aspek-aspek strategis dalam pilkada. Media massa, kelompok-kelompok masyarakat, partai politik serta pencitraan figur politik adalah aspek-aspek
strategis yang digunakan oleh etnis Tolaki dalam pilkada 2007. Pengoptimalisasian beragam aspek strategis ini selain untuk menggalang
suara masyarakat juga ditujukan untuk memperoleh peran-peran dan posisi strategis dalam peta politik Sultra.
4. Menghadapi situasi politik pilkada dimana figur etnis Tolaki selalu ada
dalam setiap pasangan calon, kubu NUSA dengan Nur Alam sebagai figur utamanya, mengoptimalisasikan figur – figur lokal di tingkat mikro untuk
mendapatkan suara dari masyarakat khususnya masyarakat wilayah daratan. Hal ini lebih memberikan esensi terhadap peranan etnis Tolaki
dalam pemenangan kubu NUSA. Jadi dalam menentukan pilihan politik, masyarakat tidak hanya didasari oleh faktor kesamaan etnis saja tetapi
lebih dikarenakan hadirnya figur lokal yang menyentuh sisi psikologis dan kedekatan emosional masyarakat. Hal ini menujukkan konsep primordial
sebagai basis legitimasi baru dalam masyarakat yang dikemukakan oleh Soetarto dan Shohibuddin 2004 harus diletakkan pada konteks kondisi
sosial politik yang berlaku dalam masyarakat. 5.
Motivasi perilaku politik, bentuk perilaku politik melalui optimalisasi aspek strategis Pilkada serta tujuan perubahan peranan dalam peta politik
Sultra adalah serangkaian tindakan sosial yang ditunjukkan oleh etnis Tolaki. Hal tersebut menujukkan berlakunya teori Weber mengenai
tindakan sosial sebagai obyek sosiologi yang memiliki tiga aspek penting yaitu motif sebagai landasan berperilaku, wujud perilaku serta tujuan
perilaku.
7.2 Saran
Berdasarkan perjalanan penelitian yang dilakukan, dalam kesempatan ini peneliti memberikan beberapa saran yang menjadi masukan bagi pihak-pihak
terkait: 1.
Terkait dengan proses penelitian, pemerintah sedianya memikirkan ketersediaan data yang menyangkut etnisitas di Indonesia secara umum
dan di Sultra secara khusus, untuk kepentingan akademisi dan penelitian sosial yang tentunya memberikan dampak positif bagi pembangunan
masyarakat atau secara lebih jauh bagi pengambilan kebijakan yang terkait dengan masyarakat.
2. Penelitian mengenai proses pilkada dan juga pilpres merupakan topik yang
menarik dan semakin banyak dilakukan akhir-akhir ini. Keterkaitan antara kehidupan masyarakat dari berbagai segi termasuk segi etnisitasnya
merupakan hal yang tidak kalah menarik untuk dikaji. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber rujukan dalam penelitian tersebut.
3. Penelitian ini lebih memfokuskan pada satu etnis saja yaitu etnis Tolaki
dalam pilgub Sultra, di lain sisi kekhasan perilaku politik etnis lainnya di Sultra secara khusus, dan Indonesia secara umum juga menarik untuk
dikaji. Peneliti menyarankan atas pengkajian etnisitas yang ada di Indonesia saat ini sebagai bahan pembanding dengan kajian perilaku
politik etnis Tolaki yang dilakukan peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Muryanto. 2005. Sistem Pemilihan Kepala Daerah Langsung: Problem, Implikasi Politik dan Solusinya. Jurnal Ilmu Politik POLITEIA Vol. 1
No.1 Juni 2005. Babbie, Earl. 2004. The Practice of Social Research. United State of America:
Wadsworth. Badan Pusat Statistik. Sulawesi Tenggara dalam Angka 2007. Kendari: BPS.
Baron, Robert dan Donn Byrne. 2004. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Borgatta, E.F dan Borgatta, M.L. eds. Encyclopedia Of Sociology. Volume 2.
New York: MacMillan Publishius Company. Bottomore, T.B. 1983. Sosiologi Politik. PT. Bina Aksara.
Bottomore, T.B. 1984. Kelompok Elite dan Masyarakat dalam Sartono Kartodirjo ed Kepemimpinan Dalam Dinamika Sosial. Jakarta: LP3ES.
Brown, David. 1994. The State And Ethnic Politics in SouthEast Asia. London and NewYork: Routledge.
Dharmawan, A.H.2006. Pembaharuan Tata Pemerintahan Desa Berbasis Lokalitas dan Kemitraan. Bogor: Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan
Pedesaan Bekerjasama dengan UNDP. Evers, Hans-Dieter dan Tilman Schiel. 1992. Kelompok-Kelompok Strategis:
Studi Perbandingan Tentang Negara, Birokrasi dan Pembentukan Kelas di Dunia Ketiga. Jakarata: Yayasan Obor Indonesia.
Harahap, Husnul Isa. 2005. Partisipasi Politik Masyarakat Kota Binjai Studi Analisis Terhadap Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Langsung Tahun 2004 Tahap I. Jurnal Ilmu Politik POLITEIA Vol. 1 No.1 Juni 2005.
Harrison and Samuel P. Huntington. 2000. Culture Matters, How Values Shape Human Progress. New York: Basic Books.
Healey. 1945. Race, Ethnicity, Gender and Class, The Sociology of Group Conflict and Change. Londong: Sage Publication.
Koentjaraningrat. 1990. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Laeyendecker, L. 1983. Tata, Perubahan, Dan Ketimpangan; Suatu Pengantar Sejarah Sosiologi. Jakarta: PT. Gramedia.
Rachim, M. Djufri. 2008. Face Of Lokal Democrazy Problematika Pilkada, KPU dan Pemilu, Perilaku Politik, Wjah Miring DPRD. Kendari:
KOMUNIKA. 2007.Mengenal Cagub Sultra 2008-2013 Seri 1. Kendari Komunika.
2007. Mengenal Cagub Sultra 2008-2013 Seri 2. Kendari Komunika. 2007. Mengenal Cagub Sultra 2008-2013 Seri 3. Kendari Komunika.
2007. Mengenal Cagub Sultra 2008-2013 Seri 4. Kendari Komunika.
Rush, Michael dan Philliph Althoff. 1983. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: CV. Rajawali.
Sarwono, S. W. 1999. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Sitepu, P. Anthonius. 2005. Transformasi Kekuatan-Kekuatan Politik dalam Konfigurasi Politik Sistem Politik Indonesia. Jurnal Ilmu Politik
POLITEIA Vol. 1 No.1 Juni 2005. Soetarto, E. dan Moh. Shohibuddin. Pemilu DPD dan Ikatan Solidaritas Lokal di
Sulawesi Tengah: Sebuah Penilaian Awal. Mimbar Sosek: Jurnal Sosial- Ekonomi Pertanian.Volume 17, Nomor.2. Agustus 2004.
Stone dan Rutledge Dennis. 2003. Race and Ethnicity, Comparative and Theoritical Approaches. Blackwell Publishing.
Suryatna, Undang. 2007. Hubungan Karateristik Pemilih dan Terpaan Informasi Kampanye Politik dengan Perilaku Memilih Kasus pemilihan bupati dan
wakil bupati cianjur tahun 2006. Thesis Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Poitr Sztompka. 1994. The Sociology of Social Change. Oxford: Blackwell Publishers.
Tamburaka, Rustam. 2004. Sejarah Sulawesi Tenggara dan 40 Tahun Sultra Membangun. Jakarta: CV. Himep.
Tarimana, Abdurrauf. 1989. Kebudayaan Tolaki. Jakarta: Balai Pustaka.
DALAM
Kasus:
PERIL PEMILIH
Kubu NUS
ARY
SE INST
LAKU POL HAN GUB
TA
SA Dalam P Ta
YUNI SA
EKOLAH TITUT PE
LITIK ET BERNUR S
AHUN 2007
emilihan G ahun 2007
ALPIAN
PASCAS ERTANIA
2009 TNIS TOL
SULAWE 7
ubernur Su
NA JABA
ARJANA AN BOGO
LAKI ESI TENG
ulawesi Teng
AR
A OR
GGARA
ggara
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Perilaku Politik Etnis Tolaki Dalam Pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara Tahun 2007 Kasus:
Kubu NUSA Dalam Pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara Tahun 2007 adalah merupakan karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Februari 2009
Aryuni Salpiana Jabar NIM: I351060081
ABSTRACT
Aryuni Salpiana Jabar, Political Behaviour Of Tolaki Ethnic In 2007 South Of East Sulawesi Governor Election Case: Group Of NUSA in 2007
South Of East Sulawesi Governor Election. Under direction of Said Rusli and
Saharuddin.
