31
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bagian ini dibahas mengenai subjek penelitian, waktu penelitian, faktor yang diselidiki, prosedur penelitian tindakan kelas, siklus penelitian,
sumber data dan cara pengambilan data, teknik analisis data, serta indikator keberhasilan. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
3.1 Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah guru dan siswa kelas V semester II tahun ajaran 20142015 Sekolah Dasar Negeri 2 Somawangi Banjarnegara, jumlah siswa 28
siswa, terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Somawangi, yang beralamat di Jalan Desa Somawangi Kecamatan Mandiraja
Kabupaten Banjarnegara, karena hasil belajar IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia di Sekolah Dasar Negeri 2 Somawangi masih rendah dan belum
mencapai KKM yang ditetapkan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 4 minggu pada bulan Januari sampai April 2015.
3.3 Faktor yang Diselidiki
Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah aktivitas balajar, hasil
32 belajar, dan performansi guru pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi
proklamasi kemerdekaan Indonesia kelas V Sekolah dasar negeri 2 Somawangi Banjarnegara.
3.4 ProsedurLangkah-langkah PTK
Penelitian ini, peneliti penelitian tindakan kelas kolaboratif. Menurut Arikunto,dkk 2010: 19-
22 “penelitian kolaboratif ialah penelitian yang dilakukakan bersama-sama atau berpasangan, sehingga semua prosedur atau
langkah-langkah dilak ukan bersama dengan guru kelas yang bersangkutan”.
Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pengamat pada saat pelaksanaan pembelajaran, dan berkolaborasi dengan guru kelas dalam pembuatan RPP,
media, dan soal kognitif, afektif, serta psikomotor. Guru kelas sebagai objek yang diamati sekaligus kolaborator. Langkah-langkah PTK yang dilakukan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
3.4.1 Rencana Tindakan planning
Arikunto 2010:138 menyatakan bahwa “perencanaan adalah kegiatan menyusun rancangan penelitian t
indakan kelas”. Tahapan ini menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan. Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian yaitu prasurvei, menetukan tujuan pembelajaran, membuat rencana
pembelajaran, merancang instrumen, membuat lembar observasi dan alat evaluasi untuk setiap pertemuan. Adapun rincian langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
33
1 Prasurvei dan pengamatan mengenai kondisi sekolah, kondisi kelas,
kondisi siswa, guru, sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran. 2
Merumuskan tujuan pembelajaran. 3
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. 4
Membuat rancangan instrumen. 5
Menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan lembar pengamatan performansi guru.
3.4.2 Pelaksanaan Tindakan action
Arikunto 2010:139 menyatakan bahwa “tindakan yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan penelitian tersebut, yaitu mengenai tindakan yang
akan dilakukan di kelas”. Pada tahap tindakan, guru melakukan kegiatan pembelajaransesuai rencana, yaitu kegiatan pembelajaran menggunakan model
artikulasi.
3.4.3 Pengamatan observation
Arikunto 2010:139 menyatakan bahwa “pengamatan yaitu pelaksanaan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat”. Pengamatan dapat dilakukan pada
saat tindakan sedang berlangsung, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pengamatan merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan.
Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi. Pelaksanaan pengamatan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Jika peneliti
sebagai pengamat maka fokus pengamatan pada siswa dan guru kelas.
3.4.4 Refleksi reflection
Arikunto 2010:140 menyatakan bahwa “refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi”. Tahapan ini dimaksudkan
34
untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakan berikutnya. Kegiatan refleksi ini dilakukan oleh guru setelah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti, untuk bersama-sama
menemukan hal-hal yang sudah sesuai dengan rancangan dan mengetahui secara cermat mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki.
Peneliti melakukan monitoring evaluasi secara sistematis terhadap kegiatan atau keaktifan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran.
