Strategi Pengembangan Sumber Benih Mindi di Hutan Rakyat

112 Tabel 26. Matriks SWOT Pengembangan Sumber Benih Mindi FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL Kekuatan = Strengh S S1. Keragaman genetik dalam populasi termasuk sedang 16-19 S2. Keragaman genetik antar populasi cukup tinggi 30. S3. Mudah beradaptasi pada berbagai kondisi tempat tumbuh S4. Berbunga dan berbuah setiap tahun S5. Mindi bukan benih rekalsitran S6. Kepemilikan lahan sempurna Kelemahan = Weakness W W1. Terbatasnya jumlah tanaman mindi dalam satu populasi. W2. Terbatasnya pilihan untuk pohon induk W3. Pola pengelolaan pemangkasan menurunkan produksi benih. W4. Daya kecambah benih masih rendah W5. Benih membutuhkan perlakuan awal sebelum disemaikan. W6.Tingkat pendidikan petani masih rendah W7. Tanaman mindi belum menjadi prioritas Strategi SO: Pemanfaatan potensi sumberdaya genetik tanaman mindi untuk peningkatan produksi benih dalam rangka pemenuhan kebutuhan pasar kayu mindi Strategi WO: Pemanfaatan peluang pasar dan jaringan kerja untuk memperbaiki mutu benih mindi Peluang = Opportunity O 01. Terdapat pengelompokkan populasi berdasarkan keragaman genetik. 02. Tanaman Mindi sudah dikenal masyarakat 03. Usaha pembibitan sudah mulai berkembang 04. Harga kayu mindi cukup kompetitif dan pasar kayu mindi tersedia. 05. Sudah ada program pemerintah untuk mengembangkan HR bantuan bibit, pinjaman modal, dan bimbingan teknis 06. Sudah ada keterlibatan LSM untuk pendampingan masyarakat 07. Sudah ada kelompok tani SO1.Melakukan pertukaran materi genetik antar populasi SO2.Penguatan dan peningkatan kegiatan pendampingan kepada kelompok tani SO3. Sertifikasi terhadap tegakan yang ditunjuk masyarakat sebagai sumber benih . WO1. Inovasi teknologi untuk meningkatkan kualitas perkecambahan mindi. WO2. Seleksi dan pembinaan pohon induk mindi. WO3.Penguatan akses kelompok tani untuk mendapatkan informasi tentang usaha budidaya tanaman mindi. Strategi ST: Peningkatan kapasitas petani dan pengembangan kelembagaan dalam usaha budidaya mindi Strategi WT: Meningkatkan minat petani dalam budidaya tanaman mindi Ancaman = Threat T T1. Sulit mempertahankan jumlah tanaman mindi T2. Jarak tanam tidak teratur T3. Tidak ada keteraturan rotasi tebang T4. Kondisi iklim tidak menentu T5. Rendahnya tingkat penguasaan IPTEK petani tentang perbenihan mindi T6. Luas pemilikan lahan hutan rakyat relatif sempit. ST1. Meningkatkan pengetahuan petani tentang kualitas genetik mindi, kondisi tempat tumbuh mindi. ST2. Meningkatkan pengetahuan petani tentang penggunaan benih bermutu. ST3. Penguatan kelembagaan dalam rangka pengembangan sumber benih kolaboratif WT1. Penyediaan insentif langsung, tak langsung, enabling untuk perbaikan pola tanaman mindi WT2. Memperbaiki pola pengelolaan tanaman mindi SO1. Melakukan pertukaran materi genetik antar populasi Melakukan pertukaran materi genetik antar populasi mindi di hutan rakyat yaitu dengan saling menukar benih yang dihasilkan dari setiap populasi mindi, 113 sehingga akan meningkatkan keragaman genetik di setiap populasi tersebut. Hal ini dimungkinkan karena secara umum keragaman genetik tanaman mindi khususnya di Jawa Barat tergolong sedang sehingga mempunyai potensi untuk ditingkatkan. Pertukaran dapat dilakukan antar populasi yang mempunyai jarak genetik yang jauh. Kegiatan pertukaran materi genetik tersebut dapat difasilitasi oleh Dinas Kehutanan Propinsi dan Dinas Kehutanan Kabupaten, dengan bantuan teknis dapat dilakukan oleh Balai Perbenihan Tanaman Hutan BPTH Jawa- Madura serta Badan Litbang Kehutanan dan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM serta kelompok tani. SO2. Penguatan dan peningkatan kegiatan pendampingan kepada kelompok tani. Melakukan penguatan dan peningkatan kegiatan pendampingan kepada kelompok tani dalam rangka pengembangan hutan rakyat khususnya untuk jenis mindi sebagai alternatif jenis kayu rakyat. Hal ini dengan memanfaatkan potensi yang ada yaitu sudah terbentuknya kelompok tani, menurut Diniyati dan Sulistyati. 