dan kelas kontrol diperoleh = 4,332. Untuk taraf nyata
= 5 dk = k
− 1 = 3 − 1 = 2 didapat
,
= 5,99. Dari hal tersebut terlihat bahwa
sehingga dikatakan hipotesis H diterima dan
disimpulkan bahwa varians kelompok homogen. Perhitungan uji homogenitas data kemampuan komunikasi matematik dapat dilihat pada lampiran 38.
4.1.3.3 Uji Ketuntasan Belajar
Untuk ketuntasan individual, peserta didik dikatakan tuntas pada mata pelajaran matematika apabila nilai kemampuan komunikasi matematik
≥ 65. Untuk ketuntasan klasikal sekurang-kurangnya 75 peserta didik pada kelas
tersebut tuntas. Uji ketuntasan individual dengan membandingkan nilai kemampuan komunikasi peserta didik dengan KKM yang telah ditetapkan oleh
sekolah. Uji ketuntasan klasikal menggunakan uji proporsi satu pihak. Setelah itu dilakukan perhitungan uji t satu pihak.
1 Kelas Eksperimen I
Dari uji ketuntasan individual kemampuan komunikasi matematik kelas eksperimen I, persentase ketuntasan yang diperoleh sebesar 90,63 dengan 29
anak yang tuntas dan 3 anak tidak tuntas . Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kelas eksperimen I telah mencapai ketuntasan belajar. Perhitungan uji
ketuntasan individual pada kelas eksperimen I dapat dilihat pada lampiran 39. Dari hasil perhitungan uji ketuntasan klasikal dengan uji proporsi uji satu
pihak, diperoleh = 2,144. Dari daftar normal baku untuk taraf nyata
= 5 diperoleh = 1,64. terlihat dari hal tersebut bahwa z
z ,
sehingga dapat disimpulkan bahwa banyaknya peserta didik kelas eksperimen I
yang mencapai ketuntasan belajar individual lebih dari 75 . Perhitungan uji ketuntasan belajar klasikal uji proporsi satu pihak pada kelas eksperimen I dapat
dilihat pada lampiran 40. Selain itu dilakukan uji beda rata-rata dengan uji t satu pihak yang hasilnya
diperoleh = 6,2227. Dari daftar distribusi student t
dengan α = 5 diperoleh
= 1,696. terlihat bahwa , maka H
ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen I yang dikenai
pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih dari 65. Perhitungan uji ketuntasan
belajar individual uji t satu pihak pada kelas eksperimen I dapat dilihat pada lampiran 42.
2 Kelas Eksperimen II
Pada kelas eksperimen II diperoleh persentase ketuntasan 87,50 dengan 28 anak yang tuntas dan 4 anak tidak tuntas. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa kelas eksperimen II telah mencapai ketuntasan belajar. Perhitungan uji ketuntasan belajar individual pada kelas eksperimen I dan II dapat dilihat pada
lampiran 39. Dari hasil perhitungan uji ketuntasan klasikal dengan uji proporsi uji satu
pihak pada kelas eksperimen II, diperoleh = 1,74. Dari daftar normal
baku dengan α = 5 diperoleh
= 1,64. Dari hal tersebut terlihat bahwa , sehingga dapat disimpulkan bahwa banyaknya peserta didik
kelas eksperimen II yang mencapai ketuntasan belajar individual lebih dari 75 . Perhitungan uji ketuntasan belajar klasikal uji proporsi satu pihak pada kelas
eksperimen II dapat dilihat pada lampiran 41.
Selain itu dilakukan uji beda rata-rata dengan uji t satu pihak yang hasilnya diperoleh
= 2,9463. Sedangkan dari daftar distribusi student t untuk taraf nyata
α = 5 diperoleh = 1,696. Terlihat bahwa
, maka H ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen II yang
dikenai pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih dari 65. Perhitungan uji ketuntasan belajar individual uji t satu pihak pada kelas eksperimen II dapat
dilihat pada lampiran 43.
4.1.3.4 Uji Perbedaan Rata-Rata