukan lahan
Tidak ada Diperbaiki
13. Potensi konflik
Sedikit Diperbaiki
14. Tokoh panutan
Sedikit Diperbaiki
15. Pemegang kepentingan
utama Pemerintah
Diperbaiki 16. Koperasi
Tidak ada
Diperbaiki 17. Tradisibudaya
Ada Dipertahankan
Berdasarkan analisis dan pembahasan tersebut di atas diperoleh informasi bahwa metode Rap-Insus-COREMAG Rapid Appraisal-Indeks Sustainability of
Coral Reef Management merupakan metode terbaru dan terbukti cukup baik
digunakan untuk menilai akuntabilitas pengelolaan kawasan terumbu karang di Indonesia. Hal lain yang dapat diperoleh adalah akuntabilitas dapat
mempengaruhi sistem keberlanjutan pengelolaan kawasan terumbu karang.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN