Tahap 4: Analisis sistem pengelolaan Blok Agroforestri
49 aktivitas mereka. Karenanya, penciptaan suasana diskusi yang lebih kondusif
perlu dilakukan, misalnya dengan melakukan permainan peran atau mendorong terjadinya ice breaking Gambar 12. Pada kenyataannya, ketegangan suasana
diskusi yang terjadi dalam tahap 1 dan 2 mulai mengendur pada saat pembahasan memasuki fase analisis sistem Tahap 3.
Ide-ide aktivitas yang dibuat partisipan lokakarya didiskusikan kelogisannya dalam mencapai indikator perubahan melalui teknik PQR
9
. Ide aktivitas disepakati menjadi kumpulan aktivitas apabila mengikuti pola logis seperti contoh
berikut: ―mengubah sistem hukum dan aturan P dengan cara membuat perjanjian kerjasama antara pemanfaat dan pengelola Q agar tercapai
ketenangan dan kenyamanan dalam berusahatani R. Penyusunan model konseptual sistem aktivitas aktor-aktor dipermudah
oleh contoh dua model sistem pengelolaan sektor kesehatan dan keamanan lingkungan yang disampaikan oleh fasilitator sebagai pengantar penyusunan
model oleh masing-masing komisi. Model tersebut adalah contoh hubungan beragam aktivitas dengan tujuan tertentu. Aktor-aktor kemudian dibagi menjadi
tiga kelompok komisi sesuai jumlah subsistem elemen yang diidentifikasi sebelumnya. Setiap komisi beranggotakan semua unsur para pihak. Komisi
bertugas menyusun hubungan saling bergantung beragam ide aktivitas dan indikator keberhasilannya.
Diskusi penyusunan model konseptual bagi masa depan pengelolaan Blok Agroforestri ini dapat berjalan dengan baik. Fasilitator berperan pasif Gambar
13. Aktor-aktor sangat antusias dalam merancang sistem yang berpengaruh bagi masa depan kehidupan dan pelaksanaan tugas para pihak. Pengambilan
keputusan lebih mudah terjadi karena materi diskusi tidak lagi membahas aktivitas masa lalu dan saat ini namun upaya menstrukturkan beragam aktivitas
dalam masa depan. Setiap aktor dapat mengusulkan ide-ide kreatifnya dalam suasana diskusi yang lebih nyaman.
Subsistem Hukum dan Aturan
Subsistem hukum dan aturan bertujuan untuk mencapai kualitas kenyamanan masyarakat dalam berusahatani dan kualitas hubungan antara
masyarakat dengan pengelola Blok Agroforestri Gambar 14. Inventarisasi potensi lahan secara rinci dianggap sebagai awal yang harus ditempuh agar
aktivitas lain dapat berjalan. Ini dilakukan karena tata guna kawasan Blok
9
Memperbaiki P tranformasi melalui Q aktivitas agar tercapai R tujuan sistem
50 Agroforestri telah jauh berbeda dengan rancangan lapangan penelitian
Agroforestri yang dulu dibuat oleh Proyek ATA-186.
Inventarisasi lahan secara rinci akan menghasilkan peta tata guna lahan faktual yang sesuai dengan kondisi tutupan lahan yang ada. Selain itu, jumlah
pemanfaat dan luasan areal yang diusahakannya akan dapat diketahui secara pasti. Peta tata guna lahan faktual adalah dasar penyusunan proses perijinan
status lahan proses pengaturan hak-hak penguasaan sehingga mencapai kejelasan status lahan. Penyuluhan hukum diperlukan untuk menguatkan proses
pengaturan hak-hak penguasaan Blok Agroforestri oleh masyarakat. Masyarakat akan berinisiatif membentuk kelompok pemanfaat apabila telah cukup jelas siapa
saja yang menjadi pemanfaat tetap dan status penguasaan lahannya. Pembentukan kelompok pemanfaat Blok Agroforestri akan memudahkan
komunikasi antara masyarakat dengan pengelola. Namun demikian, surat perjanjian kerjasama antara pemanfaat dan pengelola hanya akan dibuat apabila
kedua belah pihak mengevaluasi terlebih dahulu kualitas hubungan mereka. Ini Prasyarat juga dibuat untuk aktiv
itas ―pembuatan tanaman baru di lahan kosong‖, dimana hanya akan dilakukan di seluruh areal termasuk lahan yang telah atau
pernah menjadi kebun karet apabila substansi surat perjanjian kerjasama dapat diterima kedua pihak. Kualitas kenyamanan dan ketenangan dalam berusahatani
dianggap akan tercapai apabila telah ada kejelasan status lahan dan pelaksanaan pembuatan petak ujicoba ―penanaman tanaman baru‖ tanaman
hanya dilakukan di areal kosong yang belum dimanfaatkan masyarakat.
