Laporan Akhir
V-41
tangkap maupun perikanan budidaya. Akan tetapi guna menentukan pusat, sub-pusat dan sub-sub pusat kawasan Minapolitan Kabupaten Jember perlu
dilakukan skoring dan pembobotan berdasarkan kriteria-kriteria kawasan minapolitan sehingga mampu menukung faktor kebijakan yang ada.
5.6.2 Skoring Dan Pembobotan Penentuan Prioritas Pengembangan Kecamatan Sebagai Kawasan Minapolitan
Tujuan utama skoring dan pembobotan disini adalah untuk
mempertegas dan mendukung penetapan Kawasan Minapolitan sesuai kebijakan RTRW Kabupaten Jember Tahun 2011-2031. Hal ini dilakukan
mengingat dalam belum adanya kebijakan teknis di bawah RTRW yang menjelaskan secara detail proses penetapan ataupun pemilihan pusat, sub
pusat dan sub-sub pusat Kawasan Minapolitan di Kabupaten Jember. Adapun variabel dan indicator yang akan digunakan adalah didasarkan pada kriteria
persyaratan suatu kawasan menjadi kawasan minapolispusat minapolitan. Dengan persyaratan sebagai berikut
1 Memiliki sumberdaya lahanperairan yang sesuai untuk pengembangan komoditas perikanan yang dapat dipasarkan atau
telah mempunyai pasar komoditas unggulan, serta berpotensi atau telah berkembang diversifikasi usaha dari komoditas unggulannya.
Pengembangan kawasan tersebut tidak saja menyangkut kegiatan budidaya perikanan on-farm tetapi juga kegiatan off-farmnya, yaitu
mulai pengadaan sarana dan prasarana perikanan benih, pakan, obat-obatan dsb. Kegiatan pengolahan hasil perikanan sampai
dengan pemasaran hasil perikanan serta kegiatan penunjang pasar hasil, industri pengolahan, minawisata dsb.
2 Memiliki berbagai sarana dan prasarana minabisnis yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha minabisnis
3 Memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai seperti transportasi, jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih dan lain-lain
Laporan Akhir
V-42
4 Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial masyarakat yang memadai seperti kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi,
perpustakaan, swalayan dll
5 Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumber daya alam, kelestarian sosial budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan
desa terjamin Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini sesuai
persyaratan dan kriteria di atas.
A. Kesesuaian dengan Kebijakan Terkait
Kriteria Nilai
Adanya dukungan Kebijakan Khusus 3
Adanya Dukungan Kebijakan Daerah secara umum
2 Tidak ada dukungan kebijakan
1
B. Hasil Produksi Unggulan
Kriteria Nilai
Adanya produksi unggulan 3
Adanya produksi unggulan tetapi tidak maksimal
2 Tidak ada produksi unggulan
1
C. Skala Pelayanan Hasil Produksi
Kriteria Nilai
Pemasaran Eksport 3
Pemasaran Nasional Regional 2
Pemasaran local 1
D. Karakteristik Fisik Lahan
Kriteria Nilai
Adanya dukungan karakter lahan 3
Adanya batasan lahan pengembangan 2
Karakter lahan yang tidak mendukung 1
E. Harga Jual Produksi
Kriteria Nilai
Harga jual lebih tinggi dari komoditas serupa di daerah lain
3 Mengikuti harga pasar
2 Harga ditentukan oleh pemerintah subsidi
1
Laporan Akhir
V-43
F. Produk Olahan yang dihasilkan
Kriteria Nilai
Adanya olahan produk hasil didalam daerah 3
Adanya olahan produk hasil diluar daerah 2
Olahan Produk minim produk mentah dan setengah jadi
1
G. Pemanfaatan teknologi
Kriteria Nilai
Pemanfaatan teknologi modern 3
Teknologi sedang 2
Teknologi Tradisional 1
H.
