calon, latar belakang organisasi keagamaan serta garis ideologis juga menjadi landasan para elit politik dalam melakukan beragam aksi strategis. Baron dan
Byrne 2004 menyatakan bahwa emosi memiliki pengaruh langsung maupun tak langsung terhadap ketertarikan. Lebih lanjut dijelaskan keduanya, seseorang akan
menyukai orang-orang yang membuat orang merasa baik dan tidak menyukai orang-orang yang membuat seseorang merasa buruk
Dalam konteks pemiliahan Gubernur Sultra, NUSA melakukan pendekatan kepada masyarakat sebagai kelompok pemilih dari sudut kedekatan emosionalitas
melalui beragam tindakan seperti menghadiri beragam acara-acara kelompok masyarakat, membangun kedekatan terhadap kelompok etnis pemuda, serta
membangun figur ketokohan dengan beragam gambar yang memberikan pesan emosional calon “pemimpin gaul” tetapi berwibawa, sensitif terhadap kebutuhan
masyarakat dan bergaul dengan semua lapisan masyarakat.
6.2 Optimalisasi Beragam Aspek Strategis Pilkada
Kekhasan perilaku politik dari kubu NUSA dengan Nur Alam sebagai figur penggeraknya adalah kemampuan mengoptimalisasikan beragam aspek
strategis untuk mendapatkan kursi pemimpin masyarakat Sultra. Beragam latar belakang masyarakat sebagai pemilih menjadi pertimbangan atas optimalisasi
aspek-aspek potensial pilkada. Selain itu, pertimbangan atas sisi rasionalitas serta emosionalitas masyarakat juga menjadi bagian penting dalam optimalisasi aspek-
aspek strategis. Aspek formal pilkada yaitu partai politik menjadi lebih penting peranannya ketika sistem pemilihan langsung tidak mengakomodir calon
perseorangan. Sadar akan pentingnya peranan partai politik dalam pilkada Sultra, Nur Alam sebagai figur politik berupaya masuk dan mendominasi kontrol internal
partai. Oleh karenanya, kinerja partai politik dengan jejaring keanggotaannya menjadi sumber kekuatan politik penting dalam pilgub Sultra 2007 lalu bagi kubu
NUSA.
6.2.1 Pemanfaatan Kelompok Masyarakat
Dalam pola pemilihan umum dimana suara masyarakat menjadi kunci kemenangan pasangan yang maju dalam proses pilkada, setiap aktor politik
menyadari pentingnya manarik minat masyarakat agar ikut memilih pasangan tertentu. Meskipun peran dari tim sukses juga menjadi sangat penting dimana
kerja tim harus selalu memikirkan strategi yang dibangun dan digunakan untuk menarik massa, namun pada akhirnya suara massa rakyat juga lah yang mampu
membawa kemenangan. Kelompok masyarakat adalah salah satu ruang politik penting dalam pilkada untuk mendekatkan figur pemimpin dengan masyarakat
sebagai aktor pemilih. Pada pemilihan kepala daerah yang berlangsung pada tahun 2007 lalu,
disadari para aktor politik suara rakyat memegang peranan paling kunci dalam pola pemilihan langsung oleh rakyat. Oleh karenanya menarik khalayak atau suara
rakyat sebanyak-banyaknya merupakan keharusan mutlak untuk memenangkan kursi kepemimpinan. Berbagai jalan diupayakan agar khalayak mampu tertarik
kepada pasangan calon yang diusung, salah satunya adalah penggunaan kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat karena diyakini kelompok
masyarakat ini mampu menjadi jalan dan sekaligus media komunikasi politik berbagai kepentingan politik masa pemilihan.