Gambar 12 Ice breaker untuk mendinginkan suasana tegang antar aktor
dalam lokakarya Foto: Faisal 2007 .
Gambar 13
Aktor dari
masyarakat menjelaskan model konseptual
Hukum dan Aturan yang disusun komisinya Foto: Faisal 2007.
51
Kualitas kenyamanan
dan ketenangan
dalam berusahatani
Kualitas hubungan
masyarakat dengan pihak
kehutanan Membuat surat
perjanjian kerjasama antara pemanfaat dengan
pengelola Membuat
tanaman baru di lahan kosong
Inventarisasi potensi biofisik dan sosial
ekonomi lahan Melakukan
penyuluhan hukum
Membentuk kelompok tani
Kejelasan status lahan
Proses perijinan status lahan
Gambar 14 Model konsept ual untuk perubahan ―hukum dan aturan‖ dalam
pengelolaan Blok Agroforestri KHDTK Benakat.
Subsistem Program Penelitian
Rancangan model konseptual ―Program Penelitian‖ merupakan ekspresi kritik dan aspirasi aktor-aktor dari masyarakat atas program penelitian yang
selama ini dilakukan pihak pengelola Gambar 15. Elemen sentral dalam subsistem ini adalah program penelitian partisipatif, sebagai gabungan dari 3
tiga aktivitas yaitu inventarisasi potensi biofisik dan sosial ekonomi Blok Agroforestri, pemilahan penelitian yang sesuai dengan sosial ekonomi dan
budaya setempat dan didukung oleh peran peneliti. Peran peneliti hanya dapat didorong apabila pimpinannya memprioritaskan kegiatan litbang untuk wilayah
ini. Ini dianggap penting mengingat selama ini peneliti umumnya tidak berminat menempatkan site kegiatan litbang-nya di Blok Agroforestri yang dianggap rawan
konflik dan vandalisme.
52
Kepala BPK memprioritaskan
kegiatan di KHDTK Benakat
Penelitian yang sesuai dengan sosial
ekonomi dan budaya setempat
Sosialisasi program
penelitian Inventarisasi dan
identifikasi potensi Memaksimalkan
peran peneliti
Penelitian di lahan karet
muda Melakukan penelitian
agroforestry Melakukan
penelitian ternak Melakukan penelitian
palawija di bawah tanaman karet
Mengambil kepakaran dari luar
Tingkat adopsi
penelitian
Jumlah dan Jenis
Penelitian Realisasi
rencana penelitian
Program penelitian partisipatif
Melakukan Diklat
Gambar 15 Model konseptual untuk perubahan ―Program Penelitian‖ di Blok Agroforestri KHDTK Benakat.
Tanda prasyarat
10
delay mark pada arah panah yang menuju realisasi rencana penelitian dalam model konseptual diartikan bahwa penelitian hanya
dapat terealisasi apabila dalam sosialisasinya dapat diterima masyarakat. Ini dilakukan karena selama ini beberapa penelitian memang disosialisasikan
kepada mereka namun tidak ada dialog menyangkut aspek kemanfaatan penelitian pragmatisme. Beberapa penelitian sebelumnya, baik yang dirancang
oleh peneliti dari Indonesia maupun Jepang dianggap hanya untuk memenuhi hasrat peneliti tanpa melihat manfaat praktis bagi masyarakat.
Model konseptual ―Program Penelitian‖ memasukkan penelitian-penelitian yang dianggap memiliki kemanfaatan praktis sebagai elemen yang dapat
10
Dalam pemodelan dinamika sistem kuantitatif tanda prasyarat seperti ini direpresentasikan dengan fungsi logis if…….then…….
