Metodologi Sistem Lunak MSL

17 muncul sebagai hasil ―pergerakan sistem‖ yang dipandang oleh Checkland sebagai usaha untuk memberi pendekatan yang holistik terhadap masalah, dimana secara tradisional pendekatan reduksionis gagal untuk menyelesaikannya. MSL dikembangkan dari program riset aksi yang bertujuan untuk mencari cara mengatasi masalah dunia nyata yang tidak terstruktur. Riset aksi atau penelitian partisipatif adalah proses dimana anggota kelompok atau masyarakat melakukan identifikasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis informasi, dan melakukan tindakan atas masalah tersebut dengan maksud untuk menemukan solusi dan mendukung transformasi sosial dan politik Selener 1997. Proses seperti tersebut akan mampu mengatasi kendala bounded rationality yang dihadapi para pengelola ketika berhadapan masalah yang tidak terstruktur. Sebuah masalah yang tidak terstruktur atau situasi masalah kompleks adalah situasi dimana orang-orang merasa dapat memperbaikinya, tetapi mereka tidak tahu apa masalah sebenarnya Checkland, 2000 dalam Holst dan Nidhall 2001. Masalah yang tidak terstruktur dan sukar untuk didefinisikan dianalisis melalui metode kualitatif, yaitu dengan memodelkan perspektif para pihak, tanpa mereka harus mencapai konsensus terhadap perbedaan pandangan tersebut. Semua asumsi yang mendasari pandangan orang-orang harus disampaikan secara eksplisit agar analisis ini berguna. Asumsi-asumsi tersebut merupakan ―cara pandang‖ Dalam bahasa Jerman: Weltanschauung yang seringkali diabaikan. Pendekatan holistik yang disokong oleh MSL berusaha untuk mendorong pencarian skenario masa depan melalui penyesuaian antara ―sistem baru‖ dengan kebutuhan aktual. Checkland 1999 menegaskan tentang analisis sistem dalam MSL sebagai berikut: So this takes the view that conflict deriving from different world views is endemic in human affair but these systems ideas based on the concept of a purposeful activity system as a device for structuring debate, can lead you into learning process for finding the accomodations which enable action to be taken to improve things. And that is the fundamental nature of the learning cycle which is SSM Inti Metodologi Sistem Lunak adalah membangun model dari sistem-sistem yang berkaitan dengan situasi masalah. Model-model ini digunakan sebagai 18 media diskusi guna membawa perubahan situasi aktual. Proses diskusi membolehkan partisipan untuk berdebat dan saling bertanya sedemikian rupa sehingga keragaman perspektif dapat terungkapkan. Metodologi Sistem Lunak dilaksanakan secara klasik melalui 7 tujuh tahap, sebagai suatu proses Checkland 1981 dalam berbagai referensi yang relevan. Tahap 1 Memahami situasi masalah dalam kerangka pikir faktual dan aktual Ini adalah langkah untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan sejarah, budaya, struktur sosial, jenis dan jumlah para pihak, pandangan dan asumsi para pihak. Tujuan tahap ini bukan untuk mendefinisikan masalah, tetapi untuk memperoleh sejumlah pemikiran yang sedang berkembang, sehingga rentang pilihan-pilihan keputusan yang mungkin menjadi terbuka. Tahap 2 Mengekspresikan situasi masalah Hasil tahap sebelumnya digunakan untuk membangun gambar situasi rich picture masalah yang sedang diperiksa. Gambar ini harus dapat melukiskan proses aktivitas dari setiap institusi yang terlibat dalam situasi masalah. Relasi antara aktivitas dan institusi seyogyanya mengilustrasikan masalah, peran-peran, dan elemen lingkungan yang mudah dipahami. Ini adalah basis bagi diskusi lebih lanjut. Tahap 3 Mendefinisikan akar sistem yang berkaitan dalam situasi masalah Sistem aktivitas manusia diekspresikan dalam definisi akar, dalam bentuk kalimat kalimat terstruktur yang menyatakan tujuan mendasar setiap sistem yang muncul dari perbedaan persepsi partisipan. Pada tahap ini kita meninggalkan situasi masalah sebenarnya. Ini merupakan proses yang paling sulit. Definisi akar dari sistem sebaiknya dikonstruksi menggunakan mnemonic CATWOE. C = costumer : Siapa yang mendapat manfaat dari aktivitas bertujuan? A = actor : Siapa yang melaksanakan aktivitas-aktivitas? T = tranformation : Apa yang harus berubah agar input menjadi output W = World-view : Cara pandang seperti apa yang membuat sistem berarti O = owner : Siapa yang dapat menghentikan aktivitas-aktivitas E = environment : Hambatan apa yang ada dalam lingkungan sistem 19 Inti dari definisi akar sistem ini adalah proses transformasi, yang mengubah input menjadi output. Input-output sebaiknya menggunakan kata benda, bukan kata kerja. Sehingga perubahan akan diisi oleh aktivitas-aktivitas untuk mengubah keadaan ―kebendaan‖ tersebut. Definisi akar ini semestinya merefleksikan keragaman cara pandang partisipan. Ide-ide aktivitas untuk memperbaiki keadaan bersifat akomodatif. Jadi, meskipun satu pihak tidak sepakat dengan sistem yang diinginkan pihak lain tapi dia dimungkinkan untuk menuangkan ide aktivitas sistem itu berdasarkan perspektif dirinya. Tahap 4 Mengkonstruksi model-model konseptual Setiap definisi akar yang dihasilkan dalam tahap 3 akan diwujudkan dalam model konseptual dalam tahap 4. Model konseptual secara sederhana merupakan suatu kumpulan aktivitas yang terstruktur secara logis dalam sebuah sistem gagasan yang telah dibatasi oleh definisi akar. Model konseptual tidak bermaksud menggambarkan situasi masalah, namun merupakan sebuah upaya untuk memahami aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan guna mencapai suatu perubahan. Selain itu, model konseptual juga bermaksud merancang sebuah sistem yang merepresentasikan perspektif para pihak tentang sistem yang diinginkan dalam aktivitas interaksi mereka. Tahap ini membantu partisipan untuk berdiskusi mengenai langkah apa yang dapat diambil dalam situasi masalah sebenarnya. Model konseptual merupakan penyajian definisi akar sistem, dengan memakai kata kerja verb sebagai bahasa pemodelan agar model merepresentasikan apa yang sistem harus lakukan, sebagaimana telah terdefinisi dalam tahap sebelumnya. Model konseptual tidak melukiskan kejadian di dunia nyata fakta, namun berupa struktur beragam aktivitas untuk mencapai transformasi yang dimodelkan dalam sekuen saling bergantung secara logis. Jadi, dalam sebuah model, sebuah panah dari aktivitas x ke aktivitas y menunjukkan bahwa y tergantung kepada x. Tahap 5 Membanding model konseptual dengan situasi masalah Model konseptual yang dirancang dalam tahap 4 menyediakan struktur untuk terjadinya perdebatan mengenai situasi masalah. Ini menyisakan sejumlah pertanyaan. Ini juga menandai perbedaan antara situasi aktual dengan realitas yang dirasakan. Pembahasan mengenai model memberi kesempatan bagi 20 partisipan untuk memikirkan kembali asumsi-asumsi mereka. Ini membolehkan mereka membahas perubahan yang dapat memperbaiki situasi masalah. Checkland menggambarkan perbandingan ini sebagai sebuah konfrontasi antara ―apakah‖ dan ―bagaimana‖. Model sistem yang dihasilkan tahap 4 adalah deskripsi abstrak dan gambaran beragam aktivitas yang secara logis mesti ditunjukkan dalam sistem apakah, sementara aktivitas dalam dunia nyata selalu menunjuk satu cara untuk melakukan sesuatu bagaimana. ―Bagaimana‖ biasanya disampaikan lebih implisit, dibanding ―apakah‖. Tujuan model-model tersebut adalah untuk mempertanyakan apakah beragam aktivitas dalam model dalam diwujudkan dalam dunia nyata, bagaimana kinerjanya selama ini, atau cara alternatif apakah yang bisa diambil guna mewujudkan aktivitas tersebut. Tahap 6 Menetapkan perubahan yang layak dan diinginkan Tujuan langkah ini untuk mengidentifikasi dan mencari perubahan yang diinginkan secara sistemik dan layak menurut budaya. Perubahan ini dapat saja terjadi dalam hal struktur, prosedur, atau sikap orang-orang. Struktur disini menyangkut organisasi kelompok pihak, atau struktur tanggungjawab fungsional. Perubahan prosedur meliputi semua aktivitas yang dilakukan organisasi, seperti tindakan-tindakan operasional. Perubahan sikap mengacu kepada perubahan