2005 salah satu pendukung pembangunan hutan rakyat adalah keberadaan kelompok tani, selain lembaga lainnya seperti LSM, lembaga usaha dan lembaga pemerintah. Oleh karena itu menurut Ekawati et al. 2005, kelompok tani hutan rakyat perlu mendapat bimbingan dan pelatihan dalam rangka pengembangan kelompok, baik yang menyangkut aspek teknis pengelolaan tanaman maupun aspek kelembagaan penataan organisasi. Peluang lain untuk pengembangan sumber benih mindi adalah tanaman mindi sudah cukup dikenal masyarakat serta adanya pasar untuk kayu mindi. Kegiatan ini dapat difasilitasi oleh Dinas Kehutanan Kabupaten, perangkat desa, kelompok tani dan LSM. SO3. Sertifikasi terhadap tegakan yang ditunjuk masyarakat sebagai sumber benih. Melakukan supervisi dan penilaian terhadap tegakan benih yang sudah ditunjuk masyarakat, agar dapat disertifikasi menjadi sumber benih yang bersertifikat. Hal ini dapat mendorong petani untuk menciptakan industri benih, yaitu benih sebagai salah satu komoditi hasil hutan non kayu. Falah dan Nugroho 2010 menyatakan bahwa hasil analisis finansial memperlihatkan pengusahaan 114 sumber benih bersertifikat layak secara finansial, namun agar distribusi manfaat lebih seimbang perlu memperpendek saluran tata niaga dan memperkuat posisi tawar pengelola sumber benih. Kegiatan sertifikasi sumber benih dapat difasilitasi oleh Dinas Kehutanan Kabupaten, BPTH, Litbang Kehutanan dan Perguruan Tinggi. Strategi WO adalah pemanfaatan peluang pasar dan jaringan kerja untuk memperbaiki mutu benih mindi, strategi ini dapat dicapai melalui beberapa tindakan, yaitu: WO1. Inovasi teknologi untuk meningkatkan kualitas perkecambahan mindi Menggali dan meningkatkan pengetahuan petani hutan dalam meningkatkan perkecambahan benih mindi, yaitu teknik pematahan dormansi yang tepat, aman, murah dan efisien serta teknik persemaiannya. Adapun teknik pematahan dormansi yang sebaiknya diterapkan adalah cara yang dapat melunakkan kulit benih atau mengurai lignin. Menurut Andayani 2003, salah satu peran pemerintah dalam pengembangan usaha hutan rakyat adalah memberikan penyuluhan dan pendidikan terkait dengan aspek teknologi. Dalam hal ini yang berkaitan dengan teknologi penanganan benih. Kegiatan ini dapat difasilitasi oleh Litbang kehutanan dengan bantuan kelompok tani dan LSM. WO2. Seleksi dan pembinaan pohon induk mindi Meningkatkan pengetahuan petani hutan dalam hal penggunaan benih mindi, yaitu untuk menggunakan benih mindi yang berasal dari pohon induk dengan sifat-sifat morfologi terbaik dan kriteria pohon induk lainnya. Pemilihan dilakukan berdasarkan sifat–sifat morfologi yang berkorelasi positif dengan produksi buah. Pada umumnya pada saat penebangan akan dipilih pohon dengan fenotipe yang baik pohon yang tinggi dan diameter besar serta batang yang lurus hal ini menyebabkan berkurangnya pilihan untuk memperoleh pohon induk. Selain itu belum ada inisiatif dari petani untuk mempertahankan pohon dengan fenotipe yang baik untuk dijadikan pohon induk penghasil benih. Situasi seperti ini umum terjadi dalam pengelolaan di hutan rakyat, yaitu petani belum menunjuk pohon induk sebagai sumber benihnya untuk digunakan dalam pembibitan 115 Yuliani dan Diniyati 2004. Proses pemilihan pohon induk mindi untuk pohon benih dapat dibantu oleh penyuluh kehutanan, LSM, kelompok tani ataupun teknisi dari BPTH. WO3. Penguatan akses kelompok tani untuk mendapatkan informasi tentang usaha budidaya tanaman mindi Membantu petani untuk dapat memperoleh informasi pasar, baik untuk pemasaran kayu mindi maupun untuk