53 menghasilkan pencapaian indikator jumlah dan jenis penelitian. Lebih jauh,
apabila jumlah dan jenis penelitian dianggap tercapai maka akan dilakukan evaluasi tingkat adopsinya dalam masyarakat. Hasil-hasil penelitian yang
teradopsi dengan baik akan dijadikan bahan rujukan bagi aktivitas pendidikan dan latihan, tidak hanya bagi masyarakat setempat tetapi juga bagi masyarakat
lainnya di luar KHDTK Benakat.
Subsistem Usahatani
Subsistem usahatani dirancang oleh aktor-aktor secara lebih sederhana dan relatif tanpa perdebatan Gambar 16. Model konseptual ini menganggap
bahwa penghasilan masyarakat akan berubah apabila produktivitas lahan juga berubah. Menurut partisipan lokakarya, produktivitas lahan dipengaruhi oleh
kondisi jalan, adanya modal usaha melalui pinjaman lunak, dan diterapkannya
pola usahatani terkini.
Modal usaha dalam bentuk pinjaman lunak dikelola oleh koperasi, namun pendirian koperasi hanya bisa dilakukan apabila jumlah pemanfaat lahan Blok
Agroforestri tidak lebih sedikit dari sekarang. Prasyarat pendirian koperasi tersebut muncul dari kekhawatiran aktor-aktor, terutama dari aparat pemerintah
daerah yang melihat kecenderungan penguasaan areal oleh beberapa orang
saja.
Aktivitas menerapkan pola usahatani terkini akan meningkatkan produktivitas lahan dan memengaruhi jumlah petani yang mendapat manfaat
langsung dari Blok Agroforestri. Penerapan teknologi budidaya lahan yang intensif dianggap sebagai pisau bermata dua; produktivitas per satuan lahan
kebun meningkat sehingga menurunkan keinginan satu keluarga untuk menguasai kebun yang luas, atau sebaliknya teknologi hanya bisa diterapkan
oleh beberapa orang saja yang memiliki cukup modal. Oleh karena itu, aktivitas menerapkan pola usahatani terkini dipengaruhi oleh hasil pendidikan dan latihan
diklat dan adopsi hasil-hasil penelitian, dua aktivitas yang terdapat pula dalam subsistem ―Program Penelitian‖. Ini berarti ada keterkaitan antarsubsistem.
54
Penghasilan masyarakat
Produktivitas lahan
Jumlah pemanfaat
lahan Blok Agroforestry
Melaksanakan DIKLAT
Menerapkan pola usahatani terkini
Mendirikan koperasi
Menyiapkan pinjaman lunak
Memperbaiki jalan
Tingkat adopsi penelitian
Gambar 16 Model konseptual untuk perubahan ―Pola Usahatani‖ masyarakat di Blok Agroforestri KHDTK Benakat.
Keterkaitan tiga subsistem pengelolaan Blok Agroforestri muncul sendiri dalam diskusi penyempurnaan model konseptual dalam pleno. Inventarisasi
potensi biofisik dan sosial ekonomi adalah awal menuju perubahan subsistem ―Hukum dan Aturan‖ dan subsistem ―Program Penelitian‖, sementara adopsi hasil
penelitian s ebagai indikator dalam subsistem ―Program Penelitian‖ merupakan
salah satu elemen penting dalam subsistem ―Pola Usahatani‖. Jika digabungkan maka ketiga subsistem tersebut akan membentuk kesatuan model konseptual
sistem pengelolaan Blok Agroforestri Gambar 17. Model konseptual sistem pengelolaan Blok Agroforestri disusun oleh
beragam aktivitas yang saling berurutan dan terkait secara logis. Model konseptual sistem aktivitas ini diuji kemampuannya dalam menelusuri
kemungkinan pencapaian indikator harapan masa depan, melalui simulasi. Ini dimungkinkan karena struktur aktivitas dalam model sistem merupakan hasil
kesepakatan dan konsensus sebagai proses pemetaan kognitif orang-orang.
