mengajar dan sesuai tidaknya dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakannya. Lembar pengamatan aktivitas peserta didik digunakan untuk
mengetahui seberap besar aktivitas peserta didik selama mengikuti pembelajaran. Pengukuran
keefektifan pembelajaran selalu dikaitkan dengan
pencapaian tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka diperlukan prosedur pembelajaran yang efektif sesuai dengan kondisi peserta
didik. Prosedur pembelajaran efektif ini haruslah dimasukkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Mulyasa 2005:119 mengatakan bahwa prosedur
pembelajaran efektif dapat dilakukan sebagai berikut, yaitu 1 pemanasan dan apersepsi, dengan tujuan memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi
yang menarik dan mendorong mereka untuk mengetahui hal baru; 2 eksplorasi, yaitu mengenalkan materi dan menghubungkan dengan pengetahuan yang dimiliki
oleh peserta didik; 3 konsolidasi pembelajaran, yaitu mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan kompetensi dan mengaitkan kompetensi dengan kehidupan
peserta didik; 4 pembentukan kompetensi, sikap, dan perilaku peserta didik; dan 5 penilaian formatif, dengan tujuan untuk mengevaluasi kelemahan atau
kekurangan peserta didik dan masalah yang dihadapi guru dalam memberikan kemudahan kepada peserta didik.
2.1.2 Hasil Belajar Matematika
Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan bentuk atau struktur yang abstrak. Pengertian tentang matematika cukup banyak dan beragam.
Lunchins dan Lunchins sebagimana dikutip oleh Suherman 2003:15, mengungkapkan bahwa pengertian tentang matematika dapat dijawab berbeda-
beda tergantung pada kapan pertanyaan itu dijawab, di mana dijawab, dan apa saja yang dipandang termasuk dalam matematika. Shadiq 2009:6 menjelaskan bahwa
“matematika merupakan alat komunikasi yang sangat kuat dan berpengaruh powerfull, teliti dan tepat concise, dan tidak membingungkan unambiguous”.
Pendapat lain mengenai matematika juga dikemukakan Fowler sebagaimana dikutip oleh Suyitno 2004:51, yang menyebutkan bahwa “Mathematics is the
abstract science of space and number”. Dalam mengajarkan matematika dibutuhkan implementasi nyata di satuan pendidikan. Hal ini dikenal dengan nama
matematika sekolah. Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di jenjang
persekolahan yaitu pendidikan dasar dan menengah. Matematika sekolah menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan, membentuk pribadi peserta
didik, dan mengacu pada perkembangan iptek. Hal ini menunjukkan bahwa matematika sekolah tetap mempertahankan ciri-ciri yang dimiliki oleh matematika
itu sendiri. Menurut Suherman 2003, 56 menyebutkan bahwa matematika sekolah memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai alat, pola pikir, dan ilmu
pengetahuan. Penjelasan fungsi tersebut adalah sebagai alat dalam memahami atau menyampaikan informasi, membentuk pola pikir dalam pemahaman suatu
pengertian ataupun penalaran, dan membiasakan anak didik memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat yang dimiliki ataupun tidak dimiliki
oleh objek abstrak. Penjelasan mengenai matematika tidak lepas dari adanya aktivitas
belajar. Banyak pendapat para pakar psikologi yang mendefinisikan tentang
konsep belajar. Menurut Gagne dan Berliner, sebagaimana dikutip oleh Anni 2007:2, menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme
mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Pendapat lain tentang pengertian belajar juga dikemukakan oleh Hudojo 2003:123, menyatakan bahwa
belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman, yang mampu mengubah tingkah laku seseorang sehingga tingkah
laku orang itu tetap tidak akan berubah lagi dengan modifikasi yang sama. Dari kedua definisi mengenai matematika dan belajar, dapat
dismpulkan bahwa belajar matematika merupakan proses pembentukan pengalaman dan pola pikir bernalar terhadap pemahaman suatu hubungan materi,
karena pada hakekatnya matematika berkaitan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara sistematis dan logis. Belajar
matematika merupakan hal yang penting, Dengan demikian, belajar matematika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan praktis dalam mengkomunikasikan dan
menginformasikan gagasan serta ide dalam bentuk lisan maupun tertulis. Dalam belajar perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah
melakukan aktivitas belajar kita sebut sebagai hasil dari belajar. Hasil belajar dicapai peserta didik sebagai bukti keberhasilan proses belajar mengajar yang
dialami dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Jadi hasil belajar matematika adalah perubahan perilaku dan pola pikir yang diperoleh peserta didik
sebagai bukti keberhasilan setelah melakukan aktivitas belajar matematika dalam bidang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Oleh karena itu apabila
pembelajar mempelajari
tentang bagaimana
mengkomunikasikan atau
menginformasikan objek kajian abstrak maka perubahan perilaku yang diperoleh berupa penguasaan komunikasi matematik objek kajian abstrak.
Berdasarkan Permendiknas No 22 Depdiknas, 2006:346 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika, menjelaskan bahwa tujuan dari belajar
matematika yaitu 1 memiliki pengetahuan matematika konsep, keterkaitan antarkonsep, dan algoritm; 2 menggunakan penalaran; 3 memecahkan
masalah; 4 mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan 5 memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika.
2.1.3 Kemampuan Komunikasi Matematik