Monitoring adalah kegiatan untuk mengenali dan mengevaluasi perkembangan yang terjadi dengan tindakan yang telah dilaksanakan. Fungsi monitoring adalah
mengevaluasi dua hal, yaitu: 1 Apakah pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan rencana tindakan?, 2 apakah mulai terjadi atau sudah terjadi
peningkatan, perubahan positif menuju ke arah pencapaian tujuan yang telah dilaksanakan? Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data dan menganalisis
data yang diperoleh. Adapun evaluasi tiap siklus digunakan untuk merencanakan siklus berikutnya.
Setelah siklus I selesai, dilanjutkan siklus II. Tahapan kerja siklus II berdasarkan hasil siklus I. Siklus II diharapkan mampu memperbaiki kegiatan
pada siklus I. Refleksi pada tiap pertemuan dirangkum kembali secara keseluruhan agar diperoleh gambaran secara umum dalam setiap siklusnya.
3.5 Siklus Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas direncanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan, dan setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran.
35
3.5.1 Siklus I
Siklus pertama dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Setiap pertemuan 2 jam pelajaran. Setiap siklus terdiri dari 4 jam untuk pembelajaran dan 1 jam
untuk tes formatif. Kegiatan siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
3.5.1.1 Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah sebagai berikut. 1
Mengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, dan mengembagkan pemecahan masalah.
2 Merancang dan menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan langkah-
langkah dan komponen-komponen dalam pembelajaran model Artikulasi. 3
Merancang media pembelajaran dan lembar kegiatan siswa. 4
Menyiapkan lembar pengamatan performansi guru. 5
Menyusun soal tes formatif beserta kisi-kisinya..
3.5.1.2 Pelaksanaan
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah: 1
Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa dan performansi guru. 2
Menyiapkan media pembelajaran, bahan dan lembar kegiatan siswa. 3
Melaksanakan kegiatan pembelajaran, yaitu mengecek kesiapan kelas, berdoa, presensi, apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan
memberi motivasi. 4
Guru membentuk kelompok belajar dimana setiap kelompok terdiri dari 2 siswa teman sebangku.
5 Guru menjelaskan materi diselingi tanya jawab bersama siswa.
36
6 Guru menugaskan siswa untuk menjelaskan kembali materi yang telah
dijelaskan guru kepada teman satu kelompok secara bergantian dan mencatat hasil ringkasan.
7 Guru memanggil salah siswa secara acak untuk menyampaikan hasil kerja
kelompoknya. 8
Guru kembali serta meluruskan kesalahpahaman yang terjadi diantara siswa. melakukan tanya jawab bersama siswa dan menjelaskan kembali
materi yang sekiranya belum dipahami siswa. 9
Guru melakukan refleksi dan memberikan evaluasi. 10
Pada akhir siklus II, siswa mengerjakan soal tes formatif.
3.5.1.3 Pengamatan
Kegiatan pada tahap ini adalah mengamati performansi guru dan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran model artikulasi dalam menerapkan model
pembelajaran Artikulasi. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dibantu rekan gururekan peneliti dengan menggunakan alat penilaian kemampuan guru dan
lembar pengamatan aktivitas siswa. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pengamatan difokuskan pada:
1 Aktivitas belajar siswa dari awal sampai akhir kegiatan pembelajaran.
2 Hasil belajar siswa berupa rata-rata kelas, banyaknya siswa yang tuntas
belajar, dan persentase tuntas belajar secara klasikal. 3
Performansi guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran model pembalajaran Artikulasi. Pengamatan dilakukan oleh guru sejawat
menggunakan APKG I dan APKG II.
37
3.5.1.4 Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan atau menganalisis apa yang sudah dilakukan pada pembelajaran siklus I. Analisis dilakukan untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan yang terjadi yang akan ditindak lanjuti pada siklus berikutnya.. Hasil analisis digunakan untuk merencanakan tindakan
selanjutnya.
3.5.2 Siklus II
Kegiatan siklus II berdasarkan pada hasil siklus I. 3.5.2.1
Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1
Mengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, dan mengembangkan pemecahan masalah.
2 Merancang dan menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan langkah-
langkah model pembelajaran Artikulasi berdasarkan hasil refleksi siklus I. 3
Menyiapkan lembar pengamatan. 4
Merancang media pembelajaran dan lembar kegiatan siswa. 5
Menyiapkan lembar performansi guru. 6
Menyusun soal tes formatif 2.
3.5.2.2 Pelaksanaan
1 Menyiapkan lembar pengamatan.
2 Menyiapkan media pembelajaran, bahan dan lembar kegiatan siswa.
3 Melaksanakan kegiatan awal pembelajaran yaitu mengecek kesiapan
kelas, berdoa, presensi, apersepsi, menyampaiakan tujuan pembelajaran, dan memberi motivasi.
38
4 Guru membentuk kelompok belajar dimana setiap kelompok terdiri dari 2
siswa teman sebangku. 5
Guru menjelaskan materi diselingi tanya jawab bersama siswa. 6
Guru menugaskan siswa untuk menjelaskan kembali materi yang telah dijelaskan guru kepada teman satu kelompok secara bergantian dan
mencatat hasil ringkasan. 7
Guru memanggil salah siswa secara acak untuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya.
8 Guru kembali serta meluruskan kesalahpahaman yang terjadi diantara
siswa. melakukan tanya jawab bersama siswa dan menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
9 Guru melakukan refleksi dan memberikan evaluasi.
10 Pada akhir siklus II, siswa mengerjakan tes formatif 2.
3.5.2.3 Pengamatan
Kegiatan pada tahap ini adalah mengamati performansi guru dan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran model artikulasi dalam menerapkan model
pembelajaran Artikulasi. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dibantu rekan gururekan peneliti dengan menggunakan alat penilaian kemampuan guru dan
lembar pengamatan aktivitas siswa. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pengamatan difokuskan pada:
1 Aktivitas belajar siswa dari awal sampai akhir kegiatan pembelajaran.
2 Hasil belajar siswa berupa rata-rata kelas, banyaknya siswa yang tuntas
belajar, dan persentase tuntas belajar secara klasikal 3
Performansi guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
39
model pembalajaran Artikulasi. Pengamatan dilakukan oleh guru sejawat menggunakan APKG I dan APKG II.
3.5.2.4 Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan atau menganalisis semua kegiatan pembelajaran pada siklus II. Analisis dilakukan untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada siklus II. Berdasarkan hasil analisis pada siklus I dan II terhadap aktivitas dan hasil
belajar siswa serta performansi guru, maka dapat disimpulkan apakah hipotesis tindakan sudah tercapai atau belum. Jika aktivitas dan hasil belajar serta
performansi guru sesuai dengan indikator terjadi peningkatan, maka penerapan model pembelajaran Artikulasi efektif dapat meningkatkan proses dan hasil
belajar IPS kelas V di SD Negeri 2 Somawangi Banjarnegara. Namun, apabila aktivitas dan hasil belajar serta performansi guru tidak sesuai dengan indikator
tidak terjadi peningkatan, maka penerapan model pembelajaran artikulasi dapat dikatakan belum efektif dan ditindak lanjuti pada siklus berikutnya.
3.6 Data dan Cara Pengumpulan Data
Pada bagian ini akan diuraikan sumber data, jenis data, dan teknik pengambilan data.
3.6.1 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari siswa, guru, dan dokumentasi penelitian.
3.6.1.1 Siswa
Data siswa yang akan dijadikan sebagai sumber data adalah diambil aktivitas dan hasil belajar IPS kelas V materi prokamasi kemerdekaan Indonesia
40
selama kegiatan pembelajaran pada siklus I dan II. 3.6.1.2
Guru
Data guru yang akan dijadikan sebagai sumber data adalah diambil aktivitas guru pada pembelajaran IPS kelas V materi proklamasi kemerdekaan
Indonesia dengan menggunakan APKG I dan APKG II.
3.6.1.3 Data Dokumen
Data dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar nama dan daftar nilai siswa kelas V SD Negeri 2 Somawangi Banjarnegara tahun
pelajaran 20132014 dan tahun ajaran 20142015, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar pengamatan performansi guru, RPP, LKS, soal tes formatif, bahan
ajar, media balajar, serta foto-foto dan video pembelajaran.