55
Kepala BPK memprioritaskan
kegiatan di KHDTK Benakat
Penelitian yang sesuai dengan sosial
ekonomi dan budaya setempat
Sosialisasi program
penelitian Memaksimalkan
peran peneliti
Penelitian di lahan karet
muda Melakukan penelitian
agroforestry Melakukan
penelitian ternak Melakukan penelitian
palawija di bawah tanaman karet
Mengambil kepakaran dari luar
Tingkat adopsi
penelitian Jumlah
dan Jenis Penelitian
Realisasi rencana
penelitian Program penelitian
partisipatif
Melakukan Diklat
Penghasilan masyarakat
Produktivitas lahan
Jumlah pemanfaat
lahan Blok Agroforestry
Menerapkan pola usahatani terkini
Mendirikan koperasi
Menyiapkan pinjaman lunak
Memperbaiki jalan
Kualitas kenyamanan
dan ketenangan dalam bekerja
Kualitas hubungan
masyarakat dengan pihak
kehutanan Membuat surat
perjanjian kerjasama antara pemanfaat dengan
pengelola
Membuat tanaman baru di
lahan kosong Inventarisasi potensi
biofisik dan sosial ekonomi lahan
Melakukan penyuluhan hukum
Membentuk kelompok tani
Kejelasan status lahan
Proses perijinan status lahan
Gambar 17 Model konseptual sistem pengelolaan Blok Agroforestri KHDTK Benakat.
56 Simulasi berhasil memproyeksikan ukuran indikator-indikator tujuan sistem
pada masa depan dalam dua skenario, yakni mengeksekusi model konseptual posisi ―keinginan kita‖ atau tidak menjalankannya sama sekali posisi
―perkiraan‖. Tampilan hasil simulasi tersebut berupa grafis proyeksi posisi indikator-indikator dalam tiga masa, dulu 1980-a, kini 2007, dan masa depan
2020. Fasilitator menyiapkan grafis, sementara aktor-aktor mendiskusikan mengenai dimana posisi indikator seharusnya ditempatkan. Berikut uraian hasil
simulasi untuk beberapa indikator perubahan sistem pengelolaan Blok Agroforestri:
Penghasilan masyarakat
Simulasi pertama dilakukan terhadap pencapaian perubahan penghasilan masyarakat. Ini dianggap mudah untuk dibayangkan, karena telah terdapat
kecenderungan peningkatan pendapatan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Penghasilan masyarakat saat ini lebih tinggi dibanding era 1980-an,
dimana pada masa itu akses mereka terhadap kawasan hutan masih terbatas. Saat ini kebun karet yang berada di Blok Agroforestri mulai menghasilkan getah
dan diperkirakan akan makin produktif dalam tahun-tahun mendatang. Ini berarti, tanpa harus menjalankan aktivitas dalam model, penghasilan masyarakat akan
tetap mengalami peningkatan Gambar 18. Peningkatan penghasilan masyarakat juga dianggap sangat dipengaruhi
oleh membaiknya harga getah karet dalam tiga tahun terakhir. Saat ini pekebun karet yang memiliki 1 satu hektar karet lokal saja dapat memperoleh
penghasilan lebih dari satu juta rupiah setiap bulannya. Sementara, kepala keluarga yang berprofesi sebagai buruh harian dan tidak memiliki kebun karet,
sebagaimana sumber penghasilan mereka pada tahun 1980-an, hanya akan memperoleh pendapatan per bulannya tidak lebih dari lima ratus ribu rupiah
upah buruh yang diterima individu rata-rata lima belas ribu rupiah per hari. Aktor-aktor dari masyarakat tetap menginginkan terjadinya peningkatan
pendapatan yang lebih baik lagi dari hasil perkiraan. Ini terkait dengan situasi ketidaknyamanan berusahatani yang juga diperkirakan akan terus merosot,
sehingga dianggap dapat memengaruhi produktivitas lahan Blok Agroforestri. Diskusi ini menyingkapkan adanya fenomena ―relasi yang buruk‖ antara sebagian
besar pemanfaat Blok Agroforestri dengan pihak kehutanan. Selama ini, mereka
selalu mengurungkan aktivitasnya ke kebun apabila mengetahui kedatangan petugas dari BPK Palembang. Aktivitas membersihkan kebun dan menyadap
57 getah karet terganggu oleh ―kehadiran‖ orang kehutanan. Selain itu,
ketidaknyamanan dalam berusahatani juga dianggap memengaruhi gencarnya pengalihan jual beli beberapa areal kebun karet kepada orang-orang tertentu
yang dianggap ―tokoh‖.
