31
a b
c Gambar 9. Penunjukkan pohon induk a, pengunduhan buah b dan c
3.4.3 Pengumpulan data Pengumpulan data didasarkan pada hasil pengujian benih di laboratorium,
meliputi a pengamatan struktur anatomi dan biokimia benih, b pengujian pematahan dormansi secara mekanis dan kimia serta c pengujian viabilitas dan
vigor benih. Jumlah sampel kerja untuk setiap kegiatan adalah sebagai berikut Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah sampel untuk analisis anatomi, biokimia dan pematahan
dormansi benih mindi
Anatomi benih Biokimia benih
Pematahan dormansi mekanis dan kimiawi
6 lokasi masing-masing 5 butir
6 lokasi masing- masing 100 g
Masing-masing lokasi : 10 perlakuan, 4 ulangan 50 butir
3.4.4 Prosedur Kerja : 3.4.4.1 Pengukuran struktur anatomi benih mindi
Penelitian struktur anatomi benih dilakukan tiga tahap: 1 pembuatan preparat; 2 pengamatan dan pengukuran; serta 3 pembuatan foto mikroskopis
dan makroskopis dari setiap penampang yang telah dibuat Lampiran 2..
Tahap 1.
Dalam pembuatan preparat, contoh benih mindi harus dilunakkan terlebih dahulu sebelum disayat, dalam pembuatan preparat ini digunakan Metode Sass
Sass 1961. Karakter kulit benih mindi termasuk dalam jenis kayu yang keras
32 dan mudah koyak, sehingga perlu proses pelunakan. Pelunakan contoh benih
dilakukan dengan dengan merebusnya selama 2 x 6 jam dalam panci presto. Karena mudah koyak, maka benih yang telah direbus tersebut direndam dalam
larutan PEG 4000 dan alkohol 96 dengan perbandingan 1:5, kemudian dimasukkan dalam oven dengan suhu 60ºC selama kurang lebih 5 hari
indikatornya sampai tinggi larutan tersebut tidak berkurang lagi atau stabil, yang berarti PEG sudah mengisi semua rongga sel. Kemudian contoh uji bersama
larutannya dipindahkan ke dalam kotak kertas dibuat secara khusus, dan dibekukan ke dalam lemari pendingin hingga cukup keras untuk disayat. Setelah
cukup keras, contoh benih disayat dengan mikrotom setebal 15-25 mikron. Sayatan yang dibuat meliputi penampang lintang, penampang transversal. Sayatan
yang baik lalu dipilih dan dicuci dalam aquades lalu dihilangkan kandungan airnya didehidrasi berturut-turut dengan alkohol 30, 50, 70, 96 dan
alkohol absolut. Selanjutnya sayatan dibeningkan dengan cara merendamnya beberapa saat, berturut-turut dalam karboxylol dan toluene. Sesudah itu sayatan
direkat dengan entelan di atas object glass.
Tahap 2.
Pengamatan dan pengukuran terhadap struktur benih dilakukan di bawah mikroskop, untuk pengukuran struktur mikro, digunakan Mikroskop Axio Imager
A1m Zeiss dan untuk makroskopis digunakan Mikroskop Discovery Zeiss.
Pembesaran diatur hingga mendapatkan gambar yang jelas untuk diamati dan diukur, pembesaran berkisar antara 2,5–20 kali untuk mikroskopis dan 2,5–5
kali untuk makroskopis, ukuran ketebalan lapisan kulit benih menggunakan satuan µm.
Tahap 3.
Setelah dilakukan pengamatan dan pengukuran selanjutnya gambar tersebut diabadikan dengan menggunakan kamera yang terpasang langsung
dengan masing-masing mikroskop dan tersambung dengan komputer.
33
Gambar 10. Bagan kerja pengamatan struktur anatomi benih mindi
3.4.4.2 Pengujian biokimia kulit benih mindi
Untuk pengujian biokimia benih yang mencakup pengukuran kadar lignin, lemak dan Abscisic acid ABA digunakan 100 gram benih dari setiap lokasi.