benih mindi. Terbukanya informasi serta diperpendeknya saluran tata niaga antara produsen dan konsumen dapat mengurangi biaya transaksi, sehingga petani dalam ini sebagai produsen dapat lebih diuntungkan Falah dan Nugroho 2010. Kegiatan ini dapat difasilitasi oleh Dinas Kehutanan, LSM dan kelompok tani. Strategi ST adalah peningkatan kapasitas petani dan pengembangan kelembagaan dalam usaha budidaya mindi, yaitu melalui tindakan: ST1. Meningkatkan pengetahuan petani tentang kualitas genetik mindi serta kondisi tempat tumbuh mindi. Meningkatkan pengetahuan petani hutan tentang kondisi biofisik lahan yang sesuai untuk pertumbuhan mindi, agar produksi buah maksimal. Faktor tempat tumbuh yang perlu diperhatikan adalah ketinggian dari permukaan laut, pH tanah, KTK dan C-N ratio serta ketersediaan P. Informasi tersebut dapat diberikan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten. ST2. Meningkatkan pengetahuan petani tentang penggunaan benih bermutu Meningkatkan pengetahuan petani hutan dalam hal penggunaan benih mindi, yaitu untuk menggunakan benih mindi yang bermutu baik. Penggunaan benih mindi yang baik dari segi genetik, fisik dan fisiologik. Pemahaman tentang pemilihan pohon induk, teknik produksi benih serta perkecambahan merupakan langkah awal dalam perbaikan mutu benih mindi untuk pengembangan hutan rakyat mindi. Kegiatan ini dapat dibantu oleh penyuluh kehutanan, LSM, kelompok tani ataupun teknisi dari BPTH. 116 ST3. Penguatan kelembagaan dalam rangka pengembangan sumber benih kolaboratif Melakukan penguatan kelembagaan yang sudah terbentuk, yaitu kelompok tani yang sudah ada, untuk membangun sumber benih mindi secara kolektif. Lahan yang digunakan dapat lahan milik salah seorang anggota private property , atau lahan desa common property. Perbedaan status lahan yang digunakan akan berdampak pada kesepakatan yang harus dibuat dalam mengelola sumber benih tersebut. Hasil penelitian Murtiyanto 2002 menunjukkan bahwa masyarakat untuk mengelola kawasan wono hutan rakyat memilih mekanisme kelompok, baik dalam lingkup terkecil yaitu keluarga maupun lingkup yang lebih besar yaitu kelompok pedusunan, yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan kebutuhan tenaga, waktu dan biaya yang tidak sedikit. Namun menurut Himmah 2002 dikatakan bahwa peran kelembagaan masih berada dalam tingkat penyiapan pola tanam, sedangkan dalam tata niaga bersifat individual. Keberhasilan pengembangan sumber benih secara kolektif diantara para petani hutan rakyat sudah terlihat pada pengembangan sumber benih tanaman suren di Desa Cibugel, Sumedang Kompas 26 Mei 2011. Kegiatan ini dapat difasilitasi oleh Perguruan Tinggi, Dinas Kehutanan Kabupaten, perangkat desa, kelompok tani dan LSM . Strategi WT adalah meningkatkan minat petani dalam budidaya tanaman mindi, yaitu melalui tindakan: WT1. Penyediaan insentif langsung, tak langsung, enabling untuk perbaikan pola tanaman mindi Penyediaan insentif yang bersifat langsung adalah pemberian bantuan berupa bibit yang siap untuk ditanam, sedangkan yang bersifat tidak langsung adalah bantuan modal atau pinjaman bergulir atau pinjaman dengan bunga rendah. Menurut Hariyatno 2005 pembiayaan usaha tani hutan perlu memperhatikan antara lain 1 kondisi sosial ekonomi wilayah, 2 mitra kelompok tani perlu dipilih secara lebih selektif, 3 peranan bank dalam penyaluran kredit perlu lebih proporsional dan 4 sumber pembiayaan selain dana reboisasi, juga dapat berasal 117 dari perbankan nasional, dan sumber dana luar negari. Penyediaan insentif yang bersifat enabling pemungkin adalah penyederhanaan dokumen atau prosedur dalam hal penjualan kayu rakyat. Kegiatan ini dapat difasilitasi Dinas Kehutanan, Perum Perhutani serta Pemda setempat. WT2. Memperbaiki pola pengelolaan tanaman mindi Memperbaiki pola pengelolaan, khusus untuk sumber benih perlu diperhatikan ukuran populasi jumlah pohon induk, jarak tanam dan metode pemeliharaan pemangkasan tajuk. Jumlah pohon induk mindi sebaiknya lebih dari 20 pohon dengan jarak tanam ≤ 10 m, namun hal ini perlu didukung oleh hasil penelitian lebih lanjut tentang sistem perkawinan mating system mindi. Kegiatan ini dapat dibantu oleh Badan Litbang Kehutanan, penyuluh kehutanan, kelompok tani dan LSM.