Tahap 4: Analisis sistem pengelolaan Blok Agroforestri

49 aktivitas mereka. Karenanya, penciptaan suasana diskusi yang lebih kondusif perlu dilakukan, misalnya dengan melakukan permainan peran atau mendorong terjadinya ice breaking Gambar 12. Pada kenyataannya, ketegangan suasana diskusi yang terjadi dalam tahap 1 dan 2 mulai mengendur pada saat pembahasan memasuki fase analisis sistem Tahap 3. Ide-ide aktivitas yang dibuat partisipan lokakarya didiskusikan kelogisannya dalam mencapai indikator perubahan melalui teknik PQR 9 . Ide aktivitas disepakati menjadi kumpulan aktivitas apabila mengikuti pola logis seperti contoh berikut: ―mengubah sistem hukum dan aturan P dengan cara membuat perjanjian kerjasama antara pemanfaat dan pengelola Q agar tercapai ketenangan dan kenyamanan dalam berusahatani R. Penyusunan model konseptual sistem aktivitas aktor-aktor dipermudah oleh contoh dua model sistem pengelolaan sektor kesehatan dan keamanan lingkungan yang disampaikan oleh fasilitator sebagai pengantar penyusunan model oleh masing-masing komisi. Model tersebut adalah contoh hubungan beragam aktivitas dengan tujuan tertentu. Aktor-aktor kemudian dibagi menjadi tiga kelompok komisi sesuai jumlah subsistem elemen yang diidentifikasi sebelumnya. Setiap komisi beranggotakan semua unsur para pihak. Komisi bertugas menyusun hubungan saling bergantung beragam ide aktivitas dan indikator keberhasilannya. Diskusi penyusunan model konseptual bagi masa depan pengelolaan Blok Agroforestri ini dapat berjalan dengan baik. Fasilitator berperan pasif Gambar 13. Aktor-aktor sangat antusias dalam merancang sistem yang berpengaruh bagi masa depan kehidupan dan pelaksanaan tugas para pihak. Pengambilan keputusan lebih mudah terjadi karena materi diskusi tidak lagi membahas aktivitas masa lalu dan saat ini namun upaya menstrukturkan beragam aktivitas dalam masa depan. Setiap aktor dapat mengusulkan ide-ide kreatifnya dalam suasana diskusi yang lebih nyaman. Subsistem Hukum dan Aturan Subsistem hukum dan aturan bertujuan untuk mencapai kualitas kenyamanan masyarakat dalam berusahatani dan kualitas hubungan antara masyarakat dengan pengelola Blok Agroforestri Gambar 14. Inventarisasi potensi lahan secara rinci dianggap sebagai awal yang harus ditempuh agar aktivitas lain dapat berjalan. Ini dilakukan karena tata guna kawasan Blok 9 Memperbaiki P tranformasi melalui Q aktivitas agar tercapai R tujuan sistem 50 Agroforestri telah jauh berbeda dengan rancangan lapangan penelitian Agroforestri yang dulu dibuat oleh Proyek ATA-186. Inventarisasi lahan secara rinci akan menghasilkan peta tata guna lahan faktual yang sesuai dengan kondisi tutupan lahan yang ada. Selain itu, jumlah pemanfaat dan luasan areal yang diusahakannya akan dapat diketahui secara pasti. Peta tata guna lahan faktual adalah dasar penyusunan proses perijinan status lahan proses pengaturan hak-hak penguasaan sehingga mencapai kejelasan status lahan. Penyuluhan hukum diperlukan untuk menguatkan proses pengaturan hak-hak penguasaan Blok Agroforestri oleh masyarakat. Masyarakat akan berinisiatif membentuk kelompok pemanfaat apabila telah cukup jelas siapa saja yang menjadi pemanfaat tetap dan status penguasaan lahannya. Pembentukan kelompok pemanfaat Blok Agroforestri akan memudahkan komunikasi antara masyarakat dengan pengelola. Namun demikian, surat perjanjian kerjasama antara pemanfaat dan pengelola hanya akan dibuat apabila kedua belah pihak mengevaluasi terlebih dahulu kualitas hubungan mereka. Ini Prasyarat juga dibuat untuk aktiv itas ―pembuatan tanaman baru di lahan kosong‖, dimana hanya akan dilakukan di seluruh areal termasuk lahan yang telah atau pernah menjadi kebun karet apabila substansi surat perjanjian kerjasama dapat diterima kedua pihak. Kualitas kenyamanan dan ketenangan dalam berusahatani dianggap akan tercapai apabila telah ada kejelasan status lahan dan pelaksanaan pembuatan petak ujicoba ―penanaman tanaman baru‖ tanaman hanya dilakukan di areal kosong yang belum dimanfaatkan masyarakat. Gambar 12 Ice breaker untuk mendinginkan suasana tegang antar aktor dalam lokakarya Foto: Faisal 2007 . Gambar 13 Aktor dari masyarakat menjelaskan model konseptual Hukum dan Aturan yang disusun komisinya Foto: Faisal 2007. 