Metode pengujian untuk kadar lemak digunakan metode destilasi sedangkan untuk pengujian ABA digunakan TLC Scanner, kedua pengujian ini dilakukan di
Laboratorium Balai Penelitian Obat dan Aromatik, Kementerian Pertanian. Adapun pengujian kadar lignin dilakukan di Laboratorium Kimia Kayu
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB. Bagan kerja untuk pengujian lemak dan ABA dapat dilihat pada Gambar 11 dan 12.
Keterangan : Berat residu dinyatakan sebagai berat lemak
Buah mindi
Benih mindi Mikroskop Axio
Imager A1m mikro Zeiss
Mikroskop Discovery Zeiss makro
Struktur benih mindi Struktur mikroskopis
Struktur makroskopis Benih direbus, direndam
dalam PEG 4000, dikeringkan dalam oven
dan dibekukan dalam freezer, kemudian
disayat menggunakan mikrotom
34 Gambar 11. Bagan pengujian kadar lemak benih mindi
Gambar 12. Bagan pengujian kandungan ABA pada benih mindi
3.4.4.3 Teknik pematahan dormansi benih
Teknik pematahan dormansi yang digunakan adalah secara mekanis dan kimia, adapun perlakuan yang diterapkan adalah teknik pematahan dormansi yang
sudah banyak dilakukan serta mengacu pada ISTA 2006. Sebanyak 10 perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Benih langsung disemaikan tanpa diberi perlakuan kontrol
2. Benih dijemur selama 5 hari
3. Benih dijemur selama 10 hari
4. Benih direndam dalam larutan H
2
SO
4
selama 15 menit 5.
Benih direndam dalam larutan H
2
SO
4
selama 30 menit 6.
Benih direndam dalam larutan H
2
SO
4
selama 45 menit 7.
Benih direndam dalam air Accu selama 30 menit
35 8.
Benih direndam dalam air Accu selama 60 menit 9.
Benih direndam dalam air Accu selama 90 menit
10.
Benih dijemur selama 2 hari kemudian direndam dalam air kelapa selama 1 malam.
Pematahan dormansi secara mekanis
Pematahan dormansi secara mekanis dilakukan dengan cara menjemur benih selama 5 dan 10 hari berturut-turut di atas seng, yang diletakkan di lapangan
jemur benih. Penjemuran dilakukan selama ±7 jam per hari, benih di bolak-balik, agar penjemuran merata.
Pematahan dormansi secara kimiawi
Pengujian dilakukan dengan cara merendam benih pada larutan H
2
SO
4
pekat 95, air accu H
2
SO
4
konsentrasi rendah dan air kelapa muda, sedangkan sebagai kontrol benih tidak direndam. Lama perendaman untuk masing-masing
larutan H
2
SO
4
adalah 15 menit, 30 menit dan 45 menit, untuk perendaman air accu adalah 30 menit, 60 menit dan 90 menit, sedangkan untuk perendaman air kelapa
adalah benih mindi dijemur terlebih dahulu selama 2 hari, selanjutnya direndam dalam air kelapa selama 1 malam. Setelah direndam selanjutnya benih dicuci
dibilas air, untuk menghilangkan sisa larutan.
Penyemaian benih
Benih yang telah diberi perlakuan selanjutnya diuji viabilitasnya, yaitu dengan disemaikan pada bak kecambah, dengan menggunakan media campuran
pasir dan tanah v:v1:1 yang sudah disterilkan terlebih dahulu. Benih disemaikan pada bak kecambah, selanjutnya bak kecambah ditutup plastik. Penyiraman
dilakukan pada pagi hari, dengan membuka tutup plastik, bak dibiarkan terbuka untuk beberapa saat setelah dilakukan penyiraman.