3.6.2 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah data kuantitatif dan kualitataif.
3.6.2.1 Data kuantitatif
“Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakanscoring
” Sugiono 2014: 6. Data ini diambil dari nilai siswa kelas V tahun pelajaran 20132014 dan hasil tes formatif siswa kelas V tahun
ajaran 20142015 pada siklus I dan siklus II.
3.6.2.2 Data kualitatif
“Data kualitatif merupakan data yang berbentuk kata, kalimat, gerak tubuh, ekspresi wajah, bagan, gambar dan foto” Sugiono 2014: 6. Data ini
diambil dari hasil pengamatan aktivitas belajar siswa dari awal sampai akhir pembelajaran dan dari hasil pengamatan performasi guru.
41
3.6.3 Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik tes dan teknik non tes.
3.6.3.1 Teknik Tes
“Tes merupakan salah satu alat untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban atau res
pons benar atau salah” Widoyoko 2014: 51. Dalam penelitian ini menggunakan tes formatif. Tes formatif digunakan
untuk memperoleh data hasil belajar IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia menggunakan model Artikulasi. Pada penelitian ini menggunakan tes
untuk mengukur ranah kognitif dan tes pernyataan untuk ranah afektif. Soal tes kognitif yang digunakan telah melalui pengujian validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran dan daya beda.
3.6.3.1.1 Pengujian Validitas
Menurut Arikunto 2010: 211, “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen”.
Sebuah instrumen yang valid atau sahih memiliki validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Uji validitas
dilakukan dengan menganalisis bukti instrumen meliputi validitas logis dan validitas empirik. Uji validitas logis nantinya akan memberitahu hasil pemikiran
yang dilakukan apakah sesuai dengan kaidah penyusunan alat tes atau tidak, kemudian diujikan dengan validitas empiris untuk memberitahu hasil pengujian
alat tes berdasarkan pengalaman di lapangan berupa uji coba instrumen. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
42
1 Validitas Logis
Arikunto 2010: 212 menyatakan bahwa “validitas logis merupakan validitas yang diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-cara yang
benar, sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki”. Pengujian validitas logis dapat dilakukan dengan cara menilai
tingkat kesukaran butir-butir soal dengan kisi-kisi soal yang telah dibuat sebelumnya. Proses pengujian validitas logis melibatkan 2 penilai ahli. Penilai
ahli 1 yaitu Dra. Umi Setijowati, M.Pd. dan penilai ahli 2 yaitu Etikawati, S.Pd.,M.Pd Guru kelas V SD Negeri 2 Somawangi. Penilaian yang dilakukan
berupa kesesuaian butir-butir soal dengan kisi-kisinya dengan menggunakan lembar telaah validitas isi. Pengujian validitas ini dilakukan terhadap soal-soal
baik soal ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. 2
Validitas Empiris Arikunto 2010: 212 berpendapat bahwa sebuah instrumen dikatakan
memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Selanjutnya Riduwan 2013: 98 mengatakan bahwa setelah data didapat, dan ditabulasikan,
kemudian pengujian validitas dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengorelasikan antarskor item instrumen dengan rumus Pearson Product
Moment. Pengujian validitas ini menggunakan bantuan program Statistical Product
and Service Solution SPSS versi 20 untuk mempermudah penghitungan tanpa mempengaruhi hasil. Untuk mencari validitas dalam SPSS 20 ini menggunakan
menu Analyze – Correlate – Bivariate. Pengambilan keputusan pada uji validitas dilakukan dengan batasan r
tabel
dengan signifikansi 0,05. Jika nilai positif dan
43 r
hitung
≥ r
tabel
, maka item dapat dinyatakan valid. Jika r
hitung
˂ r
tabel
, maka item dinyatakan tidak valid. Adapun rekap data hasil penghitungan SPSS 20 dapat
dilihat pada Tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Rekapitulasi Uji Validitas Soal dengan r
tabel