51 Kualitas kenyamanan dan ketenangan dalam berusahatani Kualitas hubungan masyarakat dengan pihak kehutanan Membuat surat perjanjian kerjasama antara pemanfaat dengan pengelola Membuat tanaman baru di lahan kosong Inventarisasi potensi biofisik dan sosial ekonomi lahan Melakukan penyuluhan hukum Membentuk kelompok tani Kejelasan status lahan Proses perijinan status lahan Gambar 14 Model konsept ual untuk perubahan ―hukum dan aturan‖ dalam pengelolaan Blok Agroforestri KHDTK Benakat. Subsistem Program Penelitian Rancangan model konseptual ―Program Penelitian‖ merupakan ekspresi kritik dan aspirasi aktor-aktor dari masyarakat atas program penelitian yang selama ini dilakukan pihak pengelola Gambar 15. Elemen sentral dalam subsistem ini adalah program penelitian partisipatif, sebagai gabungan dari 3 tiga aktivitas yaitu inventarisasi potensi biofisik dan sosial ekonomi Blok Agroforestri, pemilahan penelitian yang sesuai dengan sosial ekonomi dan budaya setempat dan didukung oleh peran peneliti. Peran peneliti hanya dapat didorong apabila pimpinannya memprioritaskan kegiatan litbang untuk wilayah ini. Ini dianggap penting mengingat selama ini peneliti umumnya tidak berminat menempatkan site kegiatan litbang-nya di Blok Agroforestri yang dianggap rawan konflik dan vandalisme. 52 Kepala BPK memprioritaskan kegiatan di KHDTK Benakat Penelitian yang sesuai dengan sosial ekonomi dan budaya setempat Sosialisasi program penelitian Inventarisasi dan identifikasi potensi Memaksimalkan peran peneliti Penelitian di lahan karet muda Melakukan penelitian agroforestry Melakukan penelitian ternak Melakukan penelitian palawija di bawah tanaman karet Mengambil kepakaran dari luar Tingkat adopsi penelitian Jumlah dan Jenis Penelitian Realisasi rencana penelitian Program penelitian partisipatif Melakukan Diklat Gambar 15 Model konseptual untuk perubahan ―Program Penelitian‖ di Blok Agroforestri KHDTK Benakat. Tanda prasyarat 10 delay mark pada arah panah yang menuju realisasi rencana penelitian dalam model konseptual diartikan bahwa penelitian hanya dapat terealisasi apabila dalam sosialisasinya dapat diterima masyarakat. Ini dilakukan karena selama ini beberapa penelitian memang disosialisasikan kepada mereka namun tidak ada dialog menyangkut aspek kemanfaatan penelitian pragmatisme. Beberapa penelitian sebelumnya, baik yang dirancang oleh peneliti dari Indonesia maupun Jepang dianggap hanya untuk memenuhi hasrat peneliti tanpa melihat manfaat praktis bagi masyarakat. Model konseptual ―Program Penelitian‖ memasukkan penelitian-penelitian yang dianggap memiliki kemanfaatan praktis sebagai elemen yang dapat 10 Dalam pemodelan dinamika sistem kuantitatif tanda prasyarat seperti ini direpresentasikan dengan fungsi logis if…….then……. 53 menghasilkan pencapaian indikator jumlah dan jenis penelitian. Lebih jauh, apabila jumlah dan jenis penelitian dianggap tercapai maka akan dilakukan evaluasi tingkat adopsinya dalam masyarakat. Hasil-hasil penelitian yang teradopsi dengan baik akan dijadikan bahan rujukan bagi aktivitas pendidikan dan latihan, tidak hanya bagi masyarakat setempat tetapi juga bagi masyarakat lainnya di luar KHDTK Benakat. Subsistem Usahatani Subsistem usahatani dirancang oleh aktor-aktor secara lebih sederhana dan relatif tanpa perdebatan Gambar 16. Model konseptual ini menganggap bahwa penghasilan masyarakat akan berubah apabila produktivitas lahan juga berubah. Menurut partisipan lokakarya, produktivitas lahan dipengaruhi oleh kondisi jalan, adanya modal usaha melalui pinjaman lunak, dan diterapkannya pola