3.4.4.4 Rancangan percobaan
Dalam penelitian pematahan dormansi, setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari 50 satuan pengamatan.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Percobaan Satu Faktor dalam Rancangan Acak Lengkap. Bentuk umum model linier aditif dapat dituliskan
sebagai berikut:
36
Y
ij
= µ + τ
i
+ ε
ij
Keterangan: i
= 1, 2, 3 j
= 1, 2, 3, 4 Y
ij
= Nilai tolok ukur yang diamati pada perlakuan taraf ke-i dan ulangan ke-j µ =
Rataan umur
τ
i
= Pengaruh perlakuan taraf ke-i ε
ij
= Pengaruh acak pada perlakuan pematahan dormansi taraf ke-i, ulangan ke-j
3.4.4.5 Variabel yang diamati Struktur anatomi dan biokimia benih
Untuk pengamatan struktur anatomi benih, variabel yang diamati adalah ukuran benih, struktur mikroskopis dan makroskopis kulit benih. Sedangkan
kandungan komponen kimia benih, variabel yang diamati adalah kandungan ABA, lemak dan lignin.
Pematahan dormansi benih
Teknik pematahan dormansi yang paling efektif dalam pematahan dormansi dapat dilihat berdasarkan hasil pengujian viabilitas.
Hari pertama dan terakhir perhitungan daya berkecambah
Dihitung berdasarkan persen daya berkecambah harian, persen daya berkecambah kumulatif dan hari setelah tanam HST. Ketiga data tersebut di
plotkan dalam bentuk kurva, sebagai sumbu x adalah hari setelah tanam, dan sebagai sumbu y adalah persen daya berkecambah harian dan persen daya
berkecambah kumulatif. Pola kurva yang terbentuk dianalisis secara visual untuk menentukan first count – final count daya berkecambah.
Daya berkecambah
Daya berkecambah benih merupakan persentase jumlah benih yang tumbuh menjadi kecambah normal terhadap jumlah benih yang ditanam.
Kecepatan berkecambah
Kecepatan berkecambah dihitung dari catatan perkecambahan harian, yaitu jumlah kecepatan perkecambahan harian dibagi total hari pengujian
Schmidt 2002.
37
3.4.5 Analisis data
Analisis data yang digunakan adalah analisis sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji beda nyata, yaitu uji Duncan. Untuk mengetahui pola pengelompokkan
asal benih berdasarkan viabilitas benih, digunakan analisis kluster. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SAS ver 6 SAS Institute 1990
dan SPSS 15.
3.5 Analisis Sosial, Ekonomi dan Kelembagaan untuk Pengembangan Sumber Benih Mindi : Studi Kasus di Desa Padasari, Kabupaten
Sumedang dan Desa Legok Huni Kabupaten Purwakarta
3.5.1 Waktu dan tempat penelitian
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada hasil sub penelitian 1dan 2. Berdasarkan sub penelitian 1 dan 2 tersebut terpilih dua lokasi yang berpotensi
untuk pengembangan sumber benih mindi di lokasi tersebut. Adapun kedua lokasi tersebut adalah Desa Padasari, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang dan
Desa Legok Huni, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, keduanya berada di Wilayah Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni – Agustus
2010. 3.5.2 Bahan dan alat
Bahan yang digunakan adalah hutan rakyat yang didalamnya terdapat tegakan mindi serta petani yang terlibat dalam pengelolaannya. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, alat tulis dan komputer. 3.5.3 Metode pengumpulan data
Jumlah responden
Pengumpulan data untuk menggali informasi dilakukan melalui tehnik
wawancara dan pengisian kuisoner. Wawancara dan pengisian kuisioner dilakukan terhadap beberapa responden petani hutan yang terlibat dalam
pengelolaan hutan rakyat mindi. Metode pengambilan contoh yang digunakan adalah pengambilan sampel bertujuan purposive sampling terhadap rumah
tangga yang memiliki hutan rakyat dengan salah satu jenis tanamannya adalah
38 mindi. Jumlah responden ditentukan dengan berdasarkan rumus Paguso et al.