In political world, political action refers to the amount of political behaviour which done by political elite or political actor. That political behaviour
based political motivation and amount of purpose and political expectant. Society in South of East Sulawesi Sultra go to local democration by system of local
government election. This study aims to investigate “why” and “how” political behaviour of Tolaki ethnic as individual actor. This is a qualitative study which
use primary and secondary data. The findings of this study show leader values of Tolaki ethnic which
internalize in them self and history of political configuration in Sultra that Tolaki ethnic not dominate, be political motivation for Individual Tolaki ethnic.
Governor election is one momentum to change’s position of Tolaki ethnic in political conviguration in Sultra. Political aspect as political force used of Tolaki
actor like political parties as formal aspect, mass media, social group in society and political figures as non-formal aspec.
Keywords: political behaviour, leader values, political configuration and political aspect.
RINGKASAN
Aryuni Salpiana Jabar, Perilaku Politik Etnis Tolaki Dalam Pemilihan Gubernur Sulawesi TenggaraTahun 2007, Kasus: Kubu NUSA Dalam Pemilihan
Gubernur Sulawesi Tenggara Tahun 2007. Di bawah bimbingan Said Rusli sebagai Ketua dan Saharuddin sebagai Anggota.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji “mengapa” dan “bagaimana” perilaku politik etnis Tolaki dalam pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara tahun
2007 sebagai jalan untuk menjelaskan hadirnya figur beretnis Tolaki sebagai pemenang dalam pilgub Sultra tahun 2007. Penelitian ini dipumpunkan pada tiga
aspek penting tindakan sosial sebagai sebuah obyek sosiologi yaitu motivasi dari tindakan yang dilakukan, bentuk tindakan itu sendiri serta tujuan yang ingin
dicapai dari sebuah tindakan sosial. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dan menggunakan data primer dan sekunder. Unit analisis dalam penelitian adalah
individu aktor politik beretnis Tolaki dengan mengambil kasus kubu NUSA sebagai salah satu kubu yang dilekatkan dengan identitas Tolaki sebagai jalan
untuk memahami bagaimana aktor politik beretnis Tolaki secara individu melakukan perilaku dan tindakan politik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua motivasi penting aktor politik beretnis Tolaki dalam melakukan tindakan politik yaitu nilai-nilai
kepemimpinan yang terkandung dalam Kalo sebagai dasar perilaku orang Tolaki dan terinternalisasi dalam diri aktor politik beretnis Tolaki serta sejarah perjalanan
peta politik Sultra dimana aktor beretnis Tolaki tidak mendominasi. Kalosara sebagai acuan bertindak orang Tolaki mengatur dasar
kepemimpinan, bagaimana seorang pemimpin serta tujuan kepemimpinan orang Tolaki. Nilai kepemimpinan ini menjadi modal seorang Tolaki dalam memimpin
masyarakat. Sejarah perjalanan peta politik Sultra menghadirkan dikotomis wilayah daratan versus kepulauan. Keterwakilan figur dari kedua wilayah ini
penting untuk menjaga stabilitas sosial politik masyarakat Sultra yang tersebar dalam dua wilayah persebaran penduduk yaitu daratan dan kepualauan.
Di wilayah daratan Sultra, etnis Tolaki merupakan etnis dominan, sedangkan di wilayah kepulauan Sultra etnis Muna dan Buton sebagai etnis yang
dominan. Perjalanan peta politik Sultra menunjukkan etnis Tolaki dari wilayah daratan hanya satu kali menjadi Gubernur sedangkan figur kepulauan selalu
memonopoli kedudukan Gubernur. Momentum pemilihan Gubernur merupakan satu ajang penting bagi figur
daratan maupun kepulauan sebagai ajang monopoli peta kekuasaan Sultra. Bagi figur kepulauan, pilgub 2007 adalah pembuktian monopoli peta kekuasaan Sultra,
sedangkan bagi figur daratan, pilgub 2007 adalah ajang perebutan monopoli kekuasaan tersebut. Perebutan monopoli kekuasaan lebih memiliki makna dalam
sistem pemilihan yang telah berubah dari pemilihan oleh dewan legislatif menjadi pemilihan secara langsung oleh masyarakat.
