Perkembangan Kognitif Siswa SMK Sebagai Remaja
54
Santrock, 2003:451 menyatakan bahwa perkembangan moral remaja tidak dapat dilepaskan dari kombinasi faktor sosial dan kognitif terutama
yang berkaitan dengan kontrol diri. Moral sendiri menurut pendapat Rita Eka Izzaty 2008: 143 merupakan ajaran tentang baik buruk, benar salah,
akhlak, dan aturan yang harus dipenuhi. Moral berfungsi sebagai kendali dan kontrol dalam berperilaku. Rita Eka Izzaty 2008: 147 menyatakan
bahwa dilihat dari sudut pandang Kohlberg, maka remaja seharusnya sudah mencapi tingkat pasca konvensional dan stadium 5. Pada stasium
lima individu menyadari akan kontrak individu dengan masyarakat. Individu mau untuk diatur oleh hukum-hukum di masyarakat.
Implikasinya adalah individu mengadakan penyesuaian diri karena menginginkan kehidupan berasama yang diatur. Namun, terkadang
dijumpai pula remaja yang masih bertindak sekedar untuk menghindari hukuman dan mengharap imbalan padahal perilaku ini mencerminkan
tahap
preconventional.
Dinamika perkembangan kognitif di atas, akan berujung pada hasil akhir yaitu pengambilan keputusan. Santrock 2003:140 menyatakan
bahwa seorang remaja yang lebih tua sering mengambil keputusan yang lebih baik dari pada yang lebih muda. Byrnes Santrock, 2011: 352
menambahkan bahwa kemampuan mengatur emosi seseorang dalam membuat
keputusan, mengingat
keputusan sebelumnya,
dan konsekuensinya, serta menyesuaikan keputusan berikutnya yang dibuat
atas dasar konsekuensi meningkat seiring pertambahan usia hingga tahun-
55
tahun awal masa dewasa. Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan yang dilakukan remaja, Santrock 2011:353 menyakan bahwa remaja
membutuhkan banyak kesempatan untuk melatih dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis. Banyak keputusan dunia nyata
yang mengenai hal seperti narkoba terjadi dalam suasana menekan yang mencakup pembatasan waktu dan pelibatan emosional. Pengambilan
keputusan remaja dipengaruhi oleh
dual-process model
yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan remaja dipengaruhi oleh sistem kognitif,
yang pertama yaitu analitis dan eksperimental yang saling bersaing satu dengan lain.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Jacob Potenza Santrock, 2003:140 menyatakan bahwa kemampuan
seseorang untuk mengambil keputusan yang tepat tidak menjamin dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, karena adanya unsur keluasan
pengalaman. Selain itu dalam sumber yang sama Mann, Harmoni Power menyatakan bahwa banyak pula keputusan dalam dunia nyata yang
diambil dalam situasi stress yang mengandung faktor keterbatasan waktu dan pelibatan emosional.
Dampak dari perkembangan kognitif lain yaitu munculnya egosentris remaja. Elkind Santrock, 2012:424 menyatakan bahwa
remaja memiliki kencenderungan
imaginary audience
dan
personal fable.
Kecenderungan
imaginary audience
yaitu keyakinan remaja bahwa dirinya orang lain memiliki minat pada dirinya termasuk perilaku menarik
perhatian. Sementara,
personal fable
yaitu bagian yang mengandung
56
penghayatan dirinya bahwa dirinya unik dan tidak terkalahkan. Hal ini berimplikasi bahwa remaja cenderung menganggap dirinya kebal dari
bahaya. Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas dapat disimpulkan
bahwa perkembangan kognitif siswa sekolah menengah kejuruan sebagai remaja sangat kompleks. Dampak dari perkembangan kognitif remaja
yaitu munculnya egosentris dan berdampak pada pengambilan keputusan.