Analisis akuntabilitas Analisis Akuntabilitas dan Keberlanjutan Pengelolaan Kawasan Terumbu Karang

3.3.4. Analisis Akuntabilitas dan Keberlanjutan Pengelolaan Kawasan Terumbu Karang

3.3.4.1. Analisis akuntabilitas

Penilaian akuntabilitas pengelolaan kawasan terumbu karang berdasarkan atas hasil analisis pada dimensi ekologi, teknologi, sosial ekonomi dan kelembagaan. Nilai indeks pada setiap dimensi tersebut mencerminkan akuntabilitas pengelolaan kawasan terumbu karang di daerah studi, dengan menggunakan reference dari bad buruk sampai good baik dalam selang 0 – 100. Selang indeks tersebut yaitu selang ≤ 24,9 dalam status buruk, selang 25 – 49,9 dalam status kurang, selang 50 – 74,9 dalam status cukup, dan selang 75 dalam status baik modifikasi Kruskal dalam Jhonson dan Wichern, 1992. Tabel 6 menyajikan atribut-atribut dan skor yang digunakan untuk menilai akuntabilitas pengelolaan kawasan terumbu karang di Selat Lembeh. Atribut-atribut tersebut diperoleh berdasarkan pengamatan lapangan, studi literatur dan para peneliti terdahulu serta sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan secara berkelanjutan. Tabel 6. Dimensi dan atribut penilaian akuntabilitas pengelolaan kawasan terumbu karang Atribut dan Dimensi Ekologi No. Atribut Skor Baik Buruk Keterangan 1 Persentase penutupan karang 0; 1; 2; 3; 4 4 0-10 0; 11-30 1; 31-50 2; 51-75 3; 76-100 : Modifikasi dari Gomez dan Yap, 1988 2 Keanekaragaman ikan karang 0; 1; 2 2 Kecil 0, sedang 1, Tinggi 2 3 Kecepatan arus 0; 1; 2; 3 3 0-0,17 mdet 0; 0,17-0,34 mdet 1; 0,34-0,51 mdet 2; 0,51 mdet 3 Nybakken, 1988 4 Substrat perairan 0; 1; 2; 3 3 Pasir kasar 0; Pasir halus 1; pasir sedimen 2 sedimen 3 Sukarno et al., 1981 5 Suhu 0; 1; 2; 3 3 23-25 C 0; 19-22 C 1; 26- 35 C 2; 19 C dan 35 C 3 Nybakken, 1988 6 Salinitas 0; 1; 2; 3 3 32-35 00 0; 28-31 00 1; 36 2 00 ; 27 00 3 Nybakken, 1988 7 Kecerahan 0; 1; 2; 3 3 15-20 0; 10-15 1; 5-10 2; 5 3 Nybakken, 1988 8 Kedalaman 0; 1; 2; 3 3 20-30 m 0; 10-19,9 m1; 1- 9,9 m 2; 1 m 3 Nybakken, 1988 9 Memiliki spesies endemik 0; 1 1 Tidak ada 0; Ada 1, 10 Sedimentasi 0; 1; 2 2 Tinggi 0, sedang 1, rendah 2 11 Jumlah sungai 0; 1; 2 2 5 - 8 DAS 0; 2 - 5 DAS 1; 0 - 2 DAS2 12 Kondisi perairan 0; 1 1 Baku mutu 0; Baku mutu 1 KEPMEN KLH No. 51 Tahun 2004. 13 Tingkat eksploitasi ikan karang 0; 1; 2; 3 3 Kurang 0; Tinggi 1; Lebih tangkap 2; collapsed 3 FAO dan Rapfish Atribut dan Dimensi Teknologi No. Atribut Skor Baik Buruk Keterangan 1 Jenis alat tangkap 0; 1; 2 2 Mayoritas pasif 0; seimbang 1; mayoritas aktif 2: Rapfish 2 Selektivitas alat tangkap 0; 1; 2 2 Kurang selektif 0; agak selektif 1; sangat selektif 2 3 Ketersediaan alur pelayaran 0; 1 1 Tidak ada 0 ; Ada 1 4 Tipe kapal 0; 1; 2 2 1-5 GT 0; 5-10 GT 1; 10 2 5 Teknologi penanganan pasca panen 0; 1; 2 2 Tidak ada 0; sedikit 1; cukup lengkap 2: Rapfish Atribut dan Dimensi Sosial Ekonomi No. Atribut Skor Baik Buruk Keterangan 1 Jumlah lokasi potensi konflik pemanfaatan 0; 1; 2 2 Tidak ada 0; sedikit 1; banyak 2 Nikijuluw, 