2.3 KERANGKA BERPIKIR
Sebelum adanya Penelitian Tindakan Kelas PTK di kelas IV SD Negeri Karangayu 02 Semarang tahun ajaran 20132014, model pembelajaran yang
digunakan oleh guru masih konvensional dan berpusat pada guru, sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Guru jarang menyampaikan materi dengan
menggunakan situasi nyata pada awal pembelajaran, dalam hal ini adalah permasalahan kontekstual contextual problem.
Guru menekankan
pada pendekatan
mekanistik yaitu
pendekatan pembelajaran matematika yang lebih menekankan pada latihan, dan penghafalan
rumus, siswa diberi drill soal secara individual terus menerus dalam pembelajaran sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa. Hal inilah yang menyebabkan siswa
terbiasa mengerjakan soal sendiri, sehingga siswa yang belum menguasai konsep akan merasa kesulitan untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Pada saat
pembelajaran berlangsung, media yang digunakan hanya papan tulis saja, guru jarang menggunakan media yang lain sehingga kurang menarik. Ketiadaan media dan alat
peraga dalam pembelajaran membuat siswa kesulitan dalam memahami konsep matematika secara abstrak. Situasi belajar yang seperti ini menyebabkan siswa pasif
karena siswa hanya cenderung mendengarkan penjelasan dari guru, dan belajar menjadi kurang bermakna. Data yang diperoleh dari hasil evaluasi mata pelajaran
matematika siswa kelas IV SD Negeri Karangayu 02 Semarang yang berjumlah 33 siswa menunjukkan sebanyak 60,6 siswa berada di bawah KKM, 20 siswa
mendapatkan nilai dibawah nilai 62 sedangkan 39,3 atau sebanyak 13 siswa yang lain sudah memenuhi KKM.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti terdorong untuk memperbaiki pembelajaran matematika dengan mengadakan Penelitian Tindakan
Kelas PTK melalui pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia berbantuan media manipulatif. Melalui pendekatan PMRI, siswa dapat
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan diberi permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Setelah diberikan tindakan dengan langkah-langkah seperti di atas, kondisi akhir yang diharapkan adalah hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan keterampilan
guru dapat meningkat sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan dan siswa akan lebih memahami konsep matematika. Dengan demikian, kualitas pembelajaran
matematika di kelas IV SD Negeri Karangayu 02 Semarang meningkat. Dari uraian tersebut, dapat dibuat skema kerangka berpikir sebagai berikut:
Kondisi Awal
1. Model pembelajaran konvensional, berpusat pada guru, dekontekstual. 2. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
3. Ketiadaan media dan alat peraga dalam pembelajaran. 4. Siswa kesulitan dalam memahami konsep matematika secara abstrak.
Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah pendekatan PMRI berbantuan media manipulatif: 1. Mempersiapkan media manipulatif sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa belajar. 3. Guru memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa dan
mencontohkan bagaimana menggunakan manipulatif. 4. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk diskusi.
5. Siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri dan bereksplorasi dengan media manipulatif.
6. Guru membimbing kegiatan siswa baik secara individu ataupun kelompok
7. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya dan mengomentari hasil kerja temannya.
8. Siswa menempel tabel manipulatif di kelas. 9. Mengarahkan siswa menemukan aturan yang bersifat umum
10. Guru mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari
Kondisi Akhir
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
2. Siswa menguasai konsep matematika.
3. Keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran meningkat.
4. Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika meningkat.
5. Hasil belajar siswa kelas IV akan meningkat.
Gambar 2.14 Bagan Kerangka Berpikir
2.4 HIPOTESIS TINDAKAN