25
mempengaruhi persepsi orang tersebut. Kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dari tiap individu berpengaruh terhadap bagaimana ia
mempersepsikan terhadap sesuatu. Siswa akan cenderung mempersepsikan kedisiplinan sesuai dengan apa yang dibutuhkan
maupun apa yang diinginkannya. Apabila siswa merasa terkekang akan kedisiplinan, memungkinkan siswa akan menganggap tidak
penting kedisiplinan. Hal ini sesuai dengan pendapat Alex Sobur 2013:452 yang menyatakan bahwa seseorang yang membutuhkan
sesuatu cenderung melihat apa yang dibutuhkannya, misalnya seorang yang haus maka ia akan melihat air. Berdasarkan pada pendapat ini
dapat disimpulkan bahwa siswa yang merasa membutuhkan disiplin sebagai pedoman berperilaku maka ia akan menganggap kedisiplinan
merupakan sesuatu yang penting. Seperti yang telah dikemukakan di depan bahwa dengan mengubah
persepsi memungkinkan seseorang mengubah perilakunya. Maka apabila siswa memiliki persepsi yang negatif memungkinkan siswa melakukan
pelanggaran disiplin. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai disiplin dan pelanggaran disiplin di sekolah.
26
B. TINGKAT KEDISIPLINAN
1. Pengertian Tingkat Kedisiplinan
Kedisiplinan yang diterapkan di sekolah, memunculkan fenomena siswa melanggar dan siswa yang patuh terhadap kedisiplinan. Siswa yang
melanggar kedisiplinan akan berperilaku tidak sesuai dengan aturan yang diterapkan di sekolah. Padahal kedisiplinan dapat memberikan arahan
perilaku pada siswa. Emile Durkheim Lichona,2012: 166 mendefinisikan disiplin
sebagai sisi-sisi moralitas yang ada di dalam sebuah kelas sebagai bagian dari masyarakat yang kecil. Lebih lanjut Emile Durkheim menjelaskan
bahwa disiplin berfungsi untuk memberikan kode moral yang membuat disiplin. Dengan adanya indikator batasan-batasan perilakukode moral,
siswa akan terbantu untuk menentukan mana perilaku yang harus dilakukan dan mana perilaku yang tidak boleh dilakukan. Tanpa adanya
batasan perilaku akan muncul perilaku siswa yang bermacam-macam sehingga kondisi di sekolah tidak kondusif. Kegiatan pembelajaran di
sekolah pun berjalan kurang efektif. Adanya permasalahan disiplin siswa di sekolah sangat beragam, maka dibutuhkan disiplin sebagai kendali
perilaku siswa. Selain itu disiplin dapat digunakan guru sebagai cara untuk menekan perilaku yang tidak diinginkan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Cowley 2010: 197 yang menyatakan bahwa kebijakan perilaku yang efektif dan dipikirkan dengan matang dapat membantu untuk
mengendalikan perilaku siswa.
27
Berbeda dengan pendapat di atas, The Liang Gie Novan Ardy Wiyani, 2013:159 mengartikan disiplin sebagai suatu keadaan tertib yang
mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan yang telah ada dengan senang hati. Berdasarkan pendapat ini
dapat diterjemahkan bahwa disiplin merupakan keadaan apabila semua siswa di lingkungan sekolah meninggalkan larangan dan menjalankan
kewajiban yang ditetapkan sekolah. Sejalan dengan pendapat tersebut, dalam buku gerakan disiplin nasional Suhedi Hendro,1996:130
dinyatakan jika disiplin merupakan ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan bermasyarakat. Selain itu disiplin merupakan sikap dan
perilaku yang mencerminkan tanggungjawab. Perilaku dan sikap tanggungjawab tersebut dilakukan atas dasar keyakinan atas sesuatu yang
benar dan bermanfaat untuk dirinya. Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman 2002:97 menambahkan bahwa hakikat disiplin merupakan
pernyataan sikap mental individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran.
Pendapat yang relevan mengenai disiplin seperti dikemukakan oleh Ngainun Naim 2012:143 yang menyatakan bahwa disiplin merupakan
ketaatan terhadap peraturan dan ketentuan tanpa pamrih. Menaati peraturan tanpa pamrih ini dapat terwujud apabila adanya kesadaran dalam
diri individu bahwa mengikuti aturan merupakan kewajiban yang dimiliki individu. Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa kesadaran
menjadi poin penting dalam kedisiplinan. Ngainun Naim 2012:143
28
menambahkan pula bahwa untuk membangun disiplin dibutuhkan suatu proses yang panjang, agar disiplin menjadi kebiasaan yang melekat kuat
dalam diri anak. Jadi kondisi disiplin bukan sesuatu yang dapat dihasilkan dengan cara cepat, namun membutuhkan proses serta kerja keras dari
semua pihak. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat dikatakan jika disiplin
merupakan ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan yang telah ditetapkan di suatu lembaga. Perilaku tidak taat diwujudkan dengan
perilaku memberontak dari peran-peran yang sudah ditetapkan untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka mencapai tujuan. Pada
siswa yang berada di lingkungan sekolah, perilaku melanggar diwujudkan dengan melanggar keharusan dan larangan yang ada di sekolah. Lichona
2012: 166 menyatakan bahwa pada saat ini sedikit dari siswa yang menghormati guru, dan figur-figur lain yang memiliki otoritas di sekolah.
Dalam pelaksanaan kedisiplinan dijumpai berbagai penyimpangan kedisiplinan yang dilakukan oleh para siswa. Maka dalam penelitian ini,
peneliti hendak melihat tingkat kedisiplinan siswa SMK Karya Rini Yogyakarta. Tingkat kedisiplinan siswa dapat dilihat pada frekuensi
perilaku ketidaktaatanketidakpatuhan, didukung rendahnya kesadaran dan tanggungjawab siswa dalam melaksanakan mengenai apa yang seharusnya
dilakukan dan apa yang seharusnya dihindari berdasarkan pedoman berperilaku yang dikembangkan di sekolah.