Gambar 18 Perubahan penghasilan pemanfaat Blok Agroforestri yang diduga akan terjadi Perkiraan dan jika menjalankan aktivitas dalam model
konseptual Keinginan kita berdasarkan pendapat aktor-aktor. Perdebatan mengenai posisi ―seharusnya‖ indikator masa depan berhasil
mendorong keinginan para pihak untuk mendapatkan data obyektif atas variabel- variabel yang dianggap berpengaruh. Sementara itu, data hasil pra-observasi
yang dilakukan peneliti bersama beberapa orang aktor diragukan validitasnya. Masyarakat yang menjadi responden penelitian diduga menyembunyikan fakta
sebenarnya, karena relasi mereka dengan orang luar selama ini cenderung diliputi stereotif dan prasangka.
Simulasi pencapaian indikator penghasilan penghasilan masyarakat tidak hanya berhasil mengungkap perilaku masyarakat yang sulit untuk berbicara jujur
mengenai kehidupan mereka, namun memberi pelajaran berharga bagi aktor- aktor yang berasal dari aparat pemerintah, menyangkut perilaku dan peran yang
semestinya mereka lakukan. Keterkaitan erat antara penghasilan masyarakat dan kenyamanan dalam berusahatani mendorong para pihak untuk langsung
membuat simulasi pencapaian indikator kualitas kenyamanan berusaha tani. Penghasilan
Masyarakat
Tahun 2020
2007 Saat ini 1980
Keinginan kita
Perkiraan
58 Sementara itu, indikator produktivitas lahan dianggap sama dengan penghasilan
masyarakat.
Kualitas ketenangan dan kenyamanan berusahatani
Ketenangan dan kenyamanan dalam berusahatani dianggap merosot kualitasnya sejak seluruh Kawasan Hutan Register 32 Benakat menjadi areal
konsesi PT. Musi Hutan Persada pada tahun 1990-an. Sebelumnya, meskipun dianggap sebagai perambah hutan, masyarakat masih leluasa melakukan
aktivitas perladangan dan bahkan didorong untuk menjadi peserta program agroforestri oleh Proyek ATA-186. Indikator ini diperkirakan akan menurun
kualitasnya karena baik PT. MHP maupun pengelola Blok Agroforestri KHDTK Benakat tetap mengakui bahwa kawasan ini di bawah penguasaan mereka,
padahal di sisi lain keinginan masyarakat untuk berkebun karet di kawasan ini makin tinggi.
Gambar 19 Perubahan kualitas ketenangan dan kenyamanan berusahatani pemanfaat Blok Agroforestri yang diduga akan terjadi Perkiraan
dan jika menjalankan aktivitas dalam model konseptual Keinginan kita berdasarkan pendapat aktor-aktor.
Kualitas hubungan masyarakat dengan aparat kehutanan
Posisi kualitas hubungan antara masyarakat dengan pihak kehutanan pada masa depan diperkirakan lebih rendah dibanding posisi kualitas kenyamanan
berusahatani pada saat yang sama Gambar 20. Pengabaian terus menerus terhadap areal kawasan hutan yang telah diusahakan masyarakat oleh pihak
kehutanan akan membuat masyarakat merasa cukup tenang berusahatani. Kualitas
kenyamanan ketenangan
berusahatani
Tahun 2020
2007 Saat ini 1980
Keinginan kita
Perkiraan
59 Namun, hubungan masyarakat dengan aparat kehutanan akan terus memburuk,
karena diperkirakan areal kawasan hutan yang dimanfaatkan masyarakat untuk berkebun karet akan terus bertambah.
Perkiraan makin memburuknya hubungan masyarakat dengan aparat kehutanan disebabkan pula oleh sikap tidak serius para pengambil kebijakan
sektor kehutanan termasuk BPK Palembang dalam mewujudkan jargon ―hutan lestari rakyat sejahtera‖ yang beberapa kali disampaikan dalam forum pertemuan
dengan tokoh-tokoh masyarakat. Sikap ini dinilai dari tidak jelasnya aktivitas yang hendak dilakukan untuk mencapai visi ―kemakmuran masyarakat‖ dan
keengganan mereka berdialog langsung dengan masyarakat
11
.