= 0,396 Signifikansi 0,05 N=25
Nomor Item
Corrected Item-Total
Correlation Validitas
Nomor Item
Corrected Item-Total
Correlation Validitas
1 ,618
Valid 31
,546 Valid
2 ,724
Valid 32
,668 Valid
3 ,549
Valid 33
,511 Valid
4 ,000
Tidak Valid 34
,668 Valid
5 ,404
Valid 35
,301 Tidak Valid
6 ,526
Valid 36
,588 Tidak Valid
7 ,724
Valid 37
,233 Tidak Valid
8 ,598
Valid 38
,652 Valid
9 ,000
Tidak Valid
39 ,451
Valid 10
,562 Valid
40 ,506
Valid 11
,429 Valid
41 ,256
Tidak Valid 12
,524 Valid
42 ,645
Valid 13
,668 Valid
43 ,079
Valid 14
,783 Valid
44 ,209
Tidak Valid 15
,605 Valid
45 ,572
Valid 16
,464 Valid
46 ,534
Valid 17
,700 Valid
47 ,202
Tidak Valid 18
,679 Valid
48 ,451
Valid 19
,528 Valid
49 ,431
Valid 20
,545 Valid
50 ,451
Valid 21
,441 Valid
51 ,544
Valid 22
,679 Valid
52 ,382
Valid 23
,528 Valid
53 ,783
Valid 24
,724 Valid
54 ,599
Valid 25
,451 Valid
55 ,209
Tidak Valid 26
,465 Valid
56 ,582
Valid 27
,429 Valid
57 ,134
Tidak Valid 28
,233 Tidak Valid
58 ,844
Valid 29
,637 Valid
59 ,272
Tidak Valid 30
,301 Tidak Valid
60 ,724
Valid
Dari 25 butir soal hasil dilakukan penghitungan validitas soal
44 menggunakan program SPSS 20, sehingga diperoleh 21 butir soal yang valid pada
siklus I, dan 17 butir soal pada siklus II.
3.6.3.1.2 Reliabilitas Tes
Sudjana 2009: 16 menyatakan bahwa “reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilai”. Artinya,
kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama, selanjutnya Arikunto 2010: 221 menambahkan bahwa “reliabilitas
menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik”. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
Berdasarkan hasil penghitungan validitas, diperoleh item yang valid sebanyak 25 butir soal, dan semuanya dipilih sebagai soal tes formatif. Item yang
valid tersebut kemudian dihitung indeks reliabilitasnya dengan menggunakan reliability analysis. Untuk dapat mengetahui reliabilitas tiap butir soal, peneliti
menggunakan cronbach’s alpha pada SPSS 20. Data dikatakan reliabel jika nilai Alpha 0,6 Priyatno, 2012:187. Berikut merupakan output hasil penghitungan
reliabilitas secara keseluruhan. Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Siklus I
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha
Cronbachs Alpha Based on Standardized
Items N of
Items ,744
,950 59
45
Berdasarkan hasil uji reliabilitas, diperoleh nilai cronbach’s alpha pada siklus I sebesar 0, 926, dan pada siklus II sebesar 0,900, sehingga dapat dikatakan
data tersebut reliabel.
3.6.3.1.3 Taraf Kesukaran
Sudjana 2009: 135 berpendapat bahwa “asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan
reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut”. Keseimbangan yang dimaksud ialah adanya soal-soal yang termasuk kategori
mudah, sedang, dan sukar secara proporsional. Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus:
I =
N
Keterangan:
I = indekstaraf kesukaran untuk tiap soal B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksud Sudjana, 2009: 137
Kriteria yang digunakan ialah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah
soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal itu ialah sebagai berikut: -
0,30 = soal kategori sukar 0,31 - 0,70 = soal kategori sedang
46 0,71 - 1,00 = soal kategori mudah
Sudjana, 2009: 137 Pengujian taraf kesukaran dilakukan dengan membandingkan banyaknya
jumlah siswa yang menjawab soal benar pada setiap butir soal dibandingkan dengan jumlah peserta tes. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus
memenuhi kriteria kesukaran soal yang ditentukan, yaitu soal mudah, sedang, dan sulit. Berdasarkan hasil penghitungan manual diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Taraf Kesukaran Kriteria
Nomor Soal Mudah 1, 2, 3, 7, 14, 15, 20, 23, 24, 25, 31, 32, 33,
34, 37, 39, 45, 46, 50, 53, 54, 60. Sedang 5, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 21, 22,
26, 27, 29, 35, 36, 38, 40, 42, 48, 49, 51, 56, 58.
