Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

34 defense reaction rasionalisasi, represi, proyeksi, sour grapes, aggressive reaction, serta escape reaction.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Menurut Sunarto dan Hartono 2002: 229 penentu penyesuaian identik dengan faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan terbentuknya pribadi secara bertahap. Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Kondisi-kondisi fisik, termasuk di dalamnya keturunan kondisi-kondisi fisik, termasuk di dalamnya keturunan, konstitusi fisik, susunan saraf, kelenjar, dan sistem otot, kesehatan, penyakit, dan sebagainya b. Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual, sosial, moral dan emosional c. Penentu psikologis, termasuk di dalamnya pengalaman, belajarnya, pengkondisian, penentu diri self-determination, frustasi, dan konflik d. Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah e. Penentu kultural, termasuk agama Selanjutnya Sunarto dan Hartono 2002: 229-235 menjelaskan faktor- faktor di atas sebagai faktor-faktor yang menentukan penyesuaian diri diantaranya: a. Kondisi jasmaniah Kondisi jasmaniah seperti pembawaan dan strukturkonstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunankonstitusi tubuh karena struktur 35 merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa system saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya. Gangguan penyakit kronis dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan pada diri sendiri, perasaan rendah diri, ketergantungan, perasaaan ingin dikasihani dan lain sebagainya. b. Perkembangan, kematangan Pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Di samping itu, hubungan antara penyesuaian diri dengan perkembangan dapat berbeda menurut jenis aspek perkembangan yang dicapai. Kondisi-kondisi perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti: emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual. c. Penentu Psikologis 1 Pengalaman. Pengalaman-pengalaman tertentu yang mempunyai arti dalam penyesuaian diri adalah yang menyenangkan dan pengalaman traumatik menyusahkan. Pengalaman yang menyenangkan cenderung akan menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik, dan sebaliknya pengalaman traumatik akan menimbulkan penyesuaian yang kurang baik atau mungkin salah suai. 36 2 Belajar. Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri, karena melalui proses belajar ini akan berkembang pola-pola respon yang akan membentuk kepribadian. Dalam proses penyesuaian diri belajar merupakan suatu proses modifikasi tingkah laku sejak fase-fase awal dan berlangsung terus sepanjang hayat dan diperkuat dengan kematangan. 3 Determinasi diri. Dalam proses penyesuaian diri selain faktor diatas, individu itu sendiri yang menentukan, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai sesuatu yang baik atau buruk, untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi, dan atau merusak diri. Determinasi diri mempunyai peranan yang penting dalam proses penyesuaian diri karena mempunyai peranan dalam pengendalian arah dan pola penyesuaian diri. Keberhasilan atau kegagalan penyesuaian diri akan banyak ditentukan oleh kemampuan individu dalam mengarahkan dan mengendalikan dirinya, meskipun sebetulnya situasi dan kondisi tidak menguntungkan bagi penyesuaian dirinya. 4 Konflik. Beberapa konflik dapat bermanfaat untuk memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan. Cara seseorang mengatasi konfliknya dengan meningkatkan usaha ke arah pencapaian tujuan yang menguntungkan seacra sosial, atau mungkin sebaliknya ia memecahkan konflik dengan melarikan diri, khususnya lari ke dalam gejala-gejala neurotis. 37 d. Lingkungan 1 Pengaruh rumah dan keluarga. Faktor rumah dan keluarga merupakan faktor yang sangat penting, karena keluarga merupakan kelompok sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan dikembangkan di masyarakat. 2 Hubungan anak dan orangtua. Dalam hal ini bagaimana bentuk komunikasi orang tua dengan anak, bentuk kedekatan, penerimaan, serta dukungan yang diberikan anak kepada orang tua atau sebaliknya. 3 Hubungan saudara. Suasana hubungan saudara yang penuh persahabatan, kooperatif, saling menghormati, penuh kasih sayang, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik. Sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri. 4 Masyarakat. Kedaaan lingkungan masyarakat dimana individu berada merupakan kondisi yang menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Kondisi studi menunjukkan bahwa banyak gejala tingkah laku salah suai bersumber dari keadaan masyarakat. 5 Sekolah. Sekolah mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial, dan moral para siswa. Suasana di sekolah baik sosial maupun psikologis menentukan proses dan pola penyesuaian diri. 38 e. Kultural dan agama Lingkungan kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola penyesuaian dirinya. Agama memberikan suasana psikologis dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya. Agama juga memberikan suasana damai dan tenang. Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah faktor intern yakni kondisi jasmaniah, perkembangan kematangan, penentu psikologis pengalaman, belajar, determinasi diri,konflik dan faktor ekstern yakni lingkungan, hubungan anak dengan orang tua, hubungan saudara, masyarakat, sekolah, kultural dan agama

D. Tinjauan Tentang Pria Menduda

1. Pengertian Pria Menduda

Hilangnya pasangan akibat putusnya ikatan perkawinan yang sah membuat status baru bagi pria yang pernah menikah, yakni duda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Lukman Ali, 1955: 277 istilah duda didefinisikan sebagai laki- laki yang kematian istri atau yang telah bercerai dari istrinya. Senada dengan Kamus Istilah Sosiologi Anidal Hasjir, 1984: 114 mendefinisikan duda adalah seorang suami yang isterinya sudah meninggal atau bercerai dan dia belum menikah lagi. Sedangkan menduda adalah keadaan pria yang isterinya meninggal atau telah bercerai dengan isterinya dan belum menikah lagi.