II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Memahami Konflik 2.1.1. Definisi, Penyebab dan Jenisnya
Konflik seringkali diidentikkan dengan pertentangan antara dua pihak atau lebih dan berkonotasi negatif. Dalam pengantar buku ―Bagaimana Memahami
Konflik‖, Hendricks 2004 menyebut konflik sebagai sesuatu yang tak terhindarkan, konflik melekat erat dalam jalinan kehidupan, umat manusia selalu
berjuang dengan konflik. Ini berarti konflik akrab dengan kehidupan manusia. Fisher et al. 2000 mendefinisikan konflik sebagai hubungan antara dua pihak
atau lebih individu atau kelompok yang memiliki, atau yang merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Robbins 2006 memberi definisi lebih
luwes, yaitu sebagai proses yang bermula ketika satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif, atau akan segera memengaruhi
secara negatif, sesuatu yang menjadi kepedulian pihak pertama. Dari dua definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa konflik bukan sekedar perseteruan, meski
situasi ini menjadi bagian dari konflik Pickering 2001. Konflik harus dirasakan oleh pihak-pihak yang terkait; ada atau tidak adanya konflik merupakan masalah
persepsi Robbins 2006. Kesamaan lain dari definisi konflik tersebut adalah
adanya ketidakcocokan antarpihak terhadap sesuatu. Konflik timbul karena ketidakseimbangan antara hubungan-hubungan
seperti kesenjangan status sosial, kurang meratanya kemakmuran dan akses yang tidak seimbang yang kemudian menimbulkan masalah-masalah
diskriminasi Fisher et al. 2000. Sedangkan menurut Fuad dan Maskanah 2000 konflik disebabkan perbedaan nilai, status, kekuasaan, dan kelangkaan
sumberdaya, dimana masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang sama terhadap sumberdaya.
Lebih dalam, Fisher et al. 2000 mengemukakan teori-teori utama mengenai sebab-sebab konflik yaitu:
1. Teori hubungan masyarakat, menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara
kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. 2. Teori negosiasi prinsip, menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-
posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.
5 3. Teori kebutuhan manusia, berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam
disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia-fisik, mental, dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi.
4. Teori identitas, berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di
masa lalu yang tidak terselesaikan. 5. Teori kesepahaman antarbudaya, berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh
ketidakcocokan dalam cara-cara berkomunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda.
6. Teori transformasi konflik, berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai
masalah-masalah sosial, budaya, dan ekonomi. Jika demikian, maka sumber utama konflik adalah perbedaan,
sebagaimana dikemukakan oleh Tadjudin 2000. Perbedaan tersebut bisa bersifat mutlak artinya secara objektif memang berbeda, namun bisa juga
perbedaan tersebut hanya ada di tingkat persepsi. Pihak lain bisa
dipersepsikan memiliki sesuatu yang berbeda atau pihak lain dicurigai sebagai berbeda, meskipun secara objektif sama sekali tidak ada perbedaan. Perbedaan
bisa terjadi pada berbagai tataran Tadjudin 2000, misalnya: perbedaan persepsi, pengetahuan, tata nilai, kepentingan, akuan hak ―kepemilikan‖.
Menurut Fuad dan Maskanah 2000 konflik dapat berwujud konflik tertutup latent, mencuat emerging dan terbuka manifest. Ciri-ciri konflik tersebut
adalah: 1 Konflik tertutup latent, dicirikan dengan adanya tekanan-tekanan yang tidak tampak, tidak sepenuhnya berkembang, dan belum terangkat ke
puncak kutub konflik seringkali salah satu atau kedua pihak belum menyadari adanya konflik bahkan paling potensial sekalipun; 2 konflik mencuat emerging
adalah perselisihan dimana pihak-pihak yang berselisih telah teridentifikasi, diakui adanya perselisihan, kebanyakan permasalahannya jelas, tetapi proses
penyelesaian masalahnya belum berkembang; 3 konflik terbuka manifest merupakan konflik dimana pihak-pihak yang berselisih terlibat secara aktif dalam
perselisihan yang terjadi, mungkin sudah mulai untuk bernegosiasi mungkin pula telah mencapai tujuan buntu. Sedangkan menurut taraf permasalahannya,
terdapat 2 jenis konflik yaitu konflik vertikal dan konflik horisontal. Konflik vertikal terjadi apabila pihak yang dilawan oleh pihak lainnya berada pada level yang