3.6.3.1.4 Daya Pembeda
Arikunto 2013: 226 manyetakan bahwa “daya pembeda soal, adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan
tinggi dan siswa yang bodoh berkemampuan rendah”. Untuk menghitung daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut:
D = B
J − B
J = P − P Keterangan:
J = jumlah peserta tes
47 J
A
= banyaknya peserta kelompok atas J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah B
A
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B
B
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
P
A
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P
B
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Arikunto, 2013: 228
Untuk menafsirkan hasilnya dapat dilihat melalui klasifikasi berikut: D = 0,00 – 0,20 = jelek
D = 0,21 – 0,40 = cukup D = 0,41 – 0,70 = baik
D = 0,71 – 1,00 = baik sekali Sebelum daya beda soal dianalisis, terlebih dahulu siswa dibagi menjadi
dua kelompok sesuai jumlah skor atau jawaban benar yang didapat menjadi kelompok atas dan bawah. Pengujian daya beda diperoleh dari hasil penghitungan
jumlah jawaban benar pada kelompok atas dibanding jumlah siswa pada kelompok atas PA dikurangi hasil jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
dibanding jumlah siswa pada kelompok bawah PB. Berdasarkan penghitungan daya beda soal secara manual, diperoleh data
dari 25 soal pada masing-masing siklus, terdapat 7 soal yang cukup, 6 soal yang baik, dan 7 soal yang baik sekali. Berikut merupakan data hasil penghitungan
daya beda soal secara manual.
48
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Daya Pembeda Soal
No. Nomor Soal Daya Beda
Keterangan Nomor Soal Daya Beda
Keterangan
1 1
0,23 Cukup
23 0,21
Cukup 2
2 0,54
Baik 24
0,54 Baik
3 3
0,38 Cukup
26 0,54
Baik 4
5 0,46
Baik 27
0,44 Baik
5 6
0,61 Baik
29 0,46
Baik 6
7 0,54
Baik 32
0,23 Cukup
7 8
0,59 Baik
33 0,31
Cukup 8
10 0,46
Baik 34
0,23 Cukup
9 11
0,44 Baik
38 0,46
Baik 10
12 0,54
Baik 40
0,46 Baik
11 13
0,52 Baik
45 0,31
Cukup 12
14 0,23
Cukup 46
0,29 Cukup
13 15
0,31 Cukup
48 0,29
Cukup 14
16 0,37
Cukup 49
0,46 Baik
15 17
0,29 Cukup
50 0,3
Cukup 16
18 0,62
Baik 51
0,21 Cukup
17 19
0,46 Baik
53 0,31
Cukup 18
20 0,23
Cukup 54
0,23 Cukup
19 21
0,35 Cukup
56 0,48
Baik 20
22 0,46
Baik 60
0,54 Baik
Berdasarkan serangkaian pengujian pada soal, diperoleh 25 butir soal yang dijadikan sebagai soal tes formatif yang dilakukan pada setiap akhir siklus.
3.6.3.2 Teknik Non Tes
Dalam penelitian ini teknik non tes yang digunakan, adalah observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi.
49
1 Observasi
“Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek p
engukuran” Widoyoko 2014: 64. Teknik observasi digunakan untuk menggambarkan
aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia menggunakan model Artikulasi. Observasi dilakukan oleh observer
dalam hal ini guru kelas V dan rekan peneliti dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa, dan lembar pengamatan performansi guru
menggunakan APKG I untuk menilai rencana pembelajaran dan APKG II digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran.