2002 2 Tingkat pendidikan 0; 1; 2; 3 3 Tidak tamat SD 0; tamat SD- SMP 1; tamat SMA 2; S -S 1 3 3 Pengetahuan lingkungan 0; 1; 2 2 Sangat minim 0; cukup 1; banyak 2 4 Memiliki nilai sejarah, seni dan budaya 0; 1 1 Tidak ada 0; Ada 1, 5 Memiliki nilai estetika 0; 1; 2 2 Tinggi 0, sedang 1, rendah 2 6 Ketergantungan pada perikanan sebagai sumber nafkah 0; 1; 2 2 Sangat tergantung 0; sedikit 1; tidak tergantung 2 Nikijuluw, 2002 7 Ketergantungan pada pariwisata bahari sebagai sumber nafkah 0; 1; 2 2 Sangat tergantung 0; sedikit 1; tidak tergantung 2 8 Waktu yg digunakan untuk pemanfaatan terumbu karang 0; 1; 2; 3 3 Hobi 0; paruh waktu 1; musiman 2; penuh waktu 3: Rapfish 9 Memiliki ekosistem untuk pend. penelit 0; 1 1 Tidak ada 0; Ada 1 10 Pemandu wisata 0; 1 1 Tidak ada 0; ada 1 11 Tempat sewa scuba 0; 1 1 Tidak ada 0; ada 1 12 Wisatawan lokal 0; 1; 2 2 Tidak ada 0 Sedikit 1; Banyak 2; 13 Wisatawan mancanegara 0; 1; 2 2 Tidak ada 0 Sedikit 1; Banyak 2 14 Jumlah objek wisata 0; 1; 2 2 Tidak ada 0 Sedikit 1; Banyak 2 15 Lama tinggal wisatawan 0; 1 1 Singkat 0; Lama 1 16 Keuntungan profit 0; 1; 2; 3; 4 4 Sangat menguntungkan 0; menguntungkan 1; break even 2; rugi 3; sangat merugikan 4: Rapfish 17 Transfer keuntungan 0; 1; 2 2 Lokal 0; seimbang antara orang lokal dengan orang luar 1; keuntungan lebih banyak ke orang luar daerah 2: Rapfish 18 Zonasi peruntukan lahan 0; 1; 2 2 Tidak ada 0; ada tapi dilanggar 1; ada dan ditaati 2 Nikijuluw, 2002 Atribut dan Dimensi Kelembagaan No. Atribut Skor Baik Buruk Keterangan 1 Ketersediaan peraturan pengelolaan SDY secara formal 0; 1 1 Tidak ada 0; Ada 1 2 Pemegang kepentingan utama 0; 1; 2 2 Nelayan 0; pemerintah 1; swasta 2 Nikijuluw, 2002 3 Tingkat kepatuhan masyarakat 0; 1; 2 2 Tidak patuh 0; sedang 1 Patuh 2 Nikijuluw, 2002 4 Pelaksanaan pemantauan, pengawasan dan pengendalian 0; 1; 2 2 Tidak ada 0 kadang-kadang 1 Ada 2 Nikijuluw, 2002 5 Tokoh panutan 0; 1; 2 2 Tidak ada 0; sedikit 1; banyak 2 Nikijuluw, 2002 6 Penyuluhan hukum lingkungan 0; 1; 2 2 Tidak pernah 0; jarang 1; sering 2 Nikijuluw, 2002 7 Koperasi 0; 1 1 Tidak ada 0; Ada 1 8 Tradisibudaya 0; 1 1 Tidak ada 0; Ada 1 9 Forum Konservasi 0; 1 1 Tidak ada 0; Ada 1 Analisis akuntabilitas pengelolaan kawasan terumbu karang dilakukan dengan pendekatan Rap-Insus-COREMAG Rapid Appraisal Index of Sustainability for Coral Reef Management . Pada prinsipnya pendekatan Rap- Insus-COREMAG adalah penerapan Rapfish. Ada beberapa tahapan yang dilakukan dengan pendekatan ini, yaitu seperti pada Gambar 5. Ekologi Penentuan Atribut Teknologi Gambar 5. Tahapan analisis Rap-Insus-COREMAG Untuk setiap atribut pada masing-masing dimensi diberikan skor yang mencerminkan kondisi akuntabilitas dari dimensi yang dikaji. Rentang skor ditentukan berdasarkan kriteria yang dapat ditemukan dari hasil pengamatan lapangan dan analisis data sekunder. Rentang skor berkisar 0 – 4, tergantung pada keadaan masing-masing atribut, yang diartikan mulai dari buruk sampai baik. Nilai buruk mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi pengelolaan terumbu karang secara berkelanjutan. Sebaliknya nilai baik mencerminkan kondisi paling menguntungkan. Sosial Ekonomi Kelembagaan Penilaian Atribut Analisis Ordinasi Berbasis MDS Penyusunan Indeks Akuntabilitas Selanjutnya nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis secara multidimensi untuk menentukan posisi akuntabilitas pengelolaan kawasan terumbu karang yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik ’baik good dan titik ”buruk bad. Untuk memudahkan visualisasi digunakan analisis ordinasi. Proses ordinasi Rap-Insus-COREMAG menggunakan software Rapfish Kavanagh, 2001. Proses algoritma Rap-Insus-COREMAG juga pada dasarnya mengikuti proses algoritma Rapfish. Dalam implementasinya, Rapfish menggunakan teknik yang disebut Multi Dimensional Scaling MDS. Analisis Multi Dimensional Scaling digunakan untuk mempresentasikan similaritasdisimilaritas antar pasangan individu dan karaktervariabel Young, 2001-URL. Sickle, 1997 menyatakan bahwa MDS dapat mempresentasikan metode ordinasi secara efektif. Objek atau titik yang diamati dipetakan kedalam ruang dua atau tiga dimensi, sehingga objek atau titik tersebut diupayakan sedekat mungkin terhadap titik asal. Dengan kata lain, dua titik atau objek yang sama dipetakan dalam satu titik yang saling berdekatan satu sama lain. Sebaliknya objek atau titik yang tidak sama digambarkan dengan titik- titik yang berjauhan Fauzi dan Anna, 2005. Alder et al, 2001 menyatakan bahwa teknik ordinasi dengan mengkonfigurasikan jarak antar titik dalam t-dimensi yang mengacu pada jarak Euclidean antar titik. Dalam ruang dua dimensi jarak Euclidean dirumuskan sebagai berikut : 2 2 1 2 2 1 y y x x d − + − = ………………………………………………1 Sedangkan dalam n-dimensi jarak Euclidean dirumuskan sebagai berikut : ... 2 2 1 2 2 1 2 2 1 + − + − + − = z z y y x x d …………………………….2 Dalam menilai indeks akuntabilitas pengelolaan kawasan terumbu karang, masing-masing kategori yang terdiri dari beberapa attribut di skor. Skor secara umum di rangking antara 0 sampai 4. Hasil skor dimasukkan ke dalam tabel matrik dengan I baris yang mempresentasikan kategri pengelolaan kawasan terumbu karang dan J kolom yang mempresentasikan skor atribut. Data dalam matrik adalah data interval yang menunjukkan skoring baik dan buruk. Skor data tersebut kemudian dinormalkan untuk meminimalkan stress Davison dan Skay, 1991. Salah satu pendekatan untuk menormalkan data adalah dengan nilai Z Alder et al 2001 : σ µ − = x Z ………………………………………………...3 Kruskal dalam Jhonson dan Wichern, 1992 mengajukan sebuah ukuran luas secara geometri yang mempresentasikan kecocokan . Ukuran tersebut diistilahkan dengan stres. Stres didefinisikan sebagai : [ ] 2 1 2 2 ⎪ ⎭ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪ ⎩ ⎪ ⎨ ⎧ − = ∑∑ ∑∑ k i q ik k i q ik q ik d d d q Stres ……………………………………...4 Software Rapfish merupakan pengembangan MDS yang terdapat dalam software SPSS, untuk proses rotasi fliping, dan beberapa analisis