usahatani terkini. Modal usaha dalam bentuk pinjaman lunak dikelola oleh koperasi, namun pendirian koperasi hanya bisa dilakukan apabila jumlah pemanfaat lahan Blok Agroforestri tidak lebih sedikit dari sekarang. Prasyarat pendirian koperasi tersebut muncul dari kekhawatiran aktor-aktor, terutama dari aparat pemerintah daerah yang melihat kecenderungan penguasaan areal oleh beberapa orang saja. Aktivitas menerapkan pola usahatani terkini akan meningkatkan produktivitas lahan dan memengaruhi jumlah petani yang mendapat manfaat langsung dari Blok Agroforestri. Penerapan teknologi budidaya lahan yang intensif dianggap sebagai pisau bermata dua; produktivitas per satuan lahan kebun meningkat sehingga menurunkan keinginan satu keluarga untuk menguasai kebun yang luas, atau sebaliknya teknologi hanya bisa diterapkan oleh beberapa orang saja yang memiliki cukup modal. Oleh karena itu, aktivitas menerapkan pola usahatani terkini dipengaruhi oleh hasil pendidikan dan latihan diklat dan adopsi hasil-hasil penelitian, dua aktivitas yang terdapat pula dalam subsistem ―Program Penelitian‖. Ini berarti ada keterkaitan antarsubsistem. 54 Penghasilan masyarakat Produktivitas lahan Jumlah pemanfaat lahan Blok Agroforestry Melaksanakan DIKLAT Menerapkan pola usahatani terkini Mendirikan koperasi Menyiapkan pinjaman lunak Memperbaiki jalan Tingkat adopsi penelitian Gambar 16 Model konseptual untuk perubahan ―Pola Usahatani‖ masyarakat di Blok Agroforestri KHDTK Benakat. Keterkaitan tiga subsistem pengelolaan Blok Agroforestri muncul sendiri dalam diskusi penyempurnaan model konseptual dalam pleno. Inventarisasi potensi biofisik dan sosial ekonomi adalah awal menuju perubahan subsistem ―Hukum dan Aturan‖ dan subsistem ―Program Penelitian‖, sementara adopsi hasil penelitian s ebagai indikator dalam subsistem ―Program Penelitian‖ merupakan salah satu elemen penting dalam subsistem ―Pola Usahatani‖. Jika digabungkan maka ketiga subsistem tersebut akan membentuk kesatuan model konseptual sistem pengelolaan Blok Agroforestri Gambar 17. Model konseptual sistem pengelolaan Blok Agroforestri disusun oleh beragam aktivitas yang saling berurutan dan terkait secara logis. Model konseptual sistem aktivitas ini diuji kemampuannya dalam menelusuri kemungkinan pencapaian indikator harapan masa depan, melalui simulasi. Ini dimungkinkan karena struktur aktivitas dalam model sistem merupakan hasil kesepakatan dan konsensus sebagai proses pemetaan kognitif orang-orang. 55 Kepala BPK memprioritaskan kegiatan di KHDTK Benakat Penelitian yang sesuai dengan sosial ekonomi dan budaya setempat Sosialisasi program penelitian Memaksimalkan peran peneliti Penelitian di lahan karet muda Melakukan penelitian agroforestry Melakukan penelitian ternak Melakukan penelitian palawija di bawah tanaman karet Mengambil kepakaran dari luar Tingkat adopsi penelitian Jumlah dan Jenis Penelitian Realisasi rencana penelitian Program penelitian partisipatif Melakukan Diklat Penghasilan masyarakat Produktivitas lahan Jumlah pemanfaat lahan Blok Agroforestry Menerapkan pola usahatani terkini Mendirikan koperasi Menyiapkan pinjaman lunak Memperbaiki jalan Kualitas kenyamanan dan ketenangan dalam bekerja Kualitas hubungan masyarakat dengan pihak kehutanan Membuat surat perjanjian kerjasama antara pemanfaat dengan pengelola Membuat tanaman baru di lahan kosong Inventarisasi potensi biofisik dan sosial ekonomi lahan Melakukan penyuluhan hukum Membentuk kelompok tani Kejelasan status lahan Proses perijinan status lahan Gambar 17 Model konseptual sistem pengelolaan Blok Agroforestri KHDTK Benakat. 