1978 dalam Widiyastutik et al.2010:
n = N 1 + N e
2
Keterangan : n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditoleransidiinginkan. Dalam penelitian ini digunakan
nilai sekitar 17. Selanjutnya dilakukan stratifikasi yang didasarkan pada luas penguasaan
lahannya. Stratifikasi dilakukan setelah hasil wawancara dan pengisian kuisioner.
Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder, data primer berdasarkan hasil wawancara dan pengisian kuisioner Lampiran 3, sedangkan
data sekunder hasil pengumpulan dari instansi terkait Desa dan Dinas Kehutanan Kabupaten. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi :
1. Karakteristik petani hutan rakyat.
2. Luas dan status kepemilikan lahan serta jenis komoditas yang diusahakan.
3. Tingkat penghasilan dari usaha hutan rakyat.
4. Pola pengelolaan dan tahapan kegiatan dalam pembangunan hutan rakyat.
5. Hubungan diantara para petani hutan serta bentuk kelembagaan yang sudah
ada. 6.
Bentuk dukungan dari institusi formal maupun nonformal dalam pengembangan hutan rakyat.
7.
Kondisi pasar untuk kayu rakyat.
3.5.4 Analisis data
Data yang terkumpul selanjutnya diolah dengan metode analisis deskriptif persentatif.
39
3.6 Analisis Strategi Pengembangan Sumber Benih Mindi
Penyusunan strategi pengembangan sumber benih mindi di hutan rakyat di Jawa Barat dilakukan dengan menggunakan metode Analisis SWOT Strenght,
Weakness, Opportunity, and Threat yaitu dalam bentuk matriks dan bersifat
kualitatif Irawan 2006; Rangkuti 2002; Wijayanto 2001. Unsur internal kekuatan dan kelemahan dan eksternal peluang dan ancaman ditentukan
berdasarkan hasil penelitian 1 sampai dengan 3. Bagan metode analisis strategi untuk pengembangan sumber benih mindi di hutan rakyat di Jawa Barat disajikan
pada Gambar 13.
Gambar 13. Bagan analisis strategi pengembangan sumber benih mindi di hutan
rakyat Jawa Barat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keragaman genetik, Morfologi dan Kesuburan Tapak Tanaman Mindi di Hutan Rakyat Jawa Barat
4.1.1 Analisis keragaman genetik Keragaman genetik dalam dan antar populasi ditentukan hasil pengujian
RAPD yang didasarkan pada lima primer, hasil seleksi dari 25 primer. Ke lima primer itu adalah OPY-13, OPY-16, OPA-07, OPA-09 dan OPO-05. Adapun
pola polimorfik yang ditunjukkan oleh primer OPA-07 pada populasi Megamendung, Nagrak dan Sumedang dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Pola polimorfik pada a Populasi Megamendung pada primer OPA-07, b Populasi Nagrak pada primer OPA-07 dan c Populasi
Sumedang pada primer OPA-07
Polimorfisme RAPD
Untuk mengetahui keragaman genetik tanaman mindi di hutan rakyat, populasi yang telah diuji adalah Nagrak, Megamendung, Wanayasa, Kuningan,
Sumedang dan Gambung. Penghitungan polimorfisme dilakukan terhadap pita- pita DNA hasil elektroforesis, hasilnya menunjukkan adanya perbedaan jumlah
lokus untuk masing-masing primer. Pada primer OPY–13 ditemukan 9 lokus, primer OPY-16 ditemukan 20 lokus, primer OPA-07 ditemukan 18 lokus, primer
OPA-09 terdapat 5 lokus dan primer OPO-05 ditemukan 8 lokus. Perbedaan jumlah dan ukuran pita DNA yang dihasilkan oleh setiap primer menggambarkan
kompleksitas genom tanaman Grattapala et al.1992 dalam Siburian 2009. Perbedaan hasil intensitas ini pada umumnya disebabkan karena 1 makin banyak
fragmen DNA yang diamplifikasi pada tanaman, maka intensitas pita DNA yang dihasilkan makin tegas; 2 adanya kompetisi tempat penempelan primer pada
a b
c