Infrastruktur Pendukung
I. Sumber daya manusia SDM
Kriteria Nilai
SDM keahlian khusus 3
SDM Keahlian sedang 2
SDM Tradisional 1
J. Adanya Kelembagaan
Kriteria Nilai
Ada kelembagaan 3
Mati suri 2
Tidak ada Kelembagaan 1
K. Kesiapaan Dijadikan Kawasan Minapolitan
Kriteria Nilai
Sudah ada Kesiapan 3
Kurang ada Kesiapan 2
Kondisi Infrastruktur Nilai
Kondisi Prasarana Jalan Baik
3 Sedang
2 Buruk
1 Ketersediaan air bersih
Baik 3
Sedang 2
Buruk 1
Ketersediaan listrik Terlayani
2 Tidak Terlayani
1 Ketersediaan SanitasiSampah
Baik 3
Sedang 2
Buruk 1
Laporan Akhir
V-44
Kriteria Nilai
Belum ada Kesiapan 1
L. Adanya Lahan Rencana untuk Pengembangan Kawasan minapolitan
Kriteria Nilai
Banyak 3
Cukup 2
Sedikit 1
Tabel 5. 15 Skoring dan Pembobotan Kecamatan Sektor Perikanan Tangkap di Kabupaten Jember
Sumber: Hasil Analisis 2014
Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa pembobotan dan skoring yang dilakukan untuk sektor kegiatan perikanan tangkap
dilakukan hanya pada kecamatan-kecamatan di Kabupaten Jember yang memiliki karakteristik kawasan pesisir berbatasan dengan laut dan
sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian sebagai nelayan. Dari hasil skoring didapatkan bahwa Kecamatan Puger memiliki nilai tertinggi
dibandingkan dengan 5 kecamatan yang lain yaitu 39 point. Hal ini berarti dapat disimpulkan untuk Minapolitan Tangkap memiliki pusat kawasan di
Kecamatan Puger. Sementara untuk mengetahui sub pusat kawasan dan sub- sub pusat kawasan dapat dilakukan dengan mengelompokkan nilai skoring
ke dalam kelas interval Skala Likert.
Sehingga didapatkan kelas interval nilai skoring 20-26 termasuk dalam sub-sub pusat kawasan, kelas interval nilai skoring 27-33 termasuk
dalam sub pusat kawasan, dan terakhir di atas nilai skoring 33 adalah pusat kawasan minapolitan. Berdasarkan pengklasifikasian tersebut didapatkan
konsep pengembangan kawasan Minapolitan Tangkap Kabupaten Jember adalah sebagai berikut :
No Kecamatan
Variabel Yang Diamati Jumlah
Total A
B C
D E
F G
H I
J K
L
`1. Kencong 2
2 1
2 2
2 1
2 3 2
2 1
26 2. Gumukmas
2 2
2 2
2 3
1 2 3
2 2
1 31
3. Puger 3
3 2
3 2
3 2
3 3 2
2 2
39 4. Wuluhan
1 1
1 2
1 1
1 3 2
2 1
20 5. Ambulu
2 3
1 3
2 3
1 2 3
2 2
1 31
6. Tempurejo 1
1 1
1 2
2 1
1 3 2
2 1
23
Laporan Akhir
V-45
Gambar 5. 16 Konsep Pengembangan Kawasan Minapolitan Tangkap Kabupaten Jember
Tabel 5. 16 Konsep Pengembangan Perikanan Tangkap Di Kabupaten Jember
Pusat Kawasan Minapolitan Pusat I :
Kec. Puger Sub Pusat Kawasan
Pusat II : Kec. Gumukmas dan
Kec.Ambulu Sub-sub pusat kawasan
Pusat III Kec. Kencong, Kec.
