Hubungan Subyek dengan Masyarakat

183 Menurut Fatchiah Kertamuda 2009: 56 mengungkapkan bahwa dalam mengatasi kehilangan pasangan, seseorang yang menduda membutuhkan dukungan dari keluarga. Secara emosional, dukungan keluarga menjadi kebutuhan dari setiap anggotanya. Hal ini dikarenakan keluarga menjadi tempat seseorang memperoleh kenyamanan, cinta, dukungan emosional. Selama menyesuaikan diri dengan kehidupan menduda, ketiga subyek mengaku bahwa sikap keluarga terhadap mereka tetap menerima dan mendukung. Sikap keluarga RW baik merasa apresiatif dan selalu menghormati RW sebagai keluarga tertua meski istri sudah tidak ada, sedangkan bentuk dukungan yang diberikan keluarga kepada MW berupa pemberian semangat untuk tidak berputus asa. Ketiga subyek selalu mendapat dukungan dari keluarga untuk menikah kembali.

b. Hubungan Subyek dengan Masyarakat

Setelah berpisah dengan istri baik karena kematian atau perceraian dengan istri memberikan dampak penilaian masyarakat terhadap perpisahan tersebut. Dalam penelitian ini, penilaian masyarakat terhadap status duda ketiga subyek dinilai baik. Ketiga subyek tidak merasakan tidak adanya anggapan negatif dari masyarakat sekitar. Masing-masing subyek tidak merasakan adanya masalah dalam interaksi dengan masyarakat sekitar, termasuk MW yang menduda karena perceraian. Meskipun masyarakat sekitar mengetahui dan memaklumi keadaan ketiga subyek, RW tetap merasa khawatir kalau ada fitnah mengenai dirinya, sedangkan pada MW masyarakat sekitar justru mendukung keputusan perceraian MW meski sebagian orang menolak perceraian dengan mantan istrinya. 184 Ketiga subyek sebagai anggota masyarakat memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar, hal tersebut terlihat dari subyek yang tidak pernah terlibat perselisihan dengan tetangga sekitar, sering bertegur sapa dan mengobrol dengan tetangga. RW yang berpisah karena kematian, saat ini RW sering merasa khawatir apabila ada fitnah mengenai dirinya. Sejalan dengan pendapat Tri Marsiyanti dan Farida Harahap 2000: 36 yang mengungkapkan bahwa setelah berpisah dengan istri secara sosial menimbulkan situasi krisis dimana status duda membuat sikap masyarakatpun akan berubah, seolah-olah kepercayaan dan penghargaan yang tadinya ada menjadi berkurang. Tidak jarang masyarakat mencurigai dan mencemooh tindakan mereka atau menyalah-artikan tindakan- tindakan tertentu secara tidak adil. Lain halnya dengan subyek yang bercerai. MW mendapatkan dukungan dari sebagian masyarakat untuk melakukan perceraian, saat ini masyarakat sekitar mendukung kerja keras MW dalam mengasuh dan mendidik anak. Saat berkumpul dengan masyarakat MW tidak merasa malu dan merasa tidak perlu menutup- nutupi karena masyarakat dapat menilai sendiri mana yang benar dan mana yang salah. Meskipun pendapat masyarakat sekitar bermacam-macam, masyarakat sekitar menilai dan mendukung perceraian MW sebagai jalan terbaik. Sejalan dengan pendapat Ihromi 2004: 143 yang mengungkapkan bahwa pada kasus perceraian masyarakat tidak lagi melihat sebagai sesuatu yang memalukan dan harus dihindarkan. Masyarakat dapat memahami perceraian sebagai salah satu langkah untuk menyelesaikan kemelut keluarga yang terjadi antara suami istri. 185 Pria menduda setelah berpisah dengan istri mereka menyesuaikan kembali dalam perannya di lingkungan sosial. Ketiga subyek dalam penelitian ini menyesuaikan kehidupan sosialnya sebagai anggota masyarakat. Untuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya maka subyek perlu melakukan adanya interaksi sosial dengan masyarakat. Soekanto dalam Burhan Bungin, 2006: 55 menyebutkan interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antar orang-perorangan, antara kelompok- kelompok manusia, maupun antar orang-perorangan dengan kelompok manusia. Hasil penelitian yang dilakukan dengan ketiga subyek diketahui bahwa ketiga subyek masih mengikuti kegiatan yang ada dalam masyarakat namun tidak sering dan hanya sekali-sekali. Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa ketiga subyek masih mengikuti kegiatan sosial yang ada dalam masyarakat. Namun subyek DH dan MW dalam keikutsertaan di kegiatan sosial terhitung tidak sering dan hanya sekali-sekali karena intensitasnya hanya sebulan sekali. Sedangkan subyek RW semakin aktif dalam mengikuti kegiatan sosial seperti rapat RT, pengurus yayasan sebagai sekretaris dan juga sering terlibat dalam gotong royong dan kepanitaan dalam pembangunan masjid. Setelah menjadi duda, saat ini RW menambah kegiatan sosial dengan mengikuti persatuan IPHI Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia. Sejalan dengan pendapat Papalia dan Olds 2008: 966 yang mengungkapkan bahwa pria menduda yang dapat menyesuaikan diri dengan amat baik adalah mereka yang tetap sibuk, mengambil peran baru seperti pekerjaan berbayarsukarelawan baru, atau amat terlibat dalam aktivitas berkelanjutan. 186 Mereka sering bertemu dengan teman-teman dan mereka bisa mungkin bergabung dengan kelompok support atau self-help. Keadaan bepisah dengan istri mengakibatkan ketiga pria mempunyai peran baru dalam keluarganya yakni sebagai pengurus rumah tangga sehingga mereka membutuhkan waktu lebih banyak untuk memperhatikan perkembangan anak. Dalam hal ini, RW dan MW mempunyai masalah dalam penyesuaian diri terhadap perannya sebagai pencari nafkah dan pengurus rumah tangga sehingga berdampak pada interaksinya dan komunikasi dengan keluarga dan masyarakat. DH, MW membatasi interaksinya dengan keluarga dan masyarakat karena kesibukan bekerja mencari nafkah, sedangkan pada RW lebih membatasi karena kesibukan bekerja dan menyelesaikan pendidikan. Sejalan dengan pendapat Ihromi 2004: 156 yang mengatakan bahwa masalah utama yang dihadapi oleh mantan pasangan suami isteri setelah perceraian adalah masalah penyesuaian kembali terhadap peranan masing-masing serta hubungan dengan lingkungan sosial. Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan mengenai penyesuaian diri pada pria menduda ditinjau dari aspek sosial yaitu bahwa setelah kepergian istri, masing-masing subyek mengalami perubahan dalam hubungan sosialnya. Saat awal berpisah dengan istri subyek yang mengalami kematian istri secara sosial menutup diri dan sering berada di rumah. Kedua subyek menunjukkan interaksi yang baik dengan keluarga dan masyarakat yakni tetap menjalin komunikasi dengan keluarga sendiri dan keluarga mantan istri. Namun subyek yang bercerai memiliki hubungan tidak baik dengan keluarga maupun mantan istri. Ketiga subyek selalu mendapatkan dukungan dari keluarga, perpisahan 187 dengan istri memberikan dampak positif yakni hubungan dengan keluarga menjadi lebih dekat, ketiga subyek merasa lebih dekat keluarga terutama subyek yang memiliki anak semakin dekat dengan anak. Penilaian masyarakat terhadap status pria sebagai duda berbeda antara duda yang ditinggal mati istri dengan duda yang bercerai. Pada duda yang ditinggal mati merasa tidak adanya anggapan negatif dari masyarakat sekitar. Masing-masing subyek tidak merasakan tidak ada masalah dalam interaksi dengan masyarakat sekitar, termasuk MW yang menduda karena perceraian. Akan tetapi RW yang menjadi duda karena ditinggal mati terkadang merasa khawatir kalau ada fitnah mengenai dirinya, sedangkan pada subyek yang bercerai tidak merasa malu mengenai perceraiannya karena masyarakat menilai dan memaklumi merupakan jalan terbaik untuk kehidupan keluarga. Ketiga subyek tetap mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat,hanya saja subyek DH dan MW mengikuti kegiatan sosial yang intensitas pertemuan hanya sebulan sekali. Sedangkan pada RW setelah berpisah dengan istri cenderung aktif dalam kegiatan sosial, subyek RW menambah kegiatan sosial menjadi sekretaris yayasan dalam pembangunan masjid dan menjadi pengurus IPHI Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia. Setelah berpisah dengan istri, ketiga pria yang menduda mempunyai peran baru dalam keluarganya yakni sebagai pengurus rumah tangga sehingga mereka membutuhkan waktu lebih banyak untuk memperhatikan perkembangan anak. Dalam hal ini, subyek yang memiliki anak mempunyai masalah dalam penyesuaian diri terhadap perannya sebagai pencari nafkah dan pengurus rumah tangga sehingga berdampak pada interaksi dan 188 keikutsertaan dalam kegiatan sosial. DH, MW membatasi interaksinya dengan keluarga dan masyarakat karena kesibukan bekerja mencari nafkah, sedangkan pada RW lebih membatasi karena kesibukan bekerja dan menyelesaikan pendidikan.

4. Penyesuaian Diri Pada Pria Menduda Ditinjau dari Aspek Ekonomi