Gambar 20 Perubahan kualitas hubungan masyarakat dengan pihak kehutanan yang diduga akan terjadi Perkiraan dan jika menjalankan aktivitas
dalam model konseptual Keinginan kita berdasarkan pendapat aktor-aktor.
Jumlah pemanfaat lahan Blok Argoforestry
Masyarakat yang memanfaatkan lahan Blok Agroforestri secara tetap saat ini adalah mereka yang bermukim di Dusun Tumpangsari dan masyarakat
lainnya yang mengusahakan kebun karet. Jumlah pemanfaat pada awal program
11
Pada Bulan Januari 2007, telah diselenggarakan pertemuan multipihak dalam rangka pengelolaan KHDTK Benakat. Pertemuan ini menyepakati pembentukan Forum Benakat Barokah
Bisa Makmur B3M, sebuah forum dialog yang bervisi mewujudkan kelestarian fungsi KHDTK Benakat dan kemakmuran masyarakat. Namun forum ini terkesan formal dan belum mampu
menghasilkan tindakan nyata untuk mencapai visi tersebut.
Kualitas hubungan
masyarakat dengan pihak
Kehutanan
Tahun 2020
2007 Saat ini 1980
Keinginan kita
Perkiraa
n
60 penelitian agroforestri sebanyak 30 kepala keluarga. Saat ini pemanfaat semakin
bertambah, seiring dinamika populasi masyarakat dan masuknya petani lain yang membuat kebun karet. Hasil simulasi menunjukkan bahwa apabila langkah-
langkah dalam model konseptual dijalankan dan sesuai dengan keinginan para pihak, maka orang yang akan memperoleh manfaat dari keberadaan Blok
Agroforestri akan semakin banyak. Jumlah pemanfaat Blok Agroforestri diperkirakan akan semakin berkurang
Perkiraan 2 atau semakin bertambah Perkiraan 1 Gambar 21. Dualisma prediksi jumlah pemanfaat ini muncul dari refleksi hasil pra-observasi yang
dilakukan peneliti bersama beberapa orang aktor. Dalam tiga tahun terakhir, jumlah pemanfaat memang semakin bertambah, namun pertambahan tersebut
dianggap fluktuatif, karena terdapat kecenderungan meningkatnya transaksi jual beli kebun karet akhir-akhir ini. Hal ini diperkirakan akan menyebabkan dominasi
penguasaan kebun karet oleh beberapa orang saja. Di sisi lain, praktik jual beli lahan justru makin mendorong petani lain untuk memanfaatkan areal-areal
kosong menjadi kebun karet.
Gambar 21 Kecenderungan perubahan jumlah pemanfaat lahan Blok Agroforestri yang diperkirakan terjadi Perkiraan dan jika menjalankan aktivitas
dalam model konseptual Keinginan kita berdasarkan pendapat aktor-aktor.
Perkiraan 2 Jumlah
pemanfaat lahan
Tahun 2020
2007 Saat ini 1980
Keinginan kita
Perkiraan 1
61
Realisasi rencana penelitian
Realisasi rencana penelitian menjadi salah satu indikator perubahan sistem pengelolaan Blok Agroforestri. Pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya
menyebutkan bahwa rencana penelitian di Blok Agroforestri batal direalisasikan karena selalu dikhawatirkan tidak dapat berjalan dengan baik. Resiko rusaknya
materi penelitian merupakan ancaman yang dikeluhkan peneliti. Selain itu, peneliti masih menganggap karet yang mendominasi Blok Agroforestri sebagai
materi non kehutanan sehingga ―sulit‖ dikombinasikan dengan komoditas kehutanan.
Sejak makin meningkatnya kerawanan konflik antara masyarakat dan pengelola, penelitian yang dapat dilaksanakan hanya yang berasal dari disiplin
ilmu-ilmu sosial. Berbagai ujicoba teknik agroforestri tidak pernah dilakukan lagi, sebagaimana dulu marak pada tahun 1980-an. Dalam simulasi ini, jika semua
aktivitas terutama dalam subsistem ―program penelitian berjalan sesuai kehendak para pihak, maka jumlah realisasi penelitian akan makin meningkat
Gambar 22. Upaya-upaya yang menguatkan modal sosial, sebagaimana dilakukannya penelitian ini, diperkirakan akan dapat melunakkan resistensi
masyarakat terhadap kegiatan penelitian di areal Blok Agroforestri. Simulasi pencapaian realisasi penelitian ini dianggap mewakili pula untuk indikator jumlah
dan jenis penelitian serta tingkat adopsi penelitian.