Tempurejo, dan Kec. Wuluhan
Pusat Kawasan
Orde I
Sub Pusat Kawasan
Orde II Sub Pusat
Kawasan Orde II
Sub Sub Pusat
orde III
Sub Sub Pusat
orde III Sub Sub
Pusat orde III
Laporan Akhir
V-46
Gambar 5. 17 Peta Struktur Ruang Kawasan Perikanan Tangkap Kabupaten Jember
Laporan Akhir
V-47
Tabel 5. 17 Skoring dan Pembobotan Kecamatan Sektor Perikanan Budidaya di Kabupaten Jember
Sumber: Hasil Analisis 2014
Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa pembobotan dan skoring yang dilakukan untuk sektor kegiatan perikanan budidaya
dilakukan pada seluruh kecamatan di Kabupaten Jember karena berdasarkan data perikanan, seluruh kecamatan mengembangkan budidaya perikanan
darat berupa kolam. Dari hasil skoring didapatkan bahwa Kecamatan Puger tetap memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan kecamatan yang lain yaitu
39 point. Hal ini berarti dapat disimpulkan untuk Minapolitan Budidaya memiliki pusat kawasan di Kecamatan Puger. Sementara untuk mengetahui
sub pusat kawasan dan sub-sub pusat kawasan dapat dilakukan dengan mengelompokkan nilai skoring ke dalam kelas interval Skala Likert.
No. Variabel Yang Diamati
BobotNilai Jumlah
Total A
B C
D E
F G
H I
J K
L
`1. Kencong 2
2 1
2 2
2 1
2 3 2
2 1
26 2.
Gumukmas 2
2 2
2 2
3 1
2 3 2
2 1
31 3.
Puger 3
3 2
3 2
3 2
3 3 2
2 2
39 4.
Wuluhan 1
1 1
2 1
1 1 3
2 2
1 20
5. Ambulu
2 3
1 3
2 3
1 2 3
2 2
1 31
7. Silo
1 1
1 2
1 1
1 2 2
2 1
18 8
Mayang 1
1 2
2 1
1 1 2
2 2
1 19
9 Mumbulsari
1 1
1 2
2 1
1 2 2
2 2
1 22
11 Jenggawah 1
1 1
1 2
1 1
2 2 2
2 1
21 12 Ajung
1 1
1 2
1 1
2 2 2
2 1
19 13 Rambipuji
1 1
1 2
1 1
3 3 2
2 1
21 14 Balung
1 1
1 1
2 1
1 3 2
2 2
1 21
15 Umbulsari 1
3 2
1 2
1 2
2 3 2
2 2
28 16. Semboro
1 3
2 2
2 1
1 2 3
2 2
1 28
17. Sumberbaru 1
1 1
1 2
1 1
2 2 2
2 1
20 18. Tanggul
1 1
2 1
2 1
2 2 3
2 2
1 24
19. Bangsalsari 1
1 1
2 2
1 1
2 2 2
2 1
22 20. Panti
1 1
1 2
1 1
2 2 2
2 1
19 21. Sukorambi
1 1
1 1
2 1
1 2 2
2 2
1 20
23. Pakusari 1
1 2
2 1
1 2 2
2 2
1 20
24. Kalisat 1
1 1
1 2
1 1
2 2 2
2 1
20 25. Ledokombo
1 1
1 2
1 1
1 2 2
2 1
19 26. Sumberjambe
1 1
2 2
1 1
2 2 2
2 1
20 27. Sukowono
1 1
1 2
1 1
1 2 2
2 1
18 29. Kaliwates
1 1
1 2
1 1
1 2 2
2 1
18 30. Sumbersari
1 1
1 2
1 1
1 2 2
2 1
18 31. Patrang
1 1
1 2
1 1
3 3 2
3 1
22
Laporan Akhir
V-48
Sehingga didapatkan kelas interval nilai skoring 18-25 termasuk dalam sub-sub pusat kawasan, kelas interval nilai skoring 26-33 termasuk
dalam sub pusat kawasan, dan terakhir di atas nilai skoring 33 adalah pusat kawasan minapolitan. Berdasarkan pengklasifikasian tersebut didapatkan
konsep pengembangan kawasan Minapolitan Budidaya Kabupaten Jember adalah sebagai berikut :
Gambar 5. 18 Konsep Pengembangan Kawasan Minapolitan Budidaya Kabupaten Jember
Tabel 5. 18 Konsep Pengembangan Perikanan Tangkap Di Kabupaen Jember
Pusat Kawasan Minapolitan Pusat I :
Kec. Puger Sub Pusat Kawasan
Pusat II : Kec. Kencong, Kec. Gumukimas,
Kec. Ambulu, Kec. Semboro dan Kec. Umbulsari
Sub-sub pusat kawasan Pusat III
Seluruh Kecamatan
Pusat Kawasan