56 Simulasi berhasil memproyeksikan ukuran indikator-indikator tujuan sistem pada masa depan dalam dua skenario, yakni mengeksekusi model konseptual posisi ―keinginan kita‖ atau tidak menjalankannya sama sekali posisi ―perkiraan‖. Tampilan hasil simulasi tersebut berupa grafis proyeksi posisi indikator-indikator dalam tiga masa, dulu 1980-a, kini 2007, dan masa depan 2020. Fasilitator menyiapkan grafis, sementara aktor-aktor mendiskusikan mengenai dimana posisi indikator seharusnya ditempatkan. Berikut uraian hasil simulasi untuk beberapa indikator perubahan sistem pengelolaan Blok Agroforestri: Penghasilan masyarakat Simulasi pertama dilakukan terhadap pencapaian perubahan penghasilan masyarakat. Ini dianggap mudah untuk dibayangkan, karena telah terdapat kecenderungan peningkatan pendapatan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Penghasilan masyarakat saat ini lebih tinggi dibanding era 1980-an, dimana pada masa itu akses mereka terhadap kawasan hutan masih terbatas. Saat ini kebun karet yang berada di Blok Agroforestri mulai menghasilkan getah dan diperkirakan akan makin produktif dalam tahun-tahun mendatang. Ini berarti, tanpa harus menjalankan aktivitas dalam model, penghasilan masyarakat akan tetap mengalami peningkatan Gambar 18. Peningkatan penghasilan masyarakat juga dianggap sangat dipengaruhi oleh membaiknya harga getah karet dalam tiga tahun terakhir. Saat ini pekebun karet yang memiliki 1 satu hektar karet lokal saja dapat memperoleh penghasilan lebih dari satu juta rupiah setiap bulannya. Sementara, kepala keluarga yang berprofesi sebagai buruh harian dan tidak memiliki kebun karet, sebagaimana sumber penghasilan mereka pada tahun 1980-an, hanya akan memperoleh pendapatan per bulannya tidak lebih dari lima ratus ribu rupiah upah buruh yang diterima individu rata-rata lima belas ribu rupiah per hari. Aktor-aktor dari masyarakat tetap menginginkan terjadinya peningkatan pendapatan yang lebih baik lagi dari hasil perkiraan. Ini terkait dengan situasi ketidaknyamanan berusahatani yang juga diperkirakan akan terus merosot, sehingga dianggap dapat memengaruhi produktivitas lahan Blok Agroforestri. Diskusi ini menyingkapkan adanya fenomena ―relasi yang buruk‖ antara sebagian besar pemanfaat Blok Agroforestri dengan pihak kehutanan. Selama ini, mereka selalu mengurungkan aktivitasnya ke kebun apabila mengetahui kedatangan petugas dari BPK Palembang. Aktivitas membersihkan kebun dan menyadap 57 getah karet terganggu oleh ―kehadiran‖ orang kehutanan. Selain itu, ketidaknyamanan dalam berusahatani juga dianggap memengaruhi gencarnya pengalihan jual beli beberapa areal kebun karet kepada orang-orang tertentu yang dianggap ―tokoh‖. Gambar 18 Perubahan penghasilan pemanfaat Blok Agroforestri yang diduga akan terjadi Perkiraan dan jika menjalankan aktivitas dalam model konseptual Keinginan kita berdasarkan pendapat aktor-aktor. Perdebatan mengenai posisi ―seharusnya‖ indikator masa depan berhasil mendorong keinginan para pihak untuk mendapatkan data obyektif atas variabel- variabel yang dianggap berpengaruh. Sementara itu, data hasil pra-observasi yang dilakukan peneliti bersama beberapa orang aktor diragukan validitasnya. Masyarakat yang menjadi responden penelitian diduga menyembunyikan fakta sebenarnya, karena relasi mereka dengan orang luar selama ini cenderung diliputi stereotif dan prasangka. Simulasi pencapaian indikator penghasilan penghasilan masyarakat tidak hanya berhasil mengungkap perilaku masyarakat yang sulit untuk berbicara jujur mengenai kehidupan mereka, namun memberi pelajaran berharga bagi aktor- aktor yang berasal dari aparat pemerintah, menyangkut perilaku dan peran yang semestinya mereka lakukan. Keterkaitan erat antara penghasilan masyarakat dan kenyamanan dalam berusahatani mendorong para pihak untuk langsung membuat simulasi pencapaian indikator kualitas kenyamanan berusaha tani. Penghasilan Masyarakat Tahun 2020 2007 Saat ini 1980 Keinginan kita Perkiraan 58 Sementara itu, indikator produktivitas lahan dianggap sama dengan penghasilan masyarakat. Kualitas ketenangan dan kenyamanan berusahatani Ketenangan dan kenyamanan dalam berusahatani dianggap merosot kualitasnya sejak seluruh Kawasan Hutan Register 