dalam cara pandang mengenai sasaran dalam situasi masalah sehingga orang- orang akan memahami bagaimana seharusnya berperilaku dalam hubungan antarmereka. Tahap 7. Membuat perubahan untuk memperbaiki keadaan Ini merupakan langkah implementasi. Siapa yang akan melaksanakan? Bentuk tindakan apa yang diambil? Dimana? Kapan? adalah penting dalam tahap ini. Perubahan sikap dan perilaku sebaiknya dipertimbangkan sebagai dimensi untuk menggerakkan sistem baru. Perubahan yang menggoyakan perubahan sebaiknya dihindari. Tahap ini membutuhkan komitmen dan tanggungjawab aktor –aktor untuk mewujudkan rencana aksi. Metodologi Sistem Lunak merupakan proses berlanjut, namun menurut Checkland 1981 dalam Simonsen 1994 tidak seharusnya pendekatan ini diperlakukan sebagai teknik atau metode, tetapi sebagai sebuah metodologi. Karenanya, tahapan-tahapan ini tidak bersifat kaku sebagaimana metode, tetapi dapat disesuaikan dengan situasi khusus tertentu. 21

2.3.3. Beragam pengunaan Metodologi Sistem Lunak

Metodologi Sistem Lunak sejak diperkenalkan oleh Peter Checkland dan rekan-rekannya di Universitas Lancester Inggris pada awal dekade 1980-an, telah diadopsi secara luas dan dianggap berhasil menangani beragam masalah di berbagai bidang Mingers 2000; Holwell 2000; Jackson 2001; Pala et al. 2003. Misalnya, di Cina, MSL digunakan untuk mengidentifikasi tantangan dan kelemahan yang mungkin dalam sistem logistik daur ulang baterai Li et al. 2007. Di Vietnam, MSL dipakai untuk menginvestigasi persyaratan dan potensi kemajuan pengembangan industri Braver et al. 2007. Di Australia, ia dipakai untuk mengembangkan kemampuan sistem informasi militer Departemen Pertahanan Staker 1999 dan pengelolaan sektor kesehatan Braithwaite 2002. Di Inggris MSL telah digunakan secara luas dalam banyak bidang, misalnya untuk perbaikan kinerja dan perubahan organisasi Pelayanan Kesehatan Nasional Jacobs 2004, eksplorasi pengembangan perawat khusus bagi orang jompo Reed et al. 2007, pengelolaan objek data digital Chilvers 2000, memperbaiki komunikasi antar unit pengelola dalam pusat rehabilitasi orang cacat Brenton, 2007, memahami bagaimana terjadinya tragedi antar pendukung sepakbola di Stadion Hillsborough Lea et al. 1998. Di Amerika Serikat, MSL menghasilkan langkah-langkah menuju perubahan sistem program makan siang di sekolah-sekolah umum sebagai upaya mengatasi obesitas pada anak dan remaja Suarez-Balcazar et al. 2007, dipakai pula sebagai pendekatan untuk menstrukturkan masalah dalam manajemen proyek Reed et al. 2006, dan sistem informasi bagi konsultan teknologi Hogan et al. 2003. Beragamnya bidang pemanfaatan Metodologi Sistem Lunak menunjukkan handalnya pendekatan ini dalam membantu pemecahan masalah yang berkaitan dengan kompleksitas interaksi manusia. Dalam bidang manajemen saja, Holwell 2000 mencatat 250 referensi seperti makalah jurnal, makalah seminar, dan buku teks yang menggunakan pemikiran Metodologi Sistem Lunak. MSL juga telah diaplikasikan dalam bidang manajemen sumberdaya alam dan lingkungan Dalam bidang ini, Nidumolu et al. 2006 berhasil memanfaatkan pendekatan MSL untuk menyusun program perencanaan tata guna lahan di India. Bunch 2002 mampu membuat rekomendasi pengelolaan lingkungan bantaran sungai di India. Haklay 1999 menganalisis dampak lingkungan pembangunan perumahan di Israel. Namun, MSL masih jarang digunakan oleh peneliti dan praktisi di Indonesia Eriyatno 2003; Eriyatno dan Sofyar 2007. 22 Di Indonesia, Purnomo et al. 2003 dalam penelitian pengelolaan kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut di Kabupaten Pasir Kalimantan Timur, telah membuktikan bahwa pendekatan Metodologi Sistem Lunak dapat mengharmoniskan para pihak yang berbeda kepentingan, menguatkan pembelajaran bersama, dan mendorong mereka membuat formulasi rencana aksi kolaboratif. Konteks dan hasil penelitian ini relevan dengan permasalahan pengelolaan kawasan hutan ―tidak terkelola‖ yang banyak terjadi pada taman nasional dan hutan penelitian.