17 anak diluar nikah. Salah satu penyebab terbentuknya keluarga dengan orang tua
tunggal adalah kehilangan akibat kematian pasangan atau perceraian.
B. Tinjauan Tentang Peran Pria Dalam Keluarga utuh
1. Pengertian
W.A. Gerungan 2004: 199 mengemukakan keutuhan keluarga adalah pertama-tama keutuhan dalam strukur keluarga, yaitu bahwa di dalam keluarga itu
adanya ayah di samping adanya ibu dan anak-anaknya. Apabila tidak ada ayahnya atau ibunya atau kedua-duanya, maka struktur keluarga tidak utuh lagi. Kedua,
keutuhan dalam interaksi keluarga, jadi bahwa di dalam keluarga berlangsung interaksi sosial yang wajar harmonis. Apabila orang tuanya sering bercekcok
dan menyatakan sikap saling bermusuhan dengan disertai tindakan-tindakan agresif, keluarga itu tidak dapat disebut utuh. Jadi dalam hal ini, struktur keluarga
dan interaksi sosial dalam keluarga sangat penting dalam pembentukan keutuhan
keluarga.
Dalam keluarga, pria bukan hanya sebagai pencari nafkah saja tetapi ia mempunyai tugas dan peran yang harus dijalankan demi kelangsungan hidup
anggota keluarganya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Lukman Ali, 1995: 751 peran didefinisikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan dari
seseorang yang mempunyai suatu status.
18
2. Peran Pria Dalam Keluarga
Seiring dengan perkembangan zaman, pembagian peran antara pria dan wanita mengalami perubahan. Hurlock 1980: 267 membagi dua konsep peran,
yaitu: a. konsep tradisional, menjelaskan bahwa di luar rumah pria menduduki posisi yang berwenang dan berprestise dalam masyarakat dan dunia bisnis, di
rumah pria pencari nafkah, pembuat keputusan, penasehat dan tokoh yang mendisiplin anak-anak, dan model maskulinitas bagi putera-puteranya. b. Konsep
egalitarian, menjelaskan bahwa di rumah maupun di luarnya pria bekerjasama dengan wanita sebagai rekan. Pria
tidak merasa “dijajah” apabila memperlakukan isterinya sebagai rekan yang sederajat. Begitu pula pria tidak merasa malu jika
isterinya mempunyai pekerjaan yang lebih berprestise atau berpenghasilan lebih besar dari dia.
Dari pendapat diatas dijelaskan bahwa ada perbedaan konsep peran pria dalam keluarga. Peran pria secara tradisional menekankan bahwa pria sebagai
pemegang kekuasaan dalam keluarga, yang berwenang untuk bekerja dan mencari nafkah. Sedangkan konsep egalitarian menekankan bahwa adanya
kesetaraan antara peran pria dan wanita dalam kedudukan maupun pekerjaan. Tri Marsiyanti dan Farida Harahap 2000: 10 mengemukakan bahwa peran
pria dalam keluarga meliputi : a. peran sebagai suami, b. peran sebagai ayah, c. peran sebagai anggota masyarakat. Secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
a. Peran pria sebagai suami, yakni pria berperan sebagai kepala keluarga dimana
seorang pria mempunyai banyak hak dan kewajiban dalam keluarganya. Dalam hal ini pria berperan dalam memelihara, memimpin dan membimbing
19 keluarga serta menyelamatkan rumah tangga. Dalam hal pendidikan anak, pria
berperan membantu istri dalam memberikan tauladan yang baik kepada istri dan anak.
b. Peran pria sebagai ayah, yakni pria berperan dalam pendidikan dan
pemeliharaan anak, bertanggungjawab atas perkembangan kepribadian anak, ayah berperan sebagai tempat perlindungan anak-anak.
c. Peran pria sebagai anggota masyarakat, dalam hal ini peran pria adalah
berperan dalam keanggotaan di masyarakat serta memenuhi kewajiban di dalam masyarakat seperti aktif dalam organisasi, kegiatan sosial.
Melihat peranan-peranan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran pria sangat penting tidak hanya di dalam keluarga saja sebagai suami atau ayah, namun
perannya di masyarakat juga sangat penting.
C. Tinjauan Tentang Penyesuaian Diri