32 Benakat menjadi areal konsesi PT. Musi Hutan Persada pada tahun 1990-an. Sebelumnya, meskipun dianggap sebagai perambah hutan, masyarakat masih leluasa melakukan aktivitas perladangan dan bahkan didorong untuk menjadi peserta program agroforestri oleh Proyek ATA-186. Indikator ini diperkirakan akan menurun kualitasnya karena baik PT. MHP maupun pengelola Blok Agroforestri KHDTK Benakat tetap mengakui bahwa kawasan ini di bawah penguasaan mereka, padahal di sisi lain keinginan masyarakat untuk berkebun karet di kawasan ini makin tinggi. Gambar 19 Perubahan kualitas ketenangan dan kenyamanan berusahatani pemanfaat Blok Agroforestri yang diduga akan terjadi Perkiraan dan jika menjalankan aktivitas dalam model konseptual Keinginan kita berdasarkan pendapat aktor-aktor. Kualitas hubungan masyarakat dengan aparat kehutanan Posisi kualitas hubungan antara masyarakat dengan pihak kehutanan pada masa depan diperkirakan lebih rendah dibanding posisi kualitas kenyamanan berusahatani pada saat yang sama Gambar 20. Pengabaian terus menerus terhadap areal kawasan hutan yang telah diusahakan masyarakat oleh pihak kehutanan akan membuat masyarakat merasa cukup tenang berusahatani. Kualitas kenyamanan ketenangan berusahatani Tahun 2020 2007 Saat ini 1980 Keinginan kita Perkiraan 59 Namun, hubungan masyarakat dengan aparat kehutanan akan terus memburuk, karena diperkirakan areal kawasan hutan yang dimanfaatkan masyarakat untuk berkebun karet akan terus bertambah. Perkiraan makin memburuknya hubungan masyarakat dengan aparat kehutanan disebabkan pula oleh sikap tidak serius para pengambil kebijakan sektor kehutanan termasuk BPK Palembang dalam mewujudkan jargon ―hutan lestari rakyat sejahtera‖ yang beberapa kali disampaikan dalam forum pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat. Sikap ini dinilai dari tidak jelasnya aktivitas yang hendak dilakukan untuk mencapai visi ―kemakmuran masyarakat‖ dan keengganan mereka berdialog langsung dengan masyarakat 11 . Gambar 20 Perubahan kualitas hubungan masyarakat dengan pihak kehutanan yang diduga akan terjadi Perkiraan dan jika menjalankan aktivitas dalam model konseptual Keinginan kita berdasarkan pendapat aktor-aktor. Jumlah pemanfaat lahan Blok Argoforestry Masyarakat yang memanfaatkan lahan Blok Agroforestri secara tetap saat ini adalah mereka yang bermukim di Dusun Tumpangsari dan masyarakat lainnya yang mengusahakan kebun karet. Jumlah pemanfaat pada awal program 11 Pada Bulan Januari 2007, telah diselenggarakan pertemuan multipihak dalam rangka pengelolaan KHDTK Benakat. Pertemuan ini menyepakati pembentukan Forum Benakat Barokah Bisa Makmur B3M, sebuah forum dialog yang bervisi mewujudkan kelestarian fungsi KHDTK Benakat dan kemakmuran masyarakat. Namun forum ini terkesan formal dan belum mampu menghasilkan tindakan nyata untuk mencapai visi tersebut. Kualitas hubungan masyarakat dengan pihak Kehutanan Tahun 2020 2007 Saat ini 1980 Keinginan kita Perkiraa n 60 penelitian agroforestri sebanyak 30 kepala keluarga. Saat ini pemanfaat semakin bertambah, seiring dinamika populasi masyarakat dan masuknya petani lain yang membuat kebun karet. Hasil simulasi menunjukkan bahwa apabila langkah- langkah dalam model konseptual dijalankan dan sesuai dengan keinginan para pihak, maka orang yang akan memperoleh manfaat dari keberadaan Blok Agroforestri akan semakin banyak. Jumlah pemanfaat Blok Agroforestri diperkirakan akan semakin berkurang Perkiraan 2 atau semakin bertambah Perkiraan 1 Gambar 21. Dualisma prediksi jumlah pemanfaat ini muncul dari refleksi hasil pra-observasi yang dilakukan peneliti bersama beberapa orang aktor. Dalam tiga tahun terakhir, jumlah pemanfaat memang semakin bertambah, namun pertambahan tersebut dianggap fluktuatif, karena terdapat kecenderungan meningkatnya transaksi jual beli kebun karet akhir-akhir ini. Hal ini diperkirakan akan menyebabkan dominasi penguasaan kebun