Gambar 22 Realisasi rencana penelitian di Blok Agroforestri yang diperkirakan
terjadi Perkiraan dan jika menjalankan aktivitas dalam model konseptual Keinginan kita berdasarkan pendapat aktor-aktor.
Realisasi rencana
penelitian
Tahun 2020
2007 Saat ini 1980
Keinginan kita
Perkiraan
62
4.4.5. Tahap 5 : Membandingkan model konseptual dengan dunia nyata Model konseptual merupakan wujud pola hubungan berbagai aktivitas
untuk mencapai transformasi keadaan saat ini menuju situasi yang diidamkan, sesuai dengan posisi dan cara pandang world-view para pihak. Situasi saat ini
yang direpresentasikan oleh gambar situasi rich picture Gambar 23 memperlihatkan pola hubungan yang saling bertentangan dengan model
konseptual. Sementara, hasil simulasi menunjukkan kesenjangan yang nyata antara situasi yang diidamkan dengan perkiraan keadaan yang bakal dihadapi
dalam masa depan.
Fasilitator meminta aktor-aktor untuk merenungkan dan mendiskusikan mengapa terjadi kesenjangan antara situasi yang diidamkan dengan situasi yang
diperkirakan akan terjadi; mengapa pola hubungan dalam model konseptual berbeda dengan pola hubungan yang sebenarnya terjadi selama ini. Tabel
kosong yang berisi uraian beragam aktivitas dalam model konseptual dan parameter operasionalisasinya dijadikan alat bantu untuk mengevaluasi
kesenjangan antara aktivitas dalam model konseptual dengan dunia nyata.
Hasil evaluasi terhadap beragam aktivitas dalam model konseptual masing- masing subsistem menunjukkan bahwa hampir seluruh aktivitas tidakbelum
terjadi di dunia nyata. Pengabaian tindakan manajemen atas Blok Agroforestri dirasakan sebagai penyebab tidak berjalannya fungsi kawasan ini. Selain itu,
lemahnya kapabilitas manajemen pemerintah birokrasi yang diindikasikan dengan lambannya respon atas dinamika situasi sosial kemasyarakatan,
dianggap menambah keruwetan permasalahan yang terjadi di lapangan. Oleh karena itu, aktor-aktor berinisiatif merancang tindakan alternatif untuk setiap
aktivitas dalam model konseptual.
Tindakan inisiatif yang dibuat berdasarkan komparasi model konseptual dengan situasi yang terjadi di dunia nyata merupakan upaya mewujudkan
beragam aktivitas harapan menjadi kenyataan. Ini berarti muncul keinginan aktor-aktor untuk menjadikan model konseptual sebagai rujukan tindakan nyata,
dengan cara menurunkan taraf abstraksi setiap aktivitas dalam model menjadi
lebih bersifat teknis operasional.
Aktivitas melaksanakan inventarisasi lahan dalam model konseptual ―hukum dan aturan‖ dan ―program penelitian‖ dianggap sebagai pertama
pengelolaan Blok Agroforestri. Karenanya, aktor-aktor dari pihak pengelola diminta untuk memprioritaskan kegiatan tersebut dalam perencanaan kegiatan
63 institusi mereka Tabel 8, 9. Aktivitas inventarisasi lahan dianggap sebagai kunci
bagi aktivitas-aktivitas lainnya. Oleh karena itu, tindakan inisiatif bagi aktivitas
selain inventarisasi lahan hanya berupa pedoman umum saja.
Pedoman tindakan awal setiap aktivitas ternyata bersifat substantif, strategis, maupun politis. Substantif, misalnya untuk aktivitas membuat surat
perjanjian kerjasama, materinya adalah pengakuan hak-hak pemanfaatan kawasan. Strategis, misalnya untuk melakukan penelitian agroforestri harus
diawali dengan kegiatan identifikasi masalah. Politis, misalnya untuk aktivitas membuat tanaman baru di lahan kosong akan dipimpin oleh aktor dari
masyarakat.
