13
BAB II KAJIAN TEORI
A. PERSEPSI SISWA TERHADAP KEDISIPLINAN
1. Definisi Persepsi Siswa terhadap Kedisiplinan
Persepsi siswa terhadap kedisiplinan sering dimaknai juga dengan anggapan siswa mengenai kedisiplinan. Siswa atau peserta didik yang
duduk di satuan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kedisiplinan. Menanggapi hal tersebut muncul berbagai anggapan mengenai
kedisiplinan terutama bagi siswa sebagai subjek pendidikan di sekolah. Adanya kedisiplinan, harapannya para siswa tidak melanggar aturan-
aturan yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Kedisiplinan tersebut memungkinkan menjadi landasan siswa dalam berperilaku di sekolah.
Namun, pada kenyataannya masih dijumpai sebagian siswa yang menganggap kedisiplinan itu sesuatu yang tidak penting. Untuk
menciptakan kondisi disiplin yang tinggi diperlukan perubahan tingkah laku siswa ke arah ketaatan pada peraturan. Untuk mengubah perilaku,
dapat dimulai dengan mengubah persepsinya Alex Sobur, 2013:447. Sarlito Wirawan Sarwono 2012: 86 mendefinisikan persepsi
sebagai kemampuan
untuk membedakan,
mengelompokkan, memfokuskan. Persepsi berlangsung ketika seseorang menerima stimulus
dari dunia luar yang ditangkap oleh organ yang kemudian masuk ke dalam otak. Di dalam otak terjadi proses berpikir yang terwujud dalam sebuah
pemahaman. Pemahaman ini kemudian disebut persepsi. Hal ini sejalan
14
dengan pendapat Bimo Walgito 2010: 99 yang menyatakan bahwa persepsi didahului oleh proses penerimaan stimulus oleh indera sensori,
stimulus yang diindera kemudian diorganisasi dan diintepretasi sehingga individu menyadari apa yang diindera persepsi. Berdasarkan
pemahaman tersebut, dapat dinyatakan bahwa proses penginderaaan sebagai proses awal sebelum persepsi, maka persepsi tidak dapat lepas dari
proses penginderaan. Persepsi tidak hanya sebatas anggapan akan tetapi persepsi dapat
memiliki keterkaitan dengan perilaku siswa. Setelah terjadi intepretasi terhadap suatu objek, biasanya individu cenderung berperilaku sesuai
dengan hasil intepretasinya. Padahal, hasil intepretasi seseorang tidak selalu tepat sesuai dengan yang sesungguhnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Alex Sobur 2013:447 yang menyatakan bahwa pembulatan informasi dapat sampai diterjemahkan ke bentuk tingkah laku.
Sementara, Atkinson,
Atkinson, Hilgard
1999: 201
mendefinisikan persepsi sebagai proses untuk mengorganisasi dan menafsirkan stimulus dalam lingkungan. Proses menafsirkan stimulus dari
lingkungan menunjukkan bahwa manusia membutuhkan objek untuk dipersepsikan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Bimo Walgito 2004:96
menyatakan bahwa objek persepsi dapat berasal dari luar dari diri seseorang. Persepsi yang berasal dari luar diri individu yang berwujud
nonmanusia maka disebut persepsi benda-benda atau
things perception
. Atkinson, Atkinson, Hilgard 1999: 221-222 menambahkan bahwa
15
penghayatan merupakan hipotesis yang dianjurkan oleh data kognitif, yang mana hipotesis menekankan adanya sifat aktif persepsi. Dalam berbagai
situasi, sering hanya ada satu penafsiran data sensoris yang logis dan pencarian data yang tepat berlangsung begitu cepat tanpa disadari. Setiap
hipotesis itu, tidak hanya bergantung pada ciri objek melainkan juga didukung adanya pengalaman dimasa lampau.
Sejalan dengan pendapat Atkinson,et.al, Bimo Walgito 2010:100 menyatakan
bahwa persepsi
merupakan pengorganisasian,
pengintepretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga menjadi sesuatu yang berarti. Lebih lanjut Bimo Walgito menjelaskan bahwa
persepsi merupakan aktivitas terintegrasi dalam diri inidvidu, sehingga apa yang ada pada diri individu akan mempengaruhi hasil persepsi. Hal ini
berimplikasi bahwa hasil persepsi antar orang satu dengan yang lain akan berbeda. Davidolff Bimo Walgito, 2010:100 menambahkan dengan
persepsi, seseorang akan menyadari tentang keadaan sekitarnya dan juga keadaan diri sendiri.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
definisi persepsi
yaitu kemampuan
individu untuk
mengorganisasikan dan mengintepretasikan suatu objek. Persepsi siswa terhadap kedisiplinan yaitu bagaimana siswa mengorganisasikan dan
mengintepretasikan kedisiplinan. Hal ini akan terkait dengan pengalaman siswa dalam pelaksanaan kedisiplinan di sekolah. Sebagai contoh yaitu
memberlakukan pengadaan pembinaan terhadap siswa yang tidak