karet oleh beberapa orang saja. Di sisi lain, praktik jual beli lahan justru makin mendorong petani lain untuk memanfaatkan areal-areal kosong menjadi kebun karet. Gambar 21 Kecenderungan perubahan jumlah pemanfaat lahan Blok Agroforestri yang diperkirakan terjadi Perkiraan dan jika menjalankan aktivitas dalam model konseptual Keinginan kita berdasarkan pendapat aktor-aktor. Perkiraan 2 Jumlah pemanfaat lahan Tahun 2020 2007 Saat ini 1980 Keinginan kita Perkiraan 1 61 Realisasi rencana penelitian Realisasi rencana penelitian menjadi salah satu indikator perubahan sistem pengelolaan Blok Agroforestri. Pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya menyebutkan bahwa rencana penelitian di Blok Agroforestri batal direalisasikan karena selalu dikhawatirkan tidak dapat berjalan dengan baik. Resiko rusaknya materi penelitian merupakan ancaman yang dikeluhkan peneliti. Selain itu, peneliti masih menganggap karet yang mendominasi Blok Agroforestri sebagai materi non kehutanan sehingga ―sulit‖ dikombinasikan dengan komoditas kehutanan. Sejak makin meningkatnya kerawanan konflik antara masyarakat dan pengelola, penelitian yang dapat dilaksanakan hanya yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Berbagai ujicoba teknik agroforestri tidak pernah dilakukan lagi, sebagaimana dulu marak pada tahun 1980-an. Dalam simulasi ini, jika semua aktivitas terutama dalam subsistem ―program penelitian berjalan sesuai kehendak para pihak, maka jumlah realisasi penelitian akan makin meningkat Gambar 22. Upaya-upaya yang menguatkan modal sosial, sebagaimana dilakukannya penelitian ini, diperkirakan akan dapat melunakkan resistensi masyarakat terhadap kegiatan penelitian di areal Blok Agroforestri. Simulasi pencapaian realisasi penelitian ini dianggap mewakili pula untuk indikator jumlah dan jenis penelitian serta tingkat adopsi penelitian. Gambar 22 Realisasi rencana penelitian di Blok Agroforestri yang diperkirakan terjadi Perkiraan dan jika menjalankan aktivitas dalam model konseptual Keinginan kita berdasarkan pendapat aktor-aktor. Realisasi rencana penelitian Tahun 2020 2007 Saat ini 1980 Keinginan kita Perkiraan 62 4.4.5. Tahap 5 : Membandingkan model konseptual dengan dunia nyata Model konseptual merupakan wujud pola hubungan berbagai aktivitas untuk mencapai transformasi keadaan saat ini menuju situasi yang diidamkan, sesuai dengan posisi dan cara pandang world-view para pihak. Situasi saat ini yang direpresentasikan oleh gambar situasi rich picture Gambar 23 memperlihatkan pola hubungan yang saling bertentangan dengan model konseptual. Sementara, hasil simulasi menunjukkan kesenjangan yang nyata antara situasi yang diidamkan dengan perkiraan keadaan yang bakal dihadapi dalam masa depan. Fasilitator meminta aktor-aktor untuk merenungkan dan mendiskusikan mengapa terjadi kesenjangan antara situasi yang diidamkan dengan situasi yang diperkirakan akan terjadi; mengapa pola hubungan dalam model konseptual berbeda dengan pola hubungan yang sebenarnya terjadi selama ini. Tabel kosong yang berisi uraian beragam aktivitas dalam model konseptual dan parameter operasionalisasinya dijadikan alat bantu untuk mengevaluasi kesenjangan antara aktivitas dalam model konseptual dengan dunia nyata. Hasil evaluasi terhadap beragam aktivitas dalam model konseptual masing- masing subsistem menunjukkan bahwa hampir seluruh aktivitas tidakbelum terjadi di dunia nyata. Pengabaian tindakan manajemen atas Blok Agroforestri dirasakan sebagai penyebab tidak berjalannya fungsi kawasan ini. Selain itu, lemahnya kapabilitas manajemen pemerintah birokrasi yang diindikasikan dengan lambannya respon atas dinamika situasi sosial kemasyarakatan, dianggap menambah keruwetan permasalahan yang terjadi di lapangan. Oleh karena itu, aktor-aktor berinisiatif merancang tindakan alternatif untuk setiap aktivitas dalam model konseptual. Tindakan inisiatif yang dibuat berdasarkan