menginformasikan objek kajian abstrak maka perubahan perilaku yang diperoleh berupa penguasaan komunikasi matematik objek kajian abstrak.
Berdasarkan Permendiknas No 22 Depdiknas, 2006:346 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika, menjelaskan bahwa tujuan dari belajar
matematika yaitu 1 memiliki pengetahuan matematika konsep, keterkaitan antarkonsep, dan algoritm; 2 menggunakan penalaran; 3 memecahkan
masalah; 4 mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan 5 memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika.
2.1.3 Kemampuan Komunikasi Matematik
Secara umum, komunikasi merupakan suatu peristiwa penyampaian pesan dari yang memberi pesan kepada yang menerima pesan untuk memberitahu,
pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Sedangkan menurut Shadiq 2009:6, komunikasi adalah proses untuk
memberi dan menyampaikan arti dalam usaha untuk menciptakan pemahaman bersama. Berkait dengan peningkatan kemampuan komunikasi, NCTM 1989
sebagaimana dikutip oleh Shadiq 2009:12 menyatakan bahwa program pembelajaran dari TK sampai kelas 12 hendaknya memungkinkan semua peserta
didik di Amerika Serikat untuk: 1 mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pikiran matematika mereka melalui komunikasi, 2 mengkomuniksikan pikiran
matematika mereka secara logis dan jelas kepada teman, guru, ataupun orang lain, 3 menganalisis dan mengevaluasi pikiran matematika dan strategi yang
digunakan orang lain, 4 menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide-ide matematika secara tepat.
Di dalam berkomunikasi tersebut harus dipikirkan bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami oleh orang lain. Untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat menyampaikan dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematis. Ada tiga bentuk komunikasi
sebagaimana yang disampaikan oleh Masrukan 2008:7, yaitu: 1 linier one- way communicatio, 2 relasional atau interaktif Cybermetics Models, dan 3
konvergen multi arah. Bila diterapkan dalam proses pembelajaran maka 1 komunikasi linier berarti guru hanya melakukan transfer of knowledge, 2
komunikasi relasional berarti ada interaksi guru dan peserta didik, walaupun guru tetap dominan, dan 3 komunikasi konvergen berarti selain antar guru dengan
peserta didik juga antar peserta didik dengan peserta didik. Komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menyangkut tentang komunikasi konvergen,
di mana peserta didik dituntut untuk mampu mengkomunikasikan gagasan- gagasan matematikanya, baik kepada teman, guru, maupun orang lain.
Berkaitan dengan komunikasi matemati, NCTM sebagaimana dikutip oleh Juandi 2008, menjelaskan bahwa komunikasi matematik adalah
kemampuan peserta didik dalam hal sebagai berikut. 1 Membaca dan menulis matematika dan menafsirkannya makna dan ide dari
tulisan itu. 2 Mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematika
dan hubungannya. 3 Merumuskan definisi matematika dan membuat generalisasi yang ditemui
melalui investigasi. 4 Menuliskan sajian matematika dengan pengertian.
5 Menggunakan kosakatabahasa, notasi struktur secara matematika untuk menyajikan ide menggambarkan hubungan dan pembuatan model.
6 Memahami, menafsirkan dan menilai ide yang disajikan secara lisan dalam tulisanvisual.
7 Mengamati dan membuat dugaan, merumuskan pertanyaan, mengumpulkan dan menilai informasi.
8 Menghasilkan dan menyajikan argument yang meyakinkan. Berbeda dengan pengertian komunikasi secara umum, komunikasi
matematik merupakan salah satu displin ilmu dari matematika yang mengkaji tentang aktivitas penggunaan kosakata, notasi, dan stuktur matematika untuk
mengekspresikan dan memahami ide maupun keterkaitan ide-ide tersebut. Dalam hal ini komunikasi matematik terdiri dari komunikasi lisan dan tertulis.
Komunikasi secara lisan merupakan aktivitas antar peserta didik atau antara peserta didik dengan guru, dimana hal ini dapat berupa berbicara, mendengar,
membaca, menjelaskan, berdiskusi, maupun bertukar pendapat. Sedangkan komunikasi secara tulisan merupakan kemampuan peserta didik dalam
menggunakan kosakata, notasi, dan struktur matematika yang dinyatakan dengan grafik, gambar, tabel, persamaan atau tulisan.
Sebagai acuan dalam mengukur kemampuan komunikasi matematik, bisa dilihat dari aspek-aspeknya. Terdapat lima aspek komunikasi matematik
menurut Baroody, sebagaimana dikutip oleh Juandi 2008, yaitu : 1 representasi, diartikan sebagai bentuk baru hasil translasi suatu masalah yang
dapat membantu anak menjelaskan konsep untuk memudahkan mendapatkan strategi pemecahan, 2 mendengarkan listening, mendengar secara hati-hati
terhadap pertanyaan teman dalam suatu kelompok dapat membantu peserta didik mengkonstruksi lebih lengkap pengetahuan matematika dan mengatur strategi
jawaban yang lebih efektif, 3 membaca reading, yaitu kemampuan yang terkait
mengingat, memahami,
membandingkan, menemukan,
menganalisis, mengorganisasikan, dan akhirnya menerapkan apa yang terkandung dalam
bacaan, 4 diskusi discussing, membantu peserta didik dalam mempercepat pemahaman materi pembelajaran dan kemahiran menggunakan strategi, 5
menulis writing, kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran, dipandang sebagai proses berpikir keras yang
dituangkan di atas kertas. Ada beberapa indikator yang harus diperhatikan dalam pencapaian
kompetensi. Indikator komunikasi matematik untuk peserta didik tingkat SMP Sumarmo, 2006:3-4 adalah sebagai berikut.
1 Menghubungkan benda nyata, gambar atau diagram ke dalam ide
matematika. 2
Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika malalui tulisan, dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.
3 Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.
4 Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
5 Membaca dengan pemahaman atau presentasi matematika tertulis.
6 Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan
generalisasi. 7
Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika kemudian menjawabnya.
8 Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti
terhadap beberapa solusi. Berdasarkan indikator-indikator di atas, maka dapat dirumuskan ke
dalam tiga kerangka utama komunikasi matematik pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kerangka Komunikasi untuk Matematik
Communication About Mathematics
Communication In Mathematics Communication With Mathematics
1 Reflection on cognitive processes. Description of
procedures, reasoning. Metacognition—giving
reasons for procedural decisions.
1 Mathematical register. Special vocabulary. Particular
definitions of everyday vocabulary. Modified uses of
everyday vocabulary. Syntax, phrasing. Discourse.
1 Problem-solving tool. Investigations. Basis for meaningful
action.
2 Communication with others about cognition.
Giving point of view. Reconciling differences.
2 Representations. Symbolic. Verbal. Physical manipulatives.
Diagrams, graphs. Geometric. 2 Alternative solutions. Interpretation
of arguments using mathematics. Utilization of mathematical problem
solving in conjunction with other forms of analysis
Sumber: Brenner 1998:109. Berdasarkan tabel di atas, komunikasi matematik dapat terlihat sebagai
tiga aspek yang terpisah. Pertama, communication about mathematics merupakan proses dalam pengembangan kognitif individu, dalam hal ini peserta didik. Kedua,
communication in mathematics, yaitu dengan penggunaan bahasa dan simbol dalam menginterpretasikan matematika. Ketiga, communication with mathematics
menyangkut penggunaan matematika oleh peserta didik dalam menyelesaikan masalah.
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba meneliti tentang communication in mathematics di kelas. Communication in mathematics mencakup dua aspek,
sebagai berikut. 1
mathematical register, yaitu kemampuan peserta didik dalam menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika, melalui kata-kata, sintaksis, maupun
frase, secara lisan maupun tertulis; 2
representations, yaitu kemampuan peserta didik dalam menggambarkan atau menginterpretasikan ide, situasi, dan relasi matematika, melalui
gambar benda nyata, diagram, grafik, ataupun secara geometris.
Ada dua alasan yang menjadikan komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu menjadi fokus perhatian. Pertama, matematika tidak hanya
sekedar sebagai alat bantu untuk berfikir ataupun alat untuk menyelesaikan masalah. Namun, matematika juga sebagai alat untuk mengkomunikasikan ide-ide
dan gagasan-gagasan yang bervariasi secara nyata, tepat, dan praktis. Kedua, dalam pembelajaran matematika, interaksi antar peserta didik, interaksi antar guru
dengan peserta didik merupakan bagian penting untuk menumbuhkan kemampuan matematika pada anak-anak.
Dengan demikian, peran penting komunikasi dalam pembelajaran matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut, yaitu sebagai alat ukur untuk
mengukur pertumbuhan pemahaman matematika pada peserta didik, membantu menumbuhkan cara berfikir peserta didik dan mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam melihat berbagai keterkaitan materi matematika yang dipelajari, serta mengkontruksikan pengetahuan matematika, pengembangan
pemecahan masalah dan menumbuhkan rasa percaya diri.
2.1.4 Ketuntasan Belajar