Proses Persepsi PERSEPSI SISWA TERHADAP KEDISIPLINAN

21 kedekatan, dan kecenderungan individu melengkapi hal-hal yang belum lengkap Alex Sobur 2013:462-46. Selain pengelompokan, proses organisasi persepsi mengikuti dimensi bentuk timbul dan latar. Alex Sobur 2013:463 memaparkan bahwa bentuk timbul dan latar merupakan proses persepsi yang paling menarik karena dalam melihat rangsang ada kecenderungan individu untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol. Gejala lain yang tidak menonjol cenderung menjadi latar belakang. Hasil intepretasi yang dilakukan individu cenderung menetap. Hal ini seperti pendapat Alex Sobur 2013:463 yang menyatakan bahwa kemantapan persepsi merupakan suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi dan perubahan konteks tidak mempengaruhinya. c. Reaksi Reaksi merupakan terjemahan dari hasil intepretasi Alex Sobur, 2011:447. Hal ini tidak lepas dari pandangan dari segi psikologi kognitif yang memandang bahwa perilaku merupakan fungsi dari cara individu memandang sesuatu. Dari pemaparan-pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen dalam proses persepsi meliputi: seleksi, intepretasi, dan reaksi dalam bentuk perilaku. Pada tahap seleksi, perhatian seseorang akan memilih objek terfokus pada objek. Sedangkan pada tahap intepretasi, seseorang akan memberikan intepretasi mengenai objek. Terdapat 2 macam pola yang muncul ketika seseorang mempersepsikan kedisiplinan. 22 Individu akan mulai menggeneralisasikan persepsinya ketika melihat suatu fenomena kecil diberlakukan untuk menilai cakupan yang lebih luas. Demikian pula dapat terjadi hal yang sebaliknya.

3. Pola Pengorganisasian Persepsi

Ada permasalahan-permasalahan yang muncul ketika seseorang mengorganisasikan persepsi. Organisasi persepsi sesuai pendapat Atkinson, Atkinson, Hilgard 1983: 209 dinyatakan sebagai sejumlah fenomena persepsi yang berhubungan dengan bagaimana satu bagian dari sebuah stimulus muncul sehubungan dengan stimulus lain. Dijelaskan lebih lanjut oleh Bimo Walgito 2004:93 yang menyatakan bahwa terdapat 2 teori yang berbeda mengenai organisasi persepsi. Kedua kecenderungan mengorganisasi persepsi tersebut, diantaranya: a. Bimo Walgito 2004:93 menyatakan bahwa dalam teori elemen individu mempersepsikan sesuatu maka yang dipersepsikan mula- mula adalah hal yang sekunder. Jadi, ketika seseorang mempersepsikan sesuatu maka ia akan mempersepsikan bagian- bagiannya baru keseluruhannya. b. Teori Gestalt Bimo Walgito, 2004:93 memandang bahwa ketika seseorang mempersepsikan sesuatu, yang primer adalah keseluruhannya. Bagian-bagian dari apa yang dipersepsikan adalah sekundernya. Penjelasan teori Gestalt seperti pendapat Dimyati Mahmud 1990:43 yang menyatakan bahwa individu cenderung menyusun stimulus sepanjang garis tendensi alamiah yang berkaitan 23 dengan fungsi menyusun dan mengelompokkan di dalam otak. Sebagai dampak dari pengorganisasian stimulus mengikuti Gestalt, maka muncul fenomena gambar dan latar. Atkinson, Atkinson, Hilgard 1999: 209 menjelaskan bahwa pola geometrik selalu dihayati sebagai gambar terhadap suatu latar belakang. Stimulus yang telah diorganisasi dalam gambar dan latar merupakan dasar pemetaan stimulus. Berdasarkan pemaparan-pemaparan ahli di atas, dapat dinyatakan jika terjadi perbedaan dalam mempersepsikan sesuatu. Individu dapat mempersepsikan hal yang umum menuju khusus ataupun sebaliknya. Individu juga dapat mempersepsikan mulai dari hal khusus menuju ke hal yang lebih umum. Dalam mempersepsikan sesuatu, individu cenderung mengelompokkan, dan melihat hal-hal yang paling menonjol sebagai objek persepsi. Dalam mempersepsikan sesuatu selain menggunakan pola tertentu, juga dipengaruhi oleh beberapa hal.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Hasil persepsi antara siswa satu dengan siswa yang lain akan berbeda dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya: a. Intensitas Rangsangan yang intensitas kemunculannya lebih besar lebih banyak mendapatkan tanggapan dari pada rangsangan yang intensitasnya sedikit Alex Sobur, 2013: 453. Siswa yang lebih dahulu duduk di sekolah, tentu memiliki intensitas menjumpai 24 kedisiplinan yang lebih tinggi. Hal tersebut memungkinkan munculnya pengalaman siswa terhadap kedisiplinan di sekolah tersebut. b. Pengalaman Faktor pengalaman mempengaruhi individu untuk menemukan gejala yang serupa dengan pengalaman pribadinya Alex Sobur, 2013:452. Sejalan dengan pendapat tersebut, Morkowitz dan Orgel Bimo Walgito, 1997:54 menyatakan bahwa persepsi merupakan proses terintegrasi dari individu terhadap stimulus yang diterimanya, dan pengalaman yang dimiliki individu secara aktif mengikuti persepsi. Berdasarkan pada pemahaman dari dua pendapat tersebut, maka intensitas siswa dengan kedisiplinan memunculkan pengalaman. Pengalaman siswa terhadap kedisiplinan mempengaruhi hasil persepsi siswa terhadap kedisiplinan. c. Nilai Nilai yang dimiliki individu sebagai hasil interaksi hidup bermasyarakat dapat mempengaruhi intepretasi seseorang. Seperti pendapat Sarlito Wirawan Sarwono 2012:105 yang menyatakan bahwa sistem nilai yang berlaku di masyarakat berpengaruh terhadap bagaimana individu mempersepsikan sesuatu. d. Kebutuhan Sarlito Wirawan Sarwono 2012:105 menyatakan bahwa kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang akan