93
menciptakan sistem belajar yang menarik yaitu dengan pembelajaran kooperatif CTL. CL 1 halaman 170
Hasil wawancara guru diatas dibuktikan dengan pembuatan RPP dan silabus yang dibuat oleh guru PKn, guru sudah memasukkan
pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajarannya, sehingga dapat disimpulkan sementara bahwa kemampuan guru di SMK Gajah Mada
Purwodadi tentang pembelajaran model kooperatif khususnya pada pembelajaran PKn sudah cukup memahami, tetapi kata memahami
tidaklah selesai karena diperlukan sebuah aplikasi yang sesuai dengan silabus, dan RPP yang sudah dibuatnya.
4. Evaluasi Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual Teaching
and Learning di SMK Gajah Mada Purwodadi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui kompetensi dan
hasil belajar siswa mengenai materi tertentu. Pelaksanaan evaluasi pada sebuah pembelajaran pada prinsipnya juga sama antara metode yang satu
dengan yang lain. Beberapa tahapan evaluasi pembelajaran PKn ini dilakukan baik pada setiap akhir bab, tengah semester maupun akhir
semester. Hasil belajar siswa bisa terlihat pada setiap tahapannya, baik yang jangka pendek maupun jangka panjang. Pada jangka panjang, hasil
evaluasi pada beberapa tahapan tersebut digabung kemudian diambil rata- ratanya. Bentuk evaluasi tersebut bisa dilaksanakan secara tertulis dan
lisan. Dalam hal ini, guru mapel melakukan evaluasi pembelajaran pada perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
94
dua tahap. Evaluasi pada tahap proses pembelajaran berlangsung dan evaluasi pada akhir pembelajaran.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :
Saya selalu mengadakan evaluasi pada siswa di akhir pembelajaran. Dan juga melakukan evaluasi pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Evaluasi yang saya maksudkan adalah ada 2 jenis, yaitu evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil akhir belajar. apalagi
pada strategi CTL ini, siswa sangat dikedepankan mampu dalam tahapan proses pembelajaran, tidak semata-mata pada akhir belajar.
CL 1 halaman 171
Sebagaimana yang disampaikan oleh Wulan April Liyani selaku siswa kelas XI sebagai berikut:
Ya Pak, Setiap proses pembelajaran Bp. Setiawan selalu memberikan soal secara lisan ataupun tertulis untuk dikerjakan
siswa-siswi sebagai ulangan harian dan juga memberikan penugasan di rumah serta pada akhir pembelajaran juga dilakukan ulangan
akhir semester. CL 3 halaman 177
Secara umum pelaksanaan evaluasi ini memiliki tujuan utama yaitu untuk mengetahui kompetensi siswa, sejauh mana siswa mampu
memahami terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Skill apa yang telah dikuasai oleh siswa dan bagaimana jika terjadi seandainya harapan
guru tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh oleh siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku
guru mata pelajaran PKn : “Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan siswa terhadap materi yang
sudah saya sampaikan dengan metode CTL ini. Dan sebagai bahan perbaikan pada p
embelajaran selanjutnya agar lebih baik dan sempurna”. CL 1 halaman 171
commit to user
95
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa evaluasi mengandung arti yang cukup penting untuk mengetahui kemampuan siswa. Untuk
mengukur sejauhmana keberhasilan pembelajaran dan agar bisa dijadikan persiapan bagi guru untuk memperbaiki kekurangan pada program pembelajaran
berikutnya. Pada tahap akhir pembelajaran, evaluasi ini berbentuk 2 dua
jenis, yaitu bentuk tertulis maupun praktek. Bentuk tertulis untuk mengukur aspek kognitif siswa, sementara aspek psikomotorik untuk
mengukur kemampuan skill siswa. Apalagi pembelajaran PKn ini memang sangat ditekankan pada aspek skill.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :
“Saya menggunakan evaluasi dalam bentuk tertulis dan praktek, evaluasi kelompok dan individu
”. CL 1 halaman 171 Sudarsono selaku siswa, menuturkan:
Betul Pak, Bp. Setiawan memberikan beberapa soal untuk melakukan evaluasi secara tertulis dan praktek pada saat pembelajaran PKn
berlangsung .” Dan juga evaluasi diberikan dalam bentuk individu dan
kelompok CL 3 halaman 179 . Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa bentuk
evaluasi pembelajaran adalah tertulis dan praktek proses pembelajaran. Demikian juga evaluasi diberikan dalam bentuk individu dan kelompok.