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut : 1. Tanaman mindi Melia azedarach L. di hutan rakyat di Jawa Barat mempunyai keragaman genetik yang tergolong sedang H e = 0,1603-0,1956 dan membentuk tiga penggelompokkan populasi berdasarkan jarak genetik antar populasi. Hasil pendugaan keragaman genetik mindi melalui penanda DNA, menunjukkan 70 keragaman terdapat dalam populasi sedangkan 30 keragaman terdapat antar populasi. Adanya keragaman genetik pada tanaman mindi tersebut dapat menjadi modal dasar dalam pengembangan sumber benih mindi di hutan rakyat Jawa Barat. 2. Keragaman berdasarkan karakter morfologi tanaman mindi di hutan rakyat Jawa Barat tidak menunjukkan adanya perbedaan yang besar, kisaran keragaman morfologi antara 5 -10. 3. Peningkatan viabilitas dan vigor benih mindi dapat dilakukan dengan penerapan perlakuan perendaman dalam larutan H 2 SO 4 95 selama 45 menit, melalui metode ini delignifikasi pada bagian endocarp dapat berlangsung, sehingga daya berkecambah benih mindi dapat meningkat sebesar 57 dari kontrol. 4. Petani hutan rakyat di Desa Padasari Sumedang dan Desa Legok Huni Purwakarta mempunyai kesiapan ditinjau dari sisi sosial, ekonomi dan kelembagaan untuk mengelola sumber benih mindi. 5. Strategi untuk pengembangan sumber benih mindi di hutan rakyat, khususnya untuk Desa Padasari Sumedang dan Desa Legok Huni Purwakarta, dapat ditekankan pada aspek pemanfaatan potensi genetik yaitu dengan memanfaatkan keragaman genetik yang sudah ada, penguatan kelembagaan yang sudah terbentuk melalui kelompok tani, peningkatan jaringan kerja antara petani, kelompok tani dan instansi kehutanan serta memanfaatkan peluang pasar kayu mindi yang sudah mulai berkembang. 120 6. Empat strategi yang dapat digunakan untuk pengembangan sumber benih di hutan rakyat di Jawa Barat adalah : a. Strategi pemanfaatan potensi sumberdaya genetik tanaman mindi untuk peningkatan produksi benih dalam rangka pemenuhan kebutuhan pasar kayu mindi. b. Strategi pemanfaatan peluang pasar dan jaringan kerja untuk memperbaiki mutu benih mindi. c. Strategi peningkatan kapasitas petani dan pengembangan kelembagaan dalam usaha budidaya mindi. d. Strategi untuk meningkatkan minat petani dalam budidaya tanaman mindi.

6.2 Saran

Beberapa saran untuk pengembangan sumber benih mindi pada hutan rakyat di Jawa Barat, adalah sebagai berikut : 1. Potensi sumber daya genetik mindi di hutan rakyat di Jawa Barat perlu dipertahankan dan ditingkatkan keragamannya melalui penambahan materi genetik infusion dari populasi lain di Jawa Barat maupun populasi di luar Jawa Barat, dengan terlebih dahulu dianalisis tingkat keragaman genetiknya. 3. Penentuan jumlah pohon induk mindi dalam suatu populasi untuk sumber benih perlu didukung oleh hasil penelitian tentang sistem perkawinan mating system tanaman mindi. 2. Perlu adanya insentif yang diberikan bagi petani, untuk meningkatkan minat petani melakukan budi daya mindi, yang selanjutnya akan berdampak pada pengembangan sumber benih mindi. Adapun insentif tersebut dapat bersifat langsung bantuan bibit dan benih, tidak langsung memberikan pinjaman modal untuk pengembangan hutan rakyat secara umum dan enabling menyederhanakan dan menghilangkan peraturan yang sekiranya dapat menjadi pembatas bagi pengembangan hutan rakyat dan pengembangan sumber benih khususnya.