2 Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur.
Sugiono 2014: 191 menyatakan bahwa” wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya”. Wawancara digunakan untuk mengetahui kondisi awal dan permasalahan yang
terjadi. 3
Angket Angket atau kuesioner menurut Widoyoko 2012: 33 merupakan “metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan
permintaan pengguna”. Jenis angket yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup. Hal ini dikarenakan baik jumlah soal angket,
50 alternatif jawaban maupun responsnya sudah ditentukan, responden tinggal
memilihnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Angket digunakan untuk menilai sikap siswa ranah afektif terhadap
materi proklamasi kemerdekaan Indonesia sesuai dengan kebutuhan yang terdiri dari 4 pendapat atau pilihan jawaban. Angket dalam penelitian ini menggunakan
skala Likert dengan 4 alternatif jawaban atau pendapat, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Selanjutnya, skor untuk setiap item soal
dapat dibaca pada tabel berikut: Tabel 3.5 Skor Butir Soal pada Skala Likert
Jawaban Skor Pernyataan Positif
Skor Pernyataan Negatif Sangat Setuju
4 1
Setuju 3
2 Tidak Setuju
2 3
Sangat Tidak Setuju 1
4
4 Dokumentasi
Sugiono 2014: 326 menyatakan bahwa “dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu”. Dokumentasi dalam penelitian ini untuk
mengumpulkan data tentang : daftar nama siswa, hasil belajar siswa yang diperoleh sebelum dan sesudah pembelajaran IPS menggunakan model Artikulasi.
Selain itu, dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh observer.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis digunakan untuk mengolah dan menganalisis data performansi guru, aktivitas belajar, dan hasil belajar.
51
3.7.1 Aktivitas Belajar Siswa
Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia, maka analisis ini
dilakukan berdasarkan data hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa. Rumus untuk menentukan persentase aktivitas siswa yaitu sebagai berikut:
Prosentase = x 100
Yoni, dkk. 2010: 176 Tabel 3.6 Kriteria Keaktifan Siswa
Skor Keaktifan Kriteria
70 Aktif
35 – 70
Cukup Aktif 35
Kurang Aktif
Endang Poerwanti, dkk. 2008:7.7
3.7.2 Data Hasil Belajar Siswa
Rumus-rumus yang digunakan untuk mengolah data hasil belajar : 1
Menentukan Nilai Akhir Nilai Akhir =
x 100 BSNP 2007: 25
2 Menentukan rata-rata kelas
x = Ʃ� Ʃ�
Keterangan : x = nilai rata-rata
ƩX = Jumlah nilai
52 ƩN= jumlah siswa
Aqib, dkk, 2014: 40
3
Menentukan tuntas belajar klasikal
p =
Ʃ Ʃ
Tabel 3.7 Kriteria Keberhasilan Tuntas belajar Klasikal
Tingkat keberhasilan Kriteria
80 Sangat tinggi
60 – 79
Tinggi 40
– 59 Sedang
20 – 39
Rendah 20
Sangat rendah Aqib, dkk, 2014: 41
4 Menentukan nilai kerjaperformansi guru
R = Keterangan :
R = nilai performansi guru dalam merancang pembelajaran.
A = menentukan bahan perbaikan pembelajaran dan merumuskan
tujuanindikator perbaikan pembelajaran. B
= mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media alat bantu pembelajaran, dan sumber belajar.
C = merencanakan skenario perbaikan pembelajaran
D = merencanakan pengelolaan kelas perbaikan pembelajaran
E = merencanakan prosedur, jenis, dan menyiapkan alat penilaian
perbaikan pembelajaran F
= tampilan dokumen rencana perbaikan pembelajaran.