Upaya untuk mendapatkan posisi Gubernur Sultra diwujudkan dengan serangkaian perilaku politik melalui optimalisasi aspek-aspek strategis pilkada.
Optimalisasi peranan partai politik sebagai lembaga yang menentukan calon kepala daerah termasuk optimalisasi jaringan anggota partai politiknya merupakan
salah satu wujud perilaku politik untuk mencapai tujuan politik aktor beretnis Tolaki. Selain itu, optimalisasi media massa, kelompok masyarakat serta figur
politik merupakan aspek-aspek strategis lainnya yang dilakukan oleh aktor beretnis Tolaki.
Partai politik memiliki kewenangan dalam menetapkan pasangan calon kepala daerah yang diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 pasal 59. Menyadari
pentingnya peran partai politik ini, Nur Alam sebagai individu beretnis Tolaki masuk ke dalam PAN, salah satu partai besar di Sulawesi Tenggara dan
mengambil peranan penting sebagai ketua partai. Diutusnya Nur Alam sebagai calon tunggal partai PAN adalah bukti bahwa Nur Alam mampu memberikan
dominasi kontrol terhadap keputusan internal partai. Dalam pilkada Sultra 2007, setiap pasangan calon kepala daerah selalu
menampilkan figur beretnis Tolaki, baik sebagai calon Gubernur maupun hanya sebagai calon Wakil Gubernur. Hal ini menyebabkan aspek primordial sebagai
salah satu dasar pilihan masyarakat tidak dapat efektif dimana suara masyarakat
daratan akan terbagi-bagi ke dalam empat kubu. Kubu NUSA memberikan kekhasan perilaku politik dibanding figur daratan lain dengan mengutamakan
figur tingkat mikro sebagai penyambung antara calon pasangan kepala daerah dengan masyarakat akar rumput.
Pencitraan positif terhadap figur politik merupakan aspek penting dalam pemilihan secara langsung oleh masyarakat. Nur Alam telah membangun figur
positif di tengah masyarakat melalui kegiatan keliling desa jauh sebelum suksesi pilkada berlangsung. Penggunaan media massa juga dilakukan untuk membentuk
figur positif Nur Alam. Serangkaian optimalisasi aspek politik memberikan kemenangan dan
posisi Gubernur bagi Nur Alam. Konsisten dengan tujuan politiknya: etnis Tolaki mendapat posisi penting pemerintahan Sultra, Nur Alam melakukan resuffle
organisasi pemerintahan dengan menempatkan figur-figur Tolaki pada posisi penting.
Hasil review terhadap perilaku politik Nur Alam melalui optimalisasi aspek strategis pilkada menunjukkan aspek primordial menjadi lebih efektif
dalam pemenangan kubu NUSA ketika Nur Alam mengoptimalkan peranan figur- figur tingkat mikro. Kondisi sosial pemilih yang tersebar di dua wilayah, daratan
dan kepulauan menjadikan aspek media massa dan figur politik efektif untuk menyentuh berbagai segi masyarakat.
© Hak cipta milik IPB, Tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang – undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber. a.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB
PERILAKU POLITIK ETNIS TOLAKI
DALAM PEMILIHAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA TAHUN 2007
Kasus: Kubu NUSA Dalam Pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara Tahun 2007
ARYUNI SALPIANA JABAR
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Sosiologi Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Perilaku Politik Etnis Tolaki Dalam Pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara Tahun 2007
Kasus : Kubu NUSA Dalam Pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara Tahun 2007
Nama : Aryuni Salpiana Jabar
NRP : I351060081
Program Studi : Sosiologi Pedesaan SPD
Menyetujui Komisi Pembimbing,
Ir. Said Rusli, MA Dr.