sensitivitas yang telah dipadukan menjadi satu software. Melalui MDS ini, posisi titik akuntabilitas tersebut dapat divisualisasikan dalam dua dimensi sumbu horizontal dan vertikal. Untuk memproyeksikan titik-titik tersebut pada garis mendatar dilakukan proses rotasi, dengan titik ekstrim ”buruk” yang diberi nilai skor 0 dan titik ekstrim yang ”baik” diberi nilai skor 100. Posisi status akuntabilitas yang dikaji akan berada diantara dua titik ekstrim tersebut. Nilai ini merupakan indeks akuntabilitas pengelolaan kawasan terumbu karang di Selat Lembeh saat ini. Jika analisis dimensi ini telah dilakukan maka analisis perbandingan akuntabilitas antar dimensi dapat dilakukan dan divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram, seperti pada Gambar 6 berikut: Ilustrasi Diagram Layang 2 4 6 Ekologi Teknologi Sosial Ekonomi Kelembagaan Gambar 6. Ilustrasi akuntabilitas dari setiap dimensi Skala indeks akuntabilitas pengelolaan kawasan terumbu karang mempunyai selang 0 – 100. Jika sistem yang dikaji mempunyai indeks 50 maka sistem tersebut dikategorikan akuntabel, dan sebaliknya jika nilainya 50, maka sistem tersebut dikategorikan belum akuntabel. Dalam studi ini disusun empat kategori status akuntabilitas berdasarkan skala dasar 0 - 100 seperti disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Kategori status akuntabilitas pengelolaan kawasan terumbu karang berdasarkan nilai indeks hasil analisis Rap-Insus-COREMAG modifikasi Kruskal dalam Jhonson dan Wichern, 1992 StressIndeks Kategori ≤ 24, 9 Buruk 25 – 49,9 Kurang 50 – 74,9 Cukup 75 Baik Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat atribut mana yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap Insus-COREMAG di lokasi studi. Pengaruh setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan root mean square RMS ordinasi, khususnya pada sumbu-x atau skala accountability. Semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya suatu atribut tertentu maka semakin besar pula peranan atribut tersebut didalam pembentukan nilai Insus-COREMAG pada skala akuntabilitas, atau semakin sensitif atribut tersebut dalam pengelolaan kawasan terumbu karang. Untuk mengevaluasi pengaruh galat error acak pada proses untuk menduga nilai ordinasi pengelolaan kawasan terumbu karang digunakan analisis Monte Carlo. Secara lengkap, tahapan analisis Rap-Insus-COREMAG menggunakan metode MDS dengan aplikasi Rapfish disajikan pada Gambar 7. Mulai Review Attribut termasuk variasi kategori dan konfirmasi kriteria skoring Identifikasi Definisi berdasarkan kriteria yang konsisten Skoring membangun referent point untuk baik dan buruk terhadap masing-masing indikator kinerja Multi Dimensional Scaling Ordination Simulasi Monte Carlo untuk mengetahui ketidakpastian analisis Leverage Analysis untuk mengetahui anomali dari atribut yang dianalisis Penilaian Akuntabilitas Gambar 7. Proses analisis Rap-Insus-COREMAG dengan pendekatan MDS

3.3.4.2. Analisis Sistem Keberlanjutan Pengelolaan Kawasan Terumbu Karang