Analisis Strategi Pengembangan Sumber Benih Mindi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keragaman genetik, Morfologi dan Kesuburan Tapak Tanaman Mindi di Hutan Rakyat Jawa Barat

4.1.1 Analisis keragaman genetik Keragaman genetik dalam dan antar populasi ditentukan hasil pengujian RAPD yang didasarkan pada lima primer, hasil seleksi dari 25 primer. Ke lima primer itu adalah OPY-13, OPY-16, OPA-07, OPA-09 dan OPO-05. Adapun pola polimorfik yang ditunjukkan oleh primer OPA-07 pada populasi Megamendung, Nagrak dan Sumedang dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Pola polimorfik pada a Populasi Megamendung pada primer OPA-07, b Populasi Nagrak pada primer OPA-07 dan c Populasi Sumedang pada primer OPA-07 Polimorfisme RAPD Untuk mengetahui keragaman genetik tanaman mindi di hutan rakyat, populasi yang telah diuji adalah Nagrak, Megamendung, Wanayasa, Kuningan, Sumedang dan Gambung. Penghitungan polimorfisme dilakukan terhadap pita- pita DNA hasil elektroforesis, hasilnya menunjukkan adanya perbedaan jumlah lokus untuk masing-masing primer. Pada primer OPY–13 ditemukan 9 lokus, primer OPY-16 ditemukan 20 lokus, primer OPA-07 ditemukan 18 lokus, primer OPA-09 terdapat 5 lokus dan primer OPO-05 ditemukan 8 lokus. Perbedaan jumlah dan ukuran pita DNA yang dihasilkan oleh setiap primer menggambarkan kompleksitas genom tanaman Grattapala et al.1992 dalam Siburian 2009. Perbedaan hasil intensitas ini pada umumnya disebabkan karena 1 makin banyak fragmen DNA yang diamplifikasi pada tanaman, maka intensitas pita DNA yang dihasilkan makin tegas; 2 adanya kompetisi tempat penempelan primer pada a b c 40 DNA genom yang menyebabkan salah satu fragmen akan diamplifikasi dalam jumlah banyak dan fragmen lainnya sedikit; dan 3 kemurnian dan konsentrasi cetakan DNA akan mempengaruhi efisiensi amplifikasi, DNA yang memiliki tingkat kontaminasi yang tinggi dari senyawa-senyawa seperti polisakarida dan fenolik seringkali menghasilkan fenotipe penanda RAPD yang tidak jelas Siburian 2009. Keragaman genetik dalam populasi mindi Nilai-nilai variabilitas genetik dari hasil pengolahan data menggunakan program POPGENE versi 1.2 Yeh et al. 1999 tersaji pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai parameter keragaman genetik dalam populasi mindi di hutan rakyat Jawa Barat Populasi n PPL Na ne H e Gambung 20 53,33 1,533 1,2748 0,1613 Kuningan 20 53,33 1,533 1,2665 0,1603 Megamendung 20 53,33 1,533 1,3007 0,1790 Wanayasa 20 51,67 1,516 1,2933 0,1712 Nagrak 20 43,33 1,433 1,2922 0,1612 Sumedang 20 60,00 1,600 1,3198 0,1956 Nilai rata-rata 52,49 1,525 1.2912 0,1714 Keterangan: n = jumlah sampel PPL= Percentage of Polymorphic Loci; na = Observed number of alleles ; ne = Effective number of alleles ; He = Gene diversity Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 7, keragaman genetik mindi di dalam populasi berkisar antara 16–19 dan persentase lokus polimorpik berkisar antara 43,33 – 60,00, dengan nilai rata-rata 52,49 . Adapun jumlah total lokus yang muncul adalah 60, sehingga jumlah lokus yang menunjukkan polimorfisme adalah 32. Populasi yang mempunyai keragaman terendah adalah Kuningan 0,1603, selanjutnya diikuti oleh populasi Nagrak dan Gambung 0,1612 dan 0,1613, sedangkan populasi Wanayasa dan Megamendung mempunyai keragaman masing-masing 0,1712 dan 0,1790. Populasi Sumedang mempunyai keragaman paling tinggi diantara 6 populasi yang diuji, yaitu sebesar 0,1956. Tinggi dan rendahnya keragaman genetik suatu spesies dalam satu populasi dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah ukuran luas populasi efektif, produksi bunga, aliran serbuk sari diantara tegakan dan sistem perkawinan Siregar 2000; Sedgley and Griffin 1989. Bunga mindi adalah bunga majemuk, dimana dalam rangkaian bunga tersebut selain terdapat bunga hermaprodit organ