Saharuddin, M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Sosiologi Pedesaan
Dr. Nurmala K. Pandjaitan, M.S DEA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.Si
Tanggal Ujian: 19 Februari 2009 Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah. Swt atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah dengan judul Perilaku Politik Etnis Tolaki Dalam Pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara Tahun 2007 Kasus: Kubu NUSA Dalam Pemilihan
Gubernur Sulawesi Tenggara Tahun 2007 ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S2 dan memperoleh gelar Magister Sains dari program studi Sosiologi Pedesaan, Institut
Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Said Rusli, MA
selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Saharuddin, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan bimbingan yang bermanfaat bagi
penulisan penelitian ini. Penulis juga menghaturkan ucapan terimakasih kepada bapak Prof. Dr. Endriatmo Soetarto, Guru Besar Politik dan Agraraia Institut Pertanian Bogor,
selaku dosen penguji pada sidang tesis. Disamping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga besar penulis dan rekan-rekan di Program Studi Sosiologi
Pedesaan SPD angkatan 2006 Mba. Hana, Mba. Ita, Pa’ Slamet atas segala informasi akademiknya, Pa’ Syarif, Pa Udin, Pa Himawan, Yusuf yang telah banyak memberikan
bantuan dan dukungan selama ini. Kepada Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Bapak Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar
Notodiputro, M.Si dan Ketua Program Studi Sosiologi Pedesaan, Ibu Nurmala K. Pandjaitan, penulis ucapkan terima kasih atas kesediaannya menerima penulis untuk
mengikuti pendidikan magister, serta penulis juga menghaturkan terima kasih kepada para Dosen PS.SPD atas bekal ilmu yang telah diberikan pada penulis yang sangat
berguna bagi penulis di masa yang akan datang. Kepada Bapak, H. Syeh All Jabbar, SH., MH dan Ibu, Ramlah All Jabbar, terima
kasih atas doa yang senantiasa diberikan dimanapun penulis berada. Pada saudara – saudaraku Ogim, Wawan, Japret, Ira dan Angko yang telah membantu penelitian di
lapangan, terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya Terkhusus Karya ini saya persembahkan kepada Suami tercinta, Brigadir. Idris
Hasan dan Anak tersayang Syarifa Azra Al Idris Syifa-ku yang senantiasa selalu ikhlas mendoakan, memberikan dukungan untuk keberhasilan penulis, terima kasih atas
penantian dan pengorbanan yang telah di lakukan.
Penulis sadar bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik, saran, dan tanggapan sangat diharapkan dari para pembaca untuk
menyempurnakan isi tulisan ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat.
Bogor, Februari 2009
Aryuni Salpiana Jabar
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 19 Juli 1984 sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan All Jabbar dan Ramlah Jabar. Penulis
menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Dasar SD sampai Sekolah Menengah Atas SMA di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Tahun 2002 penulis
lulus dari SMUN 1 Kendari dan pada tahun yang sama lulus seleksi USMI Undangan Siswa Masuk IPB di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian,
Jurusan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Pada tahun 2006 penulis berhasil menamatkan Strata 1 dengan predikat Mahasiswa Terbaik Jurusan
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat KPM dan melanjutkan studi S2 pada tahun yang sama di sekolah Pascasarjana IPB program studi Sosiologi
Pedesaan. Pada tahun 2007, di tengah studi S2, penulis menikah dengan suami Brigadir Idris Hasan dan saat ini telah dikaruniai seorang anak, Syarifa Azra Al
Idris.