Berbagai organisasi dan kelompok perhimpinan masyarakat ada di tengah- tengah masyarakat namun demikian dirasa tidak semua dari perhimpunan tersebut
efektif dijadikan media sekaligus alat untuk informasi politik. Kasus dari kubu NUSA yang mengikuti bursa pemilihan kepala daerah memilih dua bentuk
kelompok-kelompok masyarakat yang dianggap paling efektif menjadi media komunikasi politik dalam masyarakat. Kelompok massa tersebut dalam
kelompok-kelompok pengajian yang ada hampir di seluruh daerah Sulawesi Tenggara dan kedua adalah perhimpunan pemuda Tolaki atau kelompok Tamalaki
yang dianggap akan mampu menjadi media komunikasi politik bagi pemuda- pemuda beretnis Tolaki yang suaranya juga memegang peranan penting. Berikut
kutipan informasi yang diberikan oleh informan KSRN: “Dalam sistem pemilihan dimana pemimpin dipilih langsung oleh rakyat,
kunci utama adalah suara dari rakyat. Untuk masuk dalam kehidupan masyarakat kami harus melawati pintu-pintu sebagai jalan pembuka, dan
kelompok-kelompok dalam masyarakat sebagai wadah penampung aspirasi maupun tempat berkumpulnya masyarakat salah satu pintu yang
efektif untuk masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Sulawesi Tenggara bukan daerah dengan satu sistem nilai yang sama, tetapi bahkan setiap
wilayah bahkan kecamatan berbeda memiliki ciri nilai budaya berbeda. Oleh karenanya harus banyak metode utnuk membuka pintu masyarakat
yang berbeda-beda itu. Pertama kami memilih kelompok pengajian. Mengapa kelompok pengajian?. Kelompok ini kami pilih atas dasar
keberagaman nilai budaya dan berarti keberagaman pola fikir pula di masyarakat. Menurut hemat kami di setiap masyarakat baik etnis manapun
pasti memiliki kelompok pengajian jika mayoritas masyarakat tersebut adalam masyarakat Muslim, dan masyarakat Sulawesi Tenggara memang
mayoritas beragama Muslim. Oleh karenanya kelompok pengajian menjadi pintu yang paling mudah untuk memasuki masyarakat dari etnis manapun.
Kedua, kelompok Tamalaki. Kelompok ini kami anggap sebagai wadah para pemuda etnis Tolaki yang paling memiliki ruang politik besar.
Anggotanya kebanyakan adalah para mahasiswa beretnis Tolaki yang memiliki pemikiran-pemikiran progresif Informan Bpk KSRN.
Keterangan pemilihan kelompok masyarakat sebagai pintu masuk dalam kehidupan masyarakat yang dikemukakan informan kunci di atas sejalan dengan
apa yang dikemukakan oleh Effendi dalam Sitepu 2005
21
bahwa banyak aspek yang dapat ditransformasikan menjadi kekuatan politik baik dari aspek formal
maupun aspek informal. Dalam kasus kubu NUSA aspek non-formal berupa kelompok pengajian digunakan menjadi salah satu penghimpunan kekuatan
politik dalam hal ini massa pemilihan Gubernur. Kelompok pengajian dalam pemilihan Gubernur 2007 dianggap sangat
strategis karena merupakan kelompok masyarakat yang paling banyak jumlahnya dan hampir ada di seluruh wilayah masyarakat manapun dan beretnis apapun.
Berikut informasi yang diberikan informan KSRN: “Sebenarnya untuk bersilaturahmi kepada kelompok masyarakat seperti
kelompok-kelompok pengajian yang ada dalam masyarakat bukan hanya ketika proses pilkada berlangsung, namun jauh sebelum itu kami sudah
mulai mengadakan pertemuan-pertemuan, diundang sebagai pembicara ataupun memberikan sumbangan alakadarnya dengan mengusung nama
partai ataupun perorangan pasangan calon Gubernur Informan: KSRN.”
21
Lihat juga bagian Pendekatan Perilaku Politik
Penggunaan kelompok masyarakat yang lain yaitu kelompok pemuda Tolaki atau Tamalaki. Kelompok ini dianggap paling efektif untuk menggalang
massa yang berasal dari kalangan pemuda. Kalangan pemuda merupakan salah satu golongan massa yang mampu memberikan sumbangan suara dalam pemilihan
pemilu. Di samping itu, dalam kampanye politik para massa dari golongan pemuda paling mudah untuk ikut berpartisipasi. Oleh karenanya kelompok
pemuda menjadi penting peranannya dalam proses pemilihan kepala daerah. Saat ini tidak dapat dipungkiri suara pemuda menjadi lebih sering
terdengan dalam berbagai kesempatan dan menyuarakan masalah-masalah tertentu. Golongan pemuda dianggap golongan yang paling progresif dan sensitif
terhadap masalah-masalah yang kontraversial. Oleh karenanya menggalang golongan pemuda selain dapat menambah kekuatan massa, juga dianggap untuk
dapat lebih dekat dari sosok progresif sekaligus menjauhkan dari kecaman- kecaman politik yang datang dari golongan pemuda itu sendiri.