Orde I
Sub Pusat Kawasan
Orde II Sub Pusat
Kawasan Orde II
Sub Sub Pusat
orde III Sub Sub
Pusat orde III
Sub Sub Pusat
orde III
Sub Pusat Kawasan
Orde II
Laporan Akhir
V-49
Gambar 5. 19 Peta Struktur Ruang Kawasan Perikanan Budidaya Kabupaten Jember
Laporan Akhir
V-50
5.7 ANALISIS AKAR MASALAH DAN AKAR TUJUAN
5.7.1 Analisis Akar Masalah
Analisis akar masalah juga sering disebut sebagai analisis akar atau analisis pohon masalah. Analisis akar masalah sering dipakai dengan
masyarakat sebab sangat visual dan dapat melibatkan banyak orang dengan waktu yang sama. Teknik ini dapat dipakai dengan situasi yang berbeda dan
dapat dipakai dimana saja. Teknik ini adalah teknik yang cukup fleksibel. Melalui teknik ini, orang yang terlibat dalam memecahkan satu masalah
dapat melihat penyebab yang sebenarnya, yang mungkin belum bisa dilihat kalau masalah hanya dapat dilihat secara sepintas. Analisis akar masalah
yang dibahas dalam studi ini membahas permasalahan subsistem minapolitan input hingga sub system pemasaran sesuai dengan
mempertimbangkan tingkat urgenitas permasalahan tersebut.
1 Perikanan Tangkap
Adapun untuk permasalahan dalam hal khususnya perikanan tangkap adalah masih sederhananya teknologi yang digunakan oleh masyarakat
nelayan di pesisir pantai selatan Kabupaten Jember. Kemudian permasalahan mengenai keterbatasan modal nelayan yang digunakan untuk operasional
melaut juga merupakan salah satu masalah penting, mengingat berawal dari permasalahan inilah muncul masalah lain yaitu harga jual hasil tangkapan
yang rendah karena harus dijual ke pengambek. Pengambek memonopoli harga jual ikan hasil tangkap nelayan karena tanggungan hutang modal
untuk melaut. Selain itu terdapat permasalahan dari sektor off farm dimana masih minimnya pengolahan produk hasil tangkap untuk dijadikan sebagai
produk siap konsumsi dan berdaya jual tinggi. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam bentuk diagram akar masalah dibawah ini.
2 Perikanan Budidaya
Permasalahan pada perikanan budidaya di Kawasan Minapolitan Kabupaten Jember diantaranya adalah teknik budidaya yang masih
sederhana, mahalnya harga pakan pabrik, hingga minimnya produk olahan hasil budidaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar diagram akar
maslah pada perikanan budidaya Jember.
Laporan Akhir
V-51
Gambar 5. 20 Akar Masalah Perikanan Tangkap Di Kabupaten Jember
Kurangnya bimbingan penyuluhan terhadap
masyarakat sekitar Kurangnya intensitas dan
jumlah penyuluh
Rendahnya Pendapatan Nelayan Tangkap
Masih rendahnya SDM wilayah pesisir
Teknologi penangkapan ikan yang dilakukan masih relatif
sederhana. Kurangnya permodalan nelayan
untuk pengembangan penangkapan ikan
Kurangnya olahan dengan bahan dasar hasil tangkap ikan
Belum optimalnya fungsi koperasi atau lembaga
keuangan mikro swadaya Harga jual hasil tangkap yang
semakin menurun dan kurang stabil
Masih adanya praktek monopoli harga oleh
pengambek Peralatan pengolahan sangat
terbatas dan masih tradisional