Daftar Isi
I. PENDAHULUAN
1 1.1
Latar Belakang 1
1.2 Perumusan
Masalah Penelitian 5
1.3 Tujuan
Penelitian 7
1.4 Kegunaan Penelitian 7
II. PENDEKATAN TEORITIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN
8 2.1
Perkembangan Sistem Politik Indonesia: Tinjauan
Teoritis 8
2.2 Pendekatan
Perilaku Politik
10 2.3
Perkembangan Budaya Politik, Pola Interaksi Serta Nilai Sosial Etnis Tolaki
13 2.4
Kerangka Pemikiran
16 2.5
Definisi Konseptual
20 III.
METODE PENELITIAN
22 3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian 22
3.2 Metode Pengumpulan Data
23 3.3
Topik Kajian, Jenis Data serta Sumber Data 23
3.4 Analisis
data 24
IV. GAMBARAN SISTEM POLITIK SULAWESI TENGGARA
MASA PEMILIHAN GUBERNUR TAHUN 2007 26
4.1 Sistem Pemilihan Gubernur Sultra Periode 2008-2013
26 4.2
Karakteristik Kubu NUSA 31
4.3 Isu Strategis dan Kondisi Sosial Masyarakat Sultra
33 4.4
Hasil Pemilihan dan Tanggapan Masyarakat 37
4.4.1 Hasil Pemilihan Kepala Daerah Secara Umum
37 4.4.2
Primordial Sebagai Kunci Kemenangan Kasus:
Kelurahan Lepo-Lepo
39 4.5
Ikhtisar 43
V. ETNIS TOLAKI dan PEMILIHAN GUBERNUR SULTRA 2007 47
5.1 Nilai Kepemimpinan Etnis Tolaki
47 5.2
Etnis Tolaki dan Perjalanan Peta Politik Sultra 51
5.3 Kubu NUSA dalam Pemilihan Gubernur Sultra 2007 55
5.2.1 NUSA sebagai Kelompok Politik 55
5.2.2 Formasi Etnis dalam Kubu NUSA 57
5.4 Ikhtisar 60
VI. PERILAKU POLITIK ELIT BERETNIS TOLAKI DALAM
PEMILIHAN GUBERNUR SULTRA 2007 62
6.1 Motivasi Sosiogenik: Nilai Pentingnya Kepemimpinan
62 6.1.1 Melahirkan
Kembali HaluOleo
66 6.1.2 Masyarakat Tolaki dan Pemilihan Gubernur
68 6.2
Optimalisasi Beragam Aspek Strategis Pilkada 70
6.2.1 Pemanfaatan Kelompok Masyarakat 71
6.2.2 Media
Massa 75
6.2.3 Optimalisasi Peranan Partai Politik 77
6.2.4 Optimalisasi Peranan Figur Politik 84
6.3 Kemenangan Gubernur Sultra Periode 2008-2013
Serta Signifikansi Etnis Tolaki Dalam Pemenangan
Kubu NUSA
89 6.4
Ikhtisar 94
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
98 7.1
Kesimpulan 98
7.2 Saran
100 DAFTAR
PUSTAKA 101
LAMPIRAN 103
Daftar Tabel
Tabel 1. Topik Kajian, Jenis Data serta Sumber Data yang Digunakan
24
Tabel 2. Tabel Pembanding Empat Pasangan
Calon Gubernur Sultra 2008-2013 35
Tabel 3. Distribusi Penduduk Lepo-Lepo Berdasarkan
Mata Pencaharian Pokok 40
Tabel 4. Komposisi Penduduk Lepo-Lepo Berdasarkan Etnis
40
Tabel 5. Rekapitulasi Jumlah Pemilih, TPS dan
Surat Suara Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur di Kelurahan Lepo-Lepo
41
Tabel. 6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara
42
Tabel 7. Kedudukan Gubernur dan Wakil Gubernur Sultra
serta Latar Belakang Etnisnya 53
Daftar Gambar
Gambar 1. Kerangka Fikir Perilaku Politik Etnis Tolaki
Dalam Pemilihan Gubernur Sultra Tahun 2007 19
Gambar 2. Peta Sulawesi Tenggara
104
Gambar 3. Peta Sulawesi Tenggara Berdasarkan
Pembagian Wilayah
Administratif 105
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah saat ini merupakan ruang otonom
1
dimana terdapat tarik-menarik antara berbagai kepentingan yang ada. Undang-Undang Otonomi Daerah yang
dikeluarkan oleh pemerintah semakin memperkuat pertarungan untuk mengelola berbagai basis sosial, ekonomi dan politik dalam daerah. Secara mikro,
masyarakat desa maupun kelurahan sebagai pihak dan ruang otonom
2
utama penyangga daerah, tidak dapat luput dari pertarungan antara berbagai pihak dan
berbagai kepentingan.