Tamalaki merupakan perkumpulan pemuda dan mahasiswa beretnis Tolaki. Perkumpulan ini sengaja dibentuk oleh para mahasiswa Tolaki untuk
mempersatukan mereka dilingkungan wilayah kampus karena kebanyakan dari mereka datang dari daerah luar seperti Unaaha, Wawotobi, Kolaka dan Lasolo.
Awalnya, perkumpulan ini lebih mengutamakan kegiatan olahraga seperti mengikuti pertandingan-pertandingan yang diadakan di Sulawesi Tenggara.
Namun saat ini, perkumpulan ini menjadi semakin berkembang tidak saja dalam lingkup olah raga tetapi juga banyak menyoroti kinerja pemerintahan ataupun
pihak Universitas melalui kegiatan demo dan orasi. Seperti misalnya ketika penelitian ini sedang berlangsung, Tamalaki sedang berorasi di gedung DPRD
Sultra mengkritik kinerja DPRD. Informan Bpk. Hrm pegawai DPRD Sultra menyatakan bahwa orasi tersebut sudah berlangsung selama 2 hari. Dan
mengganggu kinerja anggota dan pegawai DPRD Sultra. Kelompok pemuda dan mahasiswa Tolaki ini terkadang terlibat
pertentangan dengan kelompok pemuda yang lain seperti kelompok pemuda dan mahasiswa “pulau” sebutan untuk pemuda dari wilayah kepulauan, dimana
kelompok mahasiswa pulau ini mempersatukan para mahasiswa yang berasal dari
wilayah kepulauan Sultra seperti Muna dan Buton. Informan Jn mahasiswa asal Muna menuturkan:
“sudah sering terjadi perkelahian antara anak Tamalaki dengan anak Pulau. Tidak jarang perkelahian ini memakan korban. Kadang karena masalah
kecil langsung menjadi masalah besar. Mereka berani karena masing- masing punya kelompok. Perkelahiannya juga tidak main-main, mereka
memakai senjata tajam seperti panah yang dibuat sendiri, linggis, samurai dan senjata tajam lainnya”.
Selain itu, informan ibu Rml masyarakat kampus menyetakan bahwa adu
otot bahkan culik-menculik sudah sering terjadi di wilayah kampus melibatkan antara kelompok Tamalaki dengan kelompok anak Pulau.
“…sekarang kita tidak pernah tenang Sedikit-sedikit ribut lagi, baru mereka bawa samurai, celurit, parang panjang, kita takut jadi lari masuk
rumah saja. Kemarin ada lagi korban baru dibakar asramanya. Jangankan asrama orang, asrama saya juga mereka rusak padahal saya sudah tidak
terima anak Tolaki karena jadi sasaran anak Pulau”.
Karena gerakan kelompok Tamalaki ini pun, maka pasangan NUSA menurut informan ibu Rml menggunakan kelompok ini sebagai alat berpolitiknya.
Informan menjelaskan bahwa ketika markas Tamalaki masih berada di belakang rumahnya, ia sering melihat N.A datang dan memberi bantuan dana kepada
kelompok tersebut. “saya sering melihat N.A datang ke markas Tamalaki. Waktu itu beliau
masih belum menjadi Gubernur, masih dalam proses pencalonan. Dari cerita-cerita anak kos, N.A itu sering memberi bantuan dana kepada
kelompok Tamalaki” Informan tim sukses kubu NUSA membenarkan penggunaan kelompok
Tamalaki dalam proses pilkada. Bpk. Ksrn menyatakan bahwa Tamalaki digunakan untuk menghimpun para pemuda karena pemuda dianggap juga
memegang suara penting dalam pemilihan.
6.2.2 Media Massa