komparasi model konseptual dengan situasi yang terjadi di dunia nyata merupakan upaya mewujudkan beragam aktivitas harapan menjadi kenyataan. Ini berarti muncul keinginan aktor-aktor untuk menjadikan model konseptual sebagai rujukan tindakan nyata, dengan cara menurunkan taraf abstraksi setiap aktivitas dalam model menjadi lebih bersifat teknis operasional. Aktivitas melaksanakan inventarisasi lahan dalam model konseptual ―hukum dan aturan‖ dan ―program penelitian‖ dianggap sebagai pertama pengelolaan Blok Agroforestri. Karenanya, aktor-aktor dari pihak pengelola diminta untuk memprioritaskan kegiatan tersebut dalam perencanaan kegiatan 63 institusi mereka Tabel 8, 9. Aktivitas inventarisasi lahan dianggap sebagai kunci bagi aktivitas-aktivitas lainnya. Oleh karena itu, tindakan inisiatif bagi aktivitas selain inventarisasi lahan hanya berupa pedoman umum saja. Pedoman tindakan awal setiap aktivitas ternyata bersifat substantif, strategis, maupun politis. Substantif, misalnya untuk aktivitas membuat surat perjanjian kerjasama, materinya adalah pengakuan hak-hak pemanfaatan kawasan. Strategis, misalnya untuk melakukan penelitian agroforestri harus diawali dengan kegiatan identifikasi masalah. Politis, misalnya untuk aktivitas membuat tanaman baru di lahan kosong akan dipimpin oleh aktor dari masyarakat. Tabel 8 Perbandingan antara model konseptual dengan kondisi faktual untuk subsistem ―Hukum dan Aturan‖ Aktivitas dalam Model Eksistensi Bagaimana Dilakukan Siapa pelaku Baik Buruk Tindakan inisiatif Inventarisasi lahan Ada Survei rumah tangga Tim Peneliti Minim informasi Aktor-aktor, terutama dari pihak pengelola akan menjadikan aktivitas ini sebagai prioritas utama kegiatan Melakukan penyuluhan Hukum Belum ada - - - Segera dilakukan setelah inventarisasi Membentuk kelompok tani Belum ada - - - Pemanfaat dengan difasilitasi pengelola akan membentuk kelompok tani setelah dilakukan inventarisasi lahan Membuat tanaman baru di lahan kosong Belum ada - - - Dilakukan segera setelah diketahui hasil inventarisasi lahan. Aktor siap membantu kelancaran pelaksanaan Membuat perjanjian kerjasama antara masyarakat dengan pengelola Belum ada - - - Dilakukan setelah inventarisasi lahan. Substansinya adalah pengakuan hak memanfaatkan kawasan hutan. 64 Tabel 9 Perbandingan antara model konseptual dengan kondisi faktual untuk subsistem ―Program penelitian‖ Kegiatan dalam Model Eksistensi Bagaimana dilakukan Siapa pelaku Baik Buruk Tindakan inisiatif Inventarisasi potensi biofisik dan sosial ekonomi lahan Ada Survei rumah tangga Tim Peneliti Minim informasi Aktor-aktor, terutama dari pihak pengelola akan menjadikan aktivitas ini sebagai prioritas utama kegiatan. Melakukan penelitian yang sesuai dengan kondisi Sosial ekonomi dan budaya lokal Belum ada - - - Segera disusun setelah kegiatan inventarisasi Penelitian di lahan karet muda Belum ada - - - Diarahkan untuk peningkatan produktivitas getah karet Penelitian agroforestri Tidak ada lagi - - - Diawali dengan identifikasi masalah. Penelitian ternak Belum ada - - - Potensi dan masalah disampaikan kepada pihak relevan Penelitian palawija di bawah karet Belum ada Terintegrasi dengan penelitian lainnya Mengambil kepakaran luar Belum ada Bagian dari penelitian lain Kepala BPK memprioritas kan penelitian di KHDTK Belum ada - - - Menguatkan kerjasama pengelolaan dengan pihak lain. Model konseptual subsistem pola usahatani ternyata memuat aktivitas yang telah berjalan di dunia nyata Tabel 10. Aktivitas ini dinilai kinerjanya, apakah akan mendukung pencapaian tujuan sistem atau perlu diperbaiki kembali. Dua elemen dalam subsistem ini dianggap telah berjalan, namun perlu fasilitasi pihak luar untuk mempercepat pencapaian tujuan sistem. 