commit to user
96
Evaluasi akhir pembelajaran biasanya dilakukan sekali pada setiap standar kompetensi SK. Namun untuk evaluasi proses bisa
dilakukan 2 atau 3 kali menyesuaikan kondisi kemampuan siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku
guru mata pelajaran PKn : Setiap Standar Kompetensi saya adakan 1 kali evaluasi, namun pada
saat proses pembelajaran berlangsung, biasanya saya juga memberikan pertanyaan kepada siswa, tujuannya juga untuk sejauh
mana kemampuan siswa, namun evaluasi ini sifatnya masih part evaluation saja, belum secara keseluruhan. CL 1 halaman 171
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa evaluasi proses pembelajaran tidak hanya cukup satu kali saja melainkan bisa lebih
dari itu. Karena proses pembelajaran sifatnya kondisional. Berbeda dengan evaluasi akhir, cukup diadakan sekali karena sudah pada tahap akhir
pembelajaran. Secara umum bentuk evaluasi pembelajaran bervariasi bergantung
kebutuhannya. Pada pmembelajaran kali ini, guru menggunakan evaluasi proses, formatif dan sumatif. Ketiga evaluasi ini dirasa sudah cukup ntuk
mengetahui kemampuan siswa pada pembelajaran PKn materi Sistem
Hukum dan Peradilan Internasional .
Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :
Menurut hemat saya evaluasi formatif dan sumatif juga sudah cukup, adapun bentuknya, selain evaluasi tertulis, evaluasi dalam bentuk
praktek juga sangat baik karena untuk mengukur skill siswa sehingga lebih mudah diterapkan. Namun evaluasi tertulis juga penting untuk
commit to user
97
mengukur kemampuan secara kognitif siswa. Evaluasi tertulis ini juga karena adanya tuntutan secara akademik. CL 1 halaman 171
Penilaian ini diorientasikan untuk mengukur ketiga aspek,baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebagaimana dikemukakan oleh
Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn : “Secara umum, saya melakukan pembelajaran PKn ini dari ketiga aspek,
baik aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik ”. CL 1
halaman 172 Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa ketiga
aspek diproyeksikan pada pembelajaran PKn . Maka pendekatan CTL ini memang ditekankan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa
dalam mencerna proses pembelajaran dengan baik. Untuk mempermudah penilaian dan mengenai sasaran, maka
dari awal guru mempersiapkan format penilaian untuk mengukur kemampuan siswa sebagaimana kompetensi dasar yang dimaksudkan
dalam standar kompetensi yang telah direncanakan di awal pembelajaran. Adapun format penilaian sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur
Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn : Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa format
penilaian dibuat sedemikian rupa agar tidak menyimpang dari standar kompeteni dan kompetensi dasar yang telah ditentukan di awal.
Guru juga perlu memberikan standar kriteria kelulusan bagi siswa setelah mengikuti pembelajaran agar mudah mengukur kemampuan
commit to user
98
keberhasilan siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd,
selaku guru mata pelajaran PKn : Menurut hemat saya, siswa yang berhasil yaitu siswa yang bisa
memahami materi pelajaran serta mempraktekkan secara riil, sehingga skill lebih menonjol daripada pemahaman teori saja. Secara
akademik memperoleh nilai minimal 75 sebagaimana KKM yang telah ditentukan. Adapun secara keterampilan skill kriterian
minimal adalah nilai 80. CL 1 halaman 172
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa ada standar minimal yang harus diperoleh oleh siswa. Secara akademik siswa
harus mampu memperoleh nilai teori minimal 75, sementara pada prakteknya harus memperoleh nilai minimal 80. Siswa ini yang akan
masuk kriteria berhasil atau tidak, bila distandarkan dengan nilai KKM.
C. Pembahasan