Tabel 8 Perbandingan antara model konseptual dengan kondisi faktual untuk subsistem ―Hukum dan Aturan‖
Aktivitas dalam Model
Eksistensi Bagaimana Dilakukan
Siapa pelaku
Baik Buruk
Tindakan inisiatif
Inventarisasi lahan
Ada Survei
rumah tangga
Tim Peneliti
Minim informasi
Aktor-aktor, terutama dari pihak
pengelola akan menjadikan
aktivitas ini sebagai prioritas
utama kegiatan
Melakukan penyuluhan
Hukum Belum
ada -
- -
Segera dilakukan setelah
inventarisasi
Membentuk kelompok tani
Belum ada
- -
- Pemanfaat dengan
difasilitasi pengelola akan
membentuk kelompok tani
setelah dilakukan inventarisasi lahan
Membuat tanaman baru
di lahan kosong
Belum ada
- -
- Dilakukan segera
setelah diketahui hasil inventarisasi
lahan. Aktor siap membantu
kelancaran pelaksanaan
Membuat perjanjian
kerjasama antara
masyarakat dengan
pengelola Belum
ada -
- -
Dilakukan setelah inventarisasi lahan.
Substansinya adalah pengakuan
hak memanfaatkan kawasan hutan.
64 Tabel 9 Perbandingan antara model konseptual dengan kondisi faktual untuk
subsistem ―Program penelitian‖
Kegiatan dalam Model
Eksistensi Bagaimana
dilakukan Siapa
pelaku Baik
Buruk Tindakan inisiatif
Inventarisasi potensi
biofisik dan sosial
ekonomi lahan
Ada Survei
rumah tangga
Tim Peneliti
Minim informasi
Aktor-aktor, terutama dari
pihak pengelola akan menjadikan
aktivitas ini sebagai prioritas
utama kegiatan.
Melakukan penelitian
yang sesuai dengan
kondisi Sosial
ekonomi dan
budaya lokal Belum
ada -
- -
Segera disusun setelah kegiatan
inventarisasi
Penelitian di lahan karet
muda Belum
ada -
- -
Diarahkan untuk peningkatan
produktivitas getah karet
Penelitian agroforestri
Tidak ada lagi
- -
- Diawali dengan
identifikasi masalah.
Penelitian ternak
Belum ada
- -
- Potensi dan
masalah disampaikan
kepada pihak
relevan Penelitian
palawija di bawah karet
Belum ada
Terintegrasi dengan penelitian
lainnya Mengambil
kepakaran luar
Belum ada
Bagian dari penelitian lain
Kepala BPK memprioritas
kan penelitian di
KHDTK Belum
ada -
- -
Menguatkan kerjasama
pengelolaan dengan pihak
lain.
Model konseptual subsistem pola usahatani ternyata memuat aktivitas yang telah berjalan di dunia nyata Tabel 10. Aktivitas ini dinilai kinerjanya,
apakah akan mendukung pencapaian tujuan sistem atau perlu diperbaiki kembali. Dua elemen dalam subsistem ini dianggap telah berjalan, namun perlu
fasilitasi pihak luar untuk mempercepat pencapaian tujuan sistem.
65 Tabel 10 Perbandingan antara model konseptual dengan kondisi faktual untuk
subsistem ―Pola usahatani‖
Kegiatan dalam Model
Eksistensi Bagaimana
Dilakukan Siapa
pelaku Baik
Buruk Tindakan
inisiatif Melaksanakan
pendidikan dan latihan
Diklat Belum ada -
- -
Membentuk sekolah
lapang multisektor
Menerapkan pola usaha
tani terkini Ada
Sebagian petani telah
mencoba menggunak
an bibit karet unggul
dan menanam
dengan pola agroforestri
Beberapa orang
petani Belum
baik; masih inisiatif
petani Membina
kader petani andalan
dalam setiap komunitas
Mendirikan koperasi
Belum ada - -
- Dilakukan
jika modal sosial di
kelompok tani sudah
mantap
Memperbaiki jalan
Ada Pembuatan
jalan tanah yang
diperkeras Pertamina,
PT. MHP, Medco,
Indellberg. Selalu
tidak bisa dilalui
apabila musim
hujan Harus ada
inisiatif dari BPK untuk
turut memperbaiki
jalan.