Secara ekonomi, tarik-menarik berbagai kepentingan yang ada di daerah secara jelas terlihat dalam pertarungan pengelolaan sumberdaya yang ada di
daerah. Serupa dengan kepentingan ekonomi, kepentingan politik, sosial dan budaya pun memiliki kecenderungan atas pertarungan dalam pengelolaan
berbagai sumberdaya yang ada di daerah, bahkan sadar ataupun tidak disadari, politik, sosial dan budaya terkadang menjadi basis pola dan sumber pertarungan
berbagai kepentingan lainnya seperti kepentingan ekonomi. Indonesia merupakan negara dengan kekayaan beragam budaya serta etnis
yang ada. Kekayaan budaya dan etnis
3
ini dapat dipandang dalam dua sisi yang berbeda. Pertama, kekayaan budaya serta etnis dapat dipandang sebagai anugrah
yang memperkaya keberagaman masyarakat, serta nilai dan kearifan lokal yang dimiliki masing-masing. Namun, secara berlawanan, keberagaman etnis dan
budaya dapat menghambat berbagai kepentingan pembangunan sebab berbeda
1
Kata daerah dan daerah otonom memiliki makna yang berbeda. “Daerah” saja berarati local state government; kewenangan yang diberikan, di lain sisi, daerah otonom berarati local self
government; memerintah sendiri Dharmawan, Pembaruan Tata Pemerintahan Desa Berbasis Lokalitas dan Kemitraan, 2004.
2
Otonom berasal dari kata Yunani autos dan nomos. Kata otonom memiliki cakupan makna lebih luas dari sekedar desentralisasi tetapi lebih pada memegang pemerintahan sendiri. Desa
merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia.
3
Pembedaan atas konsep budaya serta etnis berdasarkan konsep Galzer 2000 dimana etnis merupakan bentuk kelompok sedangkan budaya berararti nilai yang berlaku dalam kelompok
tersebut.
budaya dan etnis berarti juga berbeda latar belakang, berbeda pola pikir dan tingkah laku yang tentunya dipengaruhi oleh latar belakang budaya serta
perbedaan kepentingan. Terkait dengan ruang otonom daerah, saat ini, budaya dan keberagaman
etnis tidak jarang digunakan sebagai basis pertarungan politik, ekonomi dan sosial. Stone dan Rutledge Dennis 2003 menyatakan bahwa; “ethnic group as
“human groups” other than kinship groups which cherish a blief in their common origins of such a kind that it provides a basis for the creation of a
community”. Berdasar konsep etnis di atas, dalam penelitian ini Etnis dianggap sebagai kelompok yang terdiri dari orang-orang yang memiliki identitas tertentu
dan identitas tersebut menjadi pemersatu sehingga dapat membedakan antara kelompoknya dengan kelompok lain atau antara etnisnya dengan etnis lain.
Selanjutnya kelompok yang memiliki identitas ini menjadi alat politik karena pertalian kepentingan selalu sangat erat bila berdasar pada persamaan etnisitas.
Tidak hanya itu, etnis yang lebih besar dari hanya sebuah golongan keluarga merupakan basis pemersatu masyarakat yang masih kuat dibandingkan dengan
basis pemersatu yang lain seperti tempat tinggal dan sebagainya. Robert Le Vine dalam Rush dan Althoff 1983 mengemukakan bahwa sosialisasi politik di
negara-negara berkembang cenderung mempunyai relasi yang lebih dekat pada sistem-sistem lokal, kesukuan, etnis, dan regional daripada dengan sistem-sistem
politik nasional. Menguatnya etnisitas sebagai basis pertarungan kepentingan di daerah
telah dijelaskan oleh Soetarto dan Shohibuddin 2004 dimana dalam konteks pemilu distrik, dukungan berbasis ikatan solidaritas lokal sangatlah wajar bahkan
memiliki signifikansi tersendiri sebagai basis legitimasi baru bagi proses rekruitmen politik dan proses demokratisasi lebih luas. Selanjutnya dijelaskan,
mekanisme partisipasi yang mengacu pada medium-medium yang build in dalam keseharian masyarakat misalnya yang terwujud dalam seni, agama, etnis, budaya
dan lain-lain, tidak terkelola dengan baik bahkan dimusuhi sebagai bentuk primordialisme, padahal di sisi lain, partisipasi kepartaian banyak mengandalkan
kemapuan mobilisasi ikatan-ikatan primordial tersebut.