Analisis Pemanfaatan Perairan Selat Lembeh

V. PEMANFAATAN DAN PERUNTUKAN KAWASAN TERUMBU KARANG

Pengelolaan kawasan terumbu karang merupakan kebutuhan yang mendesak dalam setiap pembangunan wilayah pesisir dan laut di Indonesia, tidak terkecuali di Selat Lembeh. Pengelolaan pada hakikatnya adalah mengatur perilaku para pengguna sumberdaya alam, dalam studi ini sumberdaya alam yang dimaksud adalah kawasan terumbu karang, sebagai contoh perwujudannya adalah analisis pemanfaatan dan arahan peruntukan kawasan terumbu karang.

5.1. Analisis Pemanfaatan Perairan Selat Lembeh

Selat Lembeh merupakan salah satu wilayah yang memiliki nilai cukup strategis dalam pembangunan ekonomi Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara, dimana didalamnya terdapat ekosistem pesisir, yaitu terumbu karang, padang lamun dan mangrove Gambar 16. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa Selat Lembeh memiliki berbagai pemanfaatan multiple use baik nilai ekologis konservasi maupun ekonomi. Dalam pemanfaatan sebagai fungsi ekologis, diantaranya adalah : fungsi biodiversity, fungsi tempat pemijahan ikan spawning ground dan fungsi cagar alam kawasan Tangkoko. Sedangkan untuk fungsi ekonomi diidentifikasi berbagai kegiatan yang dilakukan, diantaranya adalah fungsi pariwisata bahari, fungsi daerah penangkapan ikan, fungsi transportasipelabuhangalangan kapal, dan fungsi kawasan industri. Untuk pemanfaatan ekonomi sebagai fungsi transportasipelabuhan galangan kapal, di Selat Lembah terdapat pelabuhan transportasi utama yang menghubungkan beberapa pulau kecil di kawasan Sulawesi Utara dengan mainland -nya. Pelabuhan ini juga berfungsi untuk mengangkut bahan-bahan kebutuhan bagi kawasan pulau-pulau kecil lainnya di Sulawesi Utara. Kegiatan ini cukup memberikan sumbangan bagi perkembangan ekonomi regional daerah. Selat Lembeh diketahui menyimpan potensi perikanan yang cukup tinggi. Profesi nelayan di kawasan ini dilakukan oleh 20 dari total penduduknya. Alat tangkap yang populer digunakan adalah soma pajeko. Menurut DPK Kota Bitung 2005, jumlah unit alat tangkap ikan di Kota Bitung adalah 3.138 unit. Dari jumlah alat tangkap tersebut, nilai CPUE catch per unit effort tertinggi dicapai oleh jenis penangkapan dengan soma pajeko purse seine. Selain menangkap ikan konsumsi, nelayan di daerah ini juga banyak menangkap ikan hias langka yang seharusnya dilindungi yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Kontribusi ekonomi wilayah juga disumbangkan dari pemanfaatan kawasan industri yang berlokasi di sepanjang pesisir Selat Lembeh. Industri di kawasan ini antara lain adalah galangan kapal, perusahan pengolahan perikanan, dll. Sementara itu kegiatan pariwisata di wilayah ini berkembang dengan cukup baik, dan juga memberikan kontribusi bagi pendapatan pemerintah daerah dan juga masyarakat sekitarnya. Di kawasan ini terdapat sekitar 38 lokasi tujuan wisata Gambar 16. Sebagai fungsi konservasi, Selat Lembeh yang merupakan tempat pembuangan berbagai hasil produk dari pesisir Bitung yang padat, juga membawa massa air dari laut Maluku dan Sulawesi, dikenal memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, yang dapat mendukung kehidupan berbagai organisme di dalamnya. Hal ini membuat Selat Lembeh dikenal sebagai salah satu kawasan yang memiliki tingkat biodiversity yang tinggi Tackett dan Tackett, 1996 dalam Pratasik et al, 2001.

5.2. Analisis Peruntukan Kawasan Terumbu Karang