53
Y = Keterangan :
Y = nilai performansi guru dalam melaksanakan pembelajaran. A = mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran
B = melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran C = mengelola interaksi kelas
D = bersikap ternuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar
E = mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam perbaikan
pembelajaran mata pelajaran F
= melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar G = kesan umum pelaksanaan pembelajaran
Nilai akhir perencanaan dan pelaksanaan pembalajaran menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai Akhir =
x N PK I x N PK II
Andayani 2011: 61,76
Hasil dari perhitungan tersebut kemudian disesuaikan dengan kriteria keberhasilan perfomansi guru, sebagai berikut:
Tabel 3.8 Kriteria Keberhasilan Performansi Guru
Nilai Huruf Nilai Angka
Nilai Huruf Nilai Angka
A 86
– 100 C
61 – 65
AB 81
– 85 CD
56 – 60
B 71
– 80 D
51 – 55
BC 66
– 70 E
50
Pedoman akademik UNNES 2011:54
54
3.8 Indikator Keberhasilan
Untuk dapat mengetahui apakah model pembelajaran artikulasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar serta performansi guru, maka perlu
disusun indikator keberhasilan sebagai berikut:
3.8.1 Performansi guru dalam pembelajaran
Performansi guru ditandai dengan: 1
Guru dapat merancang pembelajaran model artikulasi 2
Guru dapat menggunakan model artikulasi. 3
Guru menguasai materi pembelajaran 4
Guru dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Performansi dikatakan mencapai indikator keberhasilan jika memperoleh
nilai minimal 71
3.8.2 Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa ditandai dengan: 1
Siswa aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model artikulasi dari awal samapi akhir.
2 Siswa antusias mengikuti pembelajaran.
3 Siswa bersedia bekerjasama dalam kelompok.
Skor aktivitas siswa dikatakan mancapai indikator keberhasilan jika memperoleh skor minimal 35.
3.8.3 Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa dikatakan mencapai indikator keberhasilan jika: 1
Nilai akhir sekurang-kurangnya 70 berdasarkan KKM yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPS.
55
2 Nilai rata-rata kelas sekurang-kurangnya 70.
3 Persentase tuntas klasikal sekurang-kurangnya 75 minimal 75 siswa
memperoleh skor 70.
72
BAB V PENUTUP
Penelitian yang berjudul “Peningkatan Pembelajaran Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui Model Artikulasi pada Siswa Kelas V Sekolah
Dasar Negeri 2 Somawangi Banjarnegara” telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan dan dikemukakan saran seperti berikut ini.
5.1 Simpulan
Merujuk pada hasil penelitian beserta pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran artikulasi dapat
meningkatkan performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar materi proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 2 Somawangi. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan: 1
Penerapan model pembelajaran artikulasi dalam pembelajaran materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat meningkatkan performansi guru.
Hal tersebut dapat dilihat pada perolehan nilai kemampuan guru dalam menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran. Peningkatan nilai
performansi guru sebesar 20,67 pada siklus I diperoleh nilai sebesar 73 dengan kriteria baik dan pada siklus II menjadi 93,67 dengan kriteria
sangat baik. Nilai tersebut menunjukkan bahwa guru sudah menguasai materi pelajaran dan langkah-langkah dalam menerapkan artikulasi pada
saat proses pembelajaran.
73
73 2
Penerapan model pembelajaran artikulasi dalam pembelajaran materi proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa siswa kelas V SD Negeri 2 Somawangi. Peningkatan aktivitas belajar siswa terlihat dari hasil observasi aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Hasil observasi tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 9,61. Persentase keaktifan belajar siswa pad siklus I sebesar 73,10 dan
pada siklus II sebesar 82,71 . 3
Penerapan model pembelajaran artikulasi dalam pembelajaran materi proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat meningkatkan hasil belajar siswa
siswa kelas V SD Negeri 2 Somawangi. Pada pembelajaran tersebut terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar
9,71. Pada siklus I terdapat 14 dari 25 siswa yang tuntas belajar. Persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 56 dengan
rata-rata nilai sebesar 71,6. Pada siklus II terdapat 24 dari 28 siswa yang tuntas belajar. Persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus II sebesar
85,71 dengan rata-rata nilai 80,53.
5.2 Saran