Perbenihan Jenis Mindi TINJAUAN PUSTAKA

16 Untuk meningkatkan produktivitas tegakan maka diperlukan upaya peningkatan mutu genetik. Peningkatan ini dapat dicapai melalui kegiatan pemuliaan pohon. Modal utama dalam kegiatan ini adalah adanya keragaman genetik. Keragaman genetik adalah variasi yang dapat diwariskan dalam suatu populasi sebagai hasil dan perbedaan alel yang ada dalam gen. Oleh karena itu penggunaan keragaman genetik dalam program pemuliaan merupakan modal dasar yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan pengembangan jenis dengan sifat unggul seperti dalam kecepatan adaptasi lingkungan, pengembangan tanaman yang resisten terhadap hama dan penyakit dan lain lain Jayusman 2006; Zobel dan Talbert 1984. Timbulnya keragaman genetik pada suatu jenis tanaman dapat disebabkan antara lain oleh keragaman antar provenansi, keragaman antar tempat tumbuh, keragaman antar pohon dan keragaman di dalam pohon itu sendiri. Keragaman genetik antar individu atau populasi suatu jenis tanaman penting untuk diketahui sebagai dasar dalam melakukan seleksi. Seleksi dilakukan dalam rangka memilih sifat-sifat yang diinginkan dari suatu pohon, yang selanjutnya akan dikembangkan dalam suatu tegakan. Untuk mengetahui adanya keragaman genetik dapat digunakan beberapa metode seperti metode isoenzim dan analisis asam deoksinukleat DNA. Salah satu teknik analisis DNA yang dapat digunakan adalah teknik mengamplifikasi DNA yang didasarkan pada penggunaan primer atau oligonukleotida dengan susunan acak Aritonang et al. 2007. Teknik ini dikenal dengan teknik Random Amplified Polimorphic DNA RAPD dan dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat keragaman DNA antara spesies-spesies yang mempunyai hubungan dekat juga dapat mendeteksi adanya variasi susunan nukleotida dalam DNA. Teknik ini sudah dilakukan untuk mendeteksi keragaman genetik berbagai populasi tanaman hutan di antaranya adalah jenis dukuh Song et al. 2000, jeruk Karsinah et al. 2002, jambu mete Samal et al. 2003, Melia volkeensii Runo et al. 2004, sandalwood Rimbawanto et al. 2006, ulin Rimbawanto et al. 2006, merbau Rimbawanto dan Widyatmoko 2006, mimba Kota et al. 2006, Pulai Hartati et al. 2007, sungkai Imelda et al. 2007, meranti Siregar et al. 2008. gaharu Siburian 2009; Widyatmoko et al 2009 dan jelutung Purba dan Widjaya 2009. 17

2.3.3 Sistem pengadaan benih

Sistem pengadaan benih suatu jenis tanaman dimulai dengan sumber benih, hal ini akan berkaitan dengan mutu genetik benih yang dihasilkan. Kelas sumber benih ditentukan oleh sumber materi genetik yang digunakan dalam membangun sumber benih ini. Terdapat tujuh klasifikasi sumber benih Peraturan Menteri Kehutanan. No.P.01Menhut-II2009 yaitu : 1 tegakan benih teridentifikasi, 2 tegakan benih terseleksi, 3 areal produksi benih, 4 tegakan benih provenan, 5 kebun benih semai, 6 kebun benih klon danatau 7 kebun pangkas. Sistem pengadaan benih di hutan rakyat dilakukan melalui pembangunan kebun benih petani Bramasto 2002; Mulawarman et al. 2003, tujuannya adalah peningkatan mutu genetik dan produktivitas tanaman. Kebun benih petani dibangun di lahan desa atau pengangonan atau di lahan kelompok petani sendiri dengan menyisihkan lahannya untuk digunakan bersama membangun kebun benih. Pembangunan kebun benih desa dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut Bramasto 2002; Roshetko et al. 2004 :

a. Persiapan benih : meliputi kegiatan koleksi benih yang berasal minimun dari

25-30 pohon induk baik di hutan alam maupun hutan tanaman. Kemudian dilakukan ekstraksi, sortasi, pengujian,pengepakan dan pelabelan benih.

b. Pembibitan di persemaian : meliputi persiapan media tabur dan media

sapih,penaburan benih,penyapihan bibit,pemeliharaan bibit dan monitoring jumlah bibit siap tanam.

c. Penanaman : dengan membuat pola tanam yang disesuaikan dengan kondisi

luasan lahan skala kecil. Pola tanam campuran, pola tanam barisan dan pola tanam monokultur.

d. Pemeliharaan : dilakukan untuk memacu pertumbuhan pohon, percepatan

bunga dan buah serta menjaga kesehatan tegakan dari serangan hama dan penyakit. Pemeliharaan yang dilakukan terhadap kebun benih petani hutan rakyat meliputi pengendalian gulma, pemangkasan, penjarangan dan pemupukan. 18 Sistem pengadaan benih juga meliputi kegiatan produksi benih, yaitu menentukan saat panen serta teknik pemanenannya. Tanaman mindi umumnya berbunga pada awal musim kemarau dan buah masak pada musim hujan. Namun hal ini tidak sepenuhnya tepat, karena tanaman mindi mengalami musim berbunga dan berbuah berbeda antara tempat satu dengan lainnya. Tanaman di Jawa Barat berbunga dalam bulan Maret sampai dengan Mei, di Jawa Timur antara bulan Juni sampai dengan Nopember, di Nusa Tenggara Barat dalam bulan September dan Juni. Buah masak dalam bulan Juni, Agustus, Nopember dan Desