gambaran karakteristik kognitif, juga sebagai prasyarat terhadap tugas pembelajaran. Dengan kata lain belajar tuntas sangat penting dilaksanakan agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan lancar, efektif, dan efesien.
Ketuntasan belajar dapat dianalisis secara perorangan atau perkelas. Menurut Mulyasa 2007:254, seseorang peserta didik dikatakan tuntas belajar
jika ia mampu menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65 dari seluruh tujuan pembelajaran. Adapun keberhasilan kelas
dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65, sekurang-kurangnya 75 dari jumlah peserta didik yang ada di
kelas itu Mulyasa, 2006: 101.
2.1.5 Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim
dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas Suherman : 2003:260. Sedangkan menurut Mandal 2009:96-97, menjelaskan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran berbasis interaksi sosial antar manusia yang mengacu pada metode dan teknik pembelajaran
dimana peserta didik bekerja dalam sebuah kelompok kecil, serta memberi penghargaan pada setiap anggota selama penampilannya di kelompok itu.
Pada pembelajaran kooperatif, guru menekankan pada sikap atau perilaku peserta didik. Perilaku ini ditunjukkan dalam kerja kelompok yang
saling kerjasama dan saling membantu antar dua orang atau lebih. Menurut Lie
2002:28, bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Variasi pembelajaran juga digunakan untuk mencapai tujuan dari
pembelajaran kooperatif. Slavin 2005:33 mengungkapkan bahwa tujuan terpenting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan pengetahuan,
konsep, kemampuan, dan pemahaman yang dibutuhkan oleh peserta didik agar bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif memberikan banyak keuntungan. Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif adalah
penghargaan terhadap anggota yang lebih menonjol, dengan demikian maka peserta didik akan termotivasi untuk saling membantu dalam menguasai materi
akademis. Dalam pembelajaran ini setiap anggota tim tidak hanya bertanggung jawab untuk belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu anggota
lain, sehingga dapat menciptakan suasana prestasi belajar
.
Hal yang sama juga dikatakan Mandal 2009:98 yang menjelaskan bahwa keuntungan dari model
pembelajaran kooperatif antara lain, dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi, dapat meningkatkan pembentukan
keterampilan dan praktek sehingga tidak membosankan meskipun kegiatan pembelajaran terjadi di dalam ataupun di luar kelas, dapat menciptakan
lingkungan untuk pembelajaran aktif dan melibatkan peserta didik dalam mengeksplorasi, dapat meningkatkan kinerja yang lemah peserta didik kemudian
dikelompokkan dengan kinerja peserta didik yang lebih, dan dapat memberikan gaya belajar yang berbeda di kalangan peserta didik.
Pada pembelajaran kooperatif, ukuran kelompok akan mempengaruhi kemampuan kinerja kelompok. Ukuran kelompok yang ideal akan membuat
interaksi antar anggota kelompok berjalan efektif. Peserta didik akan saling mengutarakan pendapat-pendapatnya dalam diskusi yang terkait tugas atau
permasalahan kelompok. Dengan adanya perbedaan pendapat dapat
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dihadapi. Ukuran kelompok yang ideal dalam pembelajaran kooperatif adalah tiga sampai lima
orang Suherman, 2003:262. Sebagai model pembelajaran, pembelajaran kooperatif mencakup kegiatanlangkah-langkah pembelajaran yang disusun
secara spesifik. Ibrahim 2000:10, menjelaskan langkah utama dalam pembelajaran kooperatif tertera pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase Kegiatan Guru
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi peserta didik. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar.
Fase 2 Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada peserta didik baik dengan peragaan demonstrasi atau teks.
Fase 3 Mengorganisasikan peserta didik ke
dalam kelompok-kelompok. Belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
perubahan yang efisien. Fase 4
Membantu kerja kelompok dalam belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
Fase 5 Mengetes materi.
Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka.
Fase 6 Memberikan penghargaan.
Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Menurut Kemendiknas
2010:57, menyatakan
bahwa agar
pembelajaran yang terjadi itu efektif, maka pembelajaran kooperatif harus memenuhi ketentuan sebagai berikut.
1 Adanya saling ketergantungan positif antara semua anggota kelompok. 2 Adanya tanggung jawab pribadi yang terwujud dalam kontribusi aktif tiap
anggota kelompok. 3 Ada tagihan kerja kelompok dan tagihan kerja individual.
4 Komposisi anggota dalam kelompok heterogen meskipun kadang-kadang boleh menentukan kelompok sesuai pilihannya sendiri.
5 Bentuk pembelajaran kooperatif harus cocok dengan jenis tugas.
2.1.6 Teori-Teori Belajar dalam Pembelajaran Kooperatif