65 Tabel 10 Perbandingan antara model konseptual dengan kondisi faktual untuk subsistem ―Pola usahatani‖ Kegiatan dalam Model Eksistensi Bagaimana Dilakukan Siapa pelaku Baik Buruk Tindakan inisiatif Melaksanakan pendidikan dan latihan Diklat Belum ada - - - Membentuk sekolah lapang multisektor Menerapkan pola usaha tani terkini Ada Sebagian petani telah mencoba menggunak an bibit karet unggul dan menanam dengan pola agroforestri Beberapa orang petani Belum baik; masih inisiatif petani Membina kader petani andalan dalam setiap komunitas Mendirikan koperasi Belum ada - - - Dilakukan jika modal sosial di kelompok tani sudah mantap Memperbaiki jalan Ada Pembuatan jalan tanah yang diperkeras Pertamina, PT. MHP, Medco, Indellberg. Selalu tidak bisa dilalui apabila musim hujan Harus ada inisiatif dari BPK untuk turut memperbaiki jalan.

4.4.6. Tahap 6 : Menetapkan langkah-langkah perubahan

Perbandingan antara model konseptual dengan kondisi faktual menguatkan keinginan aktor-aktor untuk menyusun prioritas bagi aktivitas yang dapat ditempuh dalam jangka waktu secepatnya. Prioritas aktivitas dalam model konseptual yang bisa dilakukan para pihak untuk segera diwujudkan menjadi aksi nyata ditetapkan sebagai berikut: 1. Melakukan inventarisasi lahan 2. Membentuk kelompok tani 3. Membuat perjanjian kerjasama antara masyarakat dengan pengelola 4. Melakukan penyuluhan hukum 5. Membuat tanaman baru di lahan kosong Semua aktivitas dalam model konseptual ―hukum dan aturan‖ dianggap sebagai langkah-langkah awal yang dapat dilaksanakan secara bersama oleh para pihak, tanpa tergantung pihak lain. Langkah-langkah pengelolaan ini 66 dirasakan sebagai proses yang paling masuk akal untuk terlaksana dan pada saat aktor-aktor telah dapat memahami posisi masing-masing pihak. Para pihak bersepakat untuk memberi waktu selama 2 dua tahun bagi pencapaian langkah-langkah prioritas ini. Kesepakatan tentang langkah-langkah prioritas dalam pengelolaan Blok Agroforestri merupakan respon para pihak atas hasil diskusi simulasi dan perbandingan antara model konseptual dengan situasi sebenarnya. Atas kesepakatan tersebut, fasillitator mempertanyakan pencapaian indikator tujuan sistem apabila proses itu tercapai. Aktor-aktor akhirnya mendiskusikan kondisi seluruh indikator harapan masa depan apabila skenario langkah-langkah prioritas menjadi pilihan mereka. Ini mendorong keinginan untuk menilai kondisi semua indikator apabila semua aktivitas dalam model konseptual dapat mereka jalankan atau tidak sama sekali. Tabel 11 adalah hasil penilaian secara kualitatif dari aktor-aktor terhadap kondisi indikator tujuan sistem. Tiga skenario yang ada merupakan pilihan rasional. Apabila skenario yang dipilih adalah langkah-langkah prioritas saja, ternyata hanya dua indikator yakni kualitas kenyamanan dan ketenangan dalam berusahatani dan kualitas hubungan masyarakat dengan pengelola akan bernilai positif. Sementara, indikator pada subsistem program penelitian dan pola usahatani masih menjadi tanda tanya atau diragukan pencapaiannya. Pencapaian indikator terburuk adalah pada saat seluruh aktivitas dalam model konseptual tidak dijalankan seperti saat ini. Seluruh indikator akan bernilai negatif kecuali indikator pada subsistem pola usahatani yang masih tanda tanya. Partisipan lokakarya bersepakat menganggap skenario status quo sebagai pilihan buruk dan akan berusaha menghindarinya. Skenario terbaik dapat terwujud apabila semua aktivitas dalam model konseptual dilaksanakan secara konsisten. Semua indikator diyakini akan bernilai positif. Namun, skenario radikal ini dianggap sulit langsung dilaksanakan, tanpa melakukan evaluasi terlebih dahulu terhadap pencapaian indikator dalam subsistem ―hukum dan aturan‖. Skenario moderat dianggap sebagai kendaraan untuk menata kembali hubungan antara masyarakat dengan pihak kehutanan. Ini merupakan proses pengujian apakah model konseptual yang telah mereka susun dapat menjadi perangkat resolusi pengelolaan Blok Agroforestri. Proses menjalankan skenario moderat diharapkan dapat merekonstruksi cara pandang baru di antara mereka.