Kerangka Berpikir KAJIAN TEORI
62
dengan mempertimbangkan realitas peraturannilai. Jika siswa berpikir dengan mempertimbangkan peraturan maka kontrol kognitif siswa akan
tinggi, sedangkan apabila siswa berpikir cenderung irrasional impulsif, maka kontrol kognitif siswa akan rendah.
Ketika seseorang menghadapi situasi tertentu, tidak hanya aspek kognitif yang berusaha membaca keadaan namun kondisi emosi seseorang juga
menentukan bagaimana ia merespon keadaan. Apabila seseorang dapat mengarahkan emosi yang dapat diterima lingkungan, maka ia akan berhasil
menghadapi situasi. Emosi seseorang juga dipengaruhi oleh intepretasinya pada suatu objek. Hasil penilaian kognitif akan mempengaruhi bagaimana
seseorang dalam mengeksplorasi emosinya. Apabila individu mengintepretasi bahwa kedisiplinan cenderung negatif maka ia akan beremosi bahwa
kedisiplinan sesuatu yang tidak menyenangkan. Demikian juga dapat terjadi hal yang sebaliknya.
Kondisi emosi seseorang juga mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh individu. Apabila seseorang dalam kondisi marah maka
ia akan cenderung mengambil keputusan yang kurang bijaksana. Di sisi lain, apabila seseorang sedang dalam kondisi senang atau tidak mengalami
perasaan tertekan, ia akan mengambil keputusan yang lebih masuk akal. Dari pemaparan-pemaparan di atas, dapat dinyatakan bahwa intepretasi
siswa mengenai kedisiplinan mewarnai langsung perilaku seseorang. Selain itu, intepretasi juga mempengaruhi bagaimana seseorang beremosi yang
merupakan prediktor penting dari
self-control.
Intepretasi dan emosi seseorang
63
juga mewarnai proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh individu sebelum individu berperilaku sesuai hasil keputusannya. Sebagai contoh,
apabila individu mengintepretasi bahwa kedisiplinan bermanfaat, maka ia akan cenderung menerima dengan senang hati untuk berperilaku disiplin.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa intepretasi siswa positif terhadap kedisiplinan maka perilaku disiplin akan akan tinggi,
sedangkan apabila intepretasi siswa negatif terhadap kedisiplinan maka perilaku disiplin akan rendah. Selain itu,
self-control
juga menjadi prediktor penting perilaku kedisiplinan siswa. Jika
self-control
siswa tinggi maka perilaku melanggar akan rendah, sedangkan jika
self-control
rendah maka perilaku melanggar siswa akan tinggi. Intepretasi terhadap kedisiplinan selain
mewarnai langsung pada perilaku disiplin, juga mewarnai kondisi
self- control
. Sehingga intepretasi terhadap kedisiplinan dan
self-control
secara bersama-sama akan berhubungan dengan perilaku kedisiplinan. Apabila
intepretasi siswa positif terhadap kedisiplinan, maka
self-control
siswa tinggi yang akan berkontribusi terhadap tingginya angka kedisiplinan. Di sisi lain,
apabila intepretasi siswa negatif terhadap kedisiplinan, maka
self-control
siswa rendah yang akan berkontribusi terhadap rendahnya perilaku disiplin. Untuk memperjelas mengenai kerangka berpikir, gambar 1 akan menyajikan
mengenai keterkaitan ketiga variabel.
64
Gambar 1. Visualisasi Keterkaitan antar Variabel