Komposisi Ukuran Panjang Tubuh, Berat Tubuh dan Pertumbuhan

38 38 Ja n ta n 5 1 1 5 2 2 5 n = 1 7 2 B e tin a 5 1 1 5 2 2 5 0 - 0,995 4 - 4,995 8 - 8,995 12 - 12,995 16 - 16,995 20 - 20,995 24 - 24,995 28 - 28,995 32 - 32,995 36 - 36,995 40 - 40,995 44 - 44,995 48 - 48,995 52 - 52,995 56 - 56,995 60 - 60,995 64 - 64,995 68 - 68,995 K e la s U k u ra n P a n ja n g B a k u m m n = 1 6 9 G am ba r 19. S eba ra n p anj an g b aku in di vi du ja nt an da n be tina ika n pe la n g i ar fa k di S . N im ba i Ja n ta n 5 1 1 5 2 2 5 n = 1 6 7 B e tin a 5 1 1 5 2 2 5 0 - 0,995 4 - 4,995 8 - 8,995 12 - 12,995 16 - 16,995 20 - 20,995 24 - 24,995 28 - 28,995 32 - 32,995 36 - 36,995 40 - 40,995 44 - 44,995 48 - 48,995 52 - 52,995 56 - 56,995 60 - 60,995 64 - 64,995 68 - 68,995 K e la s U k u ra n P a n ja n g B a k u m m n = 1 8 9 G am ba r 20. S eba ra n p anj an g b aku in di vi du ja nt an da n be tina ika n pe la n g i ar fa k di S . A im asi Jumlah Individu ekor Jumlah Individu ekor 39 Berdasarkan hasil pengelompokan ke dalam kelas ukuran panjang baku PB 1 mm Gambar 19 dan 20 dan dilanjutkan dengan analisis menggunakan program Fisat II diperoleh distribusi normal yang mewakili lima kelompok umur Lampiran 11-14. Penentuan kelompok umur dengan metode Bhattacharya harus memperhatikan nilai indeks pemisah separation index, SI; agar pemisahan dari dua komponen yang berdekatan bisa berhasil Sparre Venema 1992. Nilai indeks ini harus lebih besar atau sama dengan dua Gayanilo et al. 1996. Bentuk persamaan pertumbuhan M. arfakensis berdasarkan jenis kelamin dan lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 21. Individu jantan bertumbuh lebih cepat dan mencapai ukuran yang lebih besar, kecuali di lokasi Sungai Aimasi yang ditemukan individu betina berukuran lebih besar 70,27 mm. Laju pertumbuhan yang lebih cepat pada individu jantan ditandai dengan koefisien pertumbuhan K yang lebih besar di kedua lokasi penelitian. Namun jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya di Kebar Manangkalangi Pattiasina 2005, maka koefisien pertumbuhan pada kedua lokasi ini relatif lebih kecil. Kondisi ini diduga berkaitan dengan kualitas lingkungan yang relatif lebih baik pada beberapa sungai di daerah Kebar, dan juga hal ini terlihat dari ukuran maksimal yang diperoleh dalam penelitian tersebut PB = 74,95 mm. Jantan L t =78,7601-e -0,174 t + 0,376 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 5 6 7 8 Umur Tahun Jantan Betina Betina L t =77,0691-e -0,163 t + 0,593 S. Nimbai Betina L t =77,1381-e -0,159 t + 0,630 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 5 6 7 8 Umur Tahun Jantan Betina Jantan L t =79,8971-e -0,165 t + 0,522 S. Aimasi Gambar 21. Kurva pertumbuhan ikan pelangi arfak berdasarkan jenis kelamin di S. Nimbai dan S. Aimasi L t m m 40 Dugaan umur untuk tahap perkembangan awal ikan yang diperoleh di Sungai Nimbai berdasarkan persamaan pertumbuhan yaitu larva yang baru menetas sampai larva berumur 1,6-3,5 bulan dan juvenil berumur 5,5-9,8 bulan. Sedangkan di Sungai Aimasi, juvenil yang ditemukan diduga berumur 3,8-8,7 bulan. Dalam skala laboratorium, Crowley et al. 1986 menemukan bahwa larva M. duboulayi dan M. fluviatilis menetas pada ukuran yang sama yaitu panjang total 3,7-4,2 mm, Gambar 3a-b, demikian juga larva M. s. splendida panjang baku 3,7 mm Gambar 3c, Humphrey et al. 2003. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa sebagian larva yang ditemukan di Sungai Nimbai pada bulan Agustus merupakan hasil pemijahan pada bulan tersebut dan bulan Juli.

4.2.5 Faktor Kondisi

Nilai rata-rata faktor kondisi ikan pelangi selama periode penelitian menunjukkan terjadinya fluktuasi, yaitu berkisar 1,612-2,080 di S. Nimbai dan 1,643-2,171. Walaupun demikian, nilai rata-rata yang relatif lebih tinggi ditemukan selama periode Juni-Agustus di Sungai Nimbai dan Juli-September di Sungai Aimasi Gambar 22. 0,0 1,0 2,0 3,0 Jan tan a 0, 1,0 2,0 3,0 Betina 0,0 1,0 2,0 3,0 Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des Bulan Jantan b 0,0 1, 2,0 3,0 Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des Bulan Betina Gambar 22. Faktor kondisi ikan pelangi arfak berdasarkan jenis kelamin dan waktu penangkapan di a S. Nimbai dan b S. Aimasi F ak to r K o n d is i 41 Faktor kondisi yang tinggi merupakan indikasi terjadinya peningkatan aktivitas reproduksi, sehingga selama periode ini diduga adalah musim pemijahan. Nilai faktor kondisi yang lebih tinggi selama aktivitas reproduksi juga dilaporkan terjadi pada M. s. fluviatilis di Enogerra Creek, Queensland Milton Arthington, 1984. Selain bisa menggambarkan kondisi aktivitas reproduksi waktu dan lamanya pematangan gonad, nilai faktor kondisi juga menggambarkan kondisi kelimpahan makanan di alam Weatherley Gill 1987. Variasi nilai K juga dipengaruhi oleh jenis kelamin Effendie 1979. Nilai rata-rata faktor kondisi yang lebih tinggi pada individu betina ikan pelangi arfak diduga berkaitan dengan jumlah energi yang diperlukan untuk perkembangan ovari yang lebih besar dibandingkan untuk testes. Fenomena ini juga dilaporkan pada ikan Barbus sclateri Encina Granado-Lorencio 1997. 4.3 Reproduksi Ikan Pelangi Arfak 4.3.1 Perbandingan Kelamin Hasil analisis perbandingan kelamin ditunjukkan pada Lampiran 15 dan 16. Secara umum kedua kelamin memiliki perbandingan yang sama, baik berdasarkan tipe habitat dan waktu pengambilan. Perbandingan yang sama di antara individu jantan dan betina ikan pelangi arfak juga ditemukan pada tiga sungai di Kebar Manangkalangi Pattiasina, 2005, dan pada beberapa jenis ikan pelangi lainnya di daerah Australia Milton Arthington 1984; Pusey et al. 2001. Kondisi ini diduga berkaitan dengan tingkah laku reproduksi ikan ini, yaitu pemijahan berlangsung secara berpasangan Allen 1995; Allen et al. 2000. Oleh karena itu, kondisi proporsi yang seimbang di antara kedua jenis kelamin menunjukkan bahwa ikan ini tidak mengalami kesulitan dalam mencari pasangan pada saat pemijahan.

4.3.2 Perkembangan Gonad

Deskripsi tahap perkembangan gonad secara morfologis dan histologis pada kedua jenis kelamin sebagai berikut: Tahap gonad belum matang Gonad berukuran kecil, tipis dan memanjang seperti benang Gambar 23a. Testes ditandai dengan jaringan ikat yang dominan dan terdapat lobus berbentuk lonjong yang berisi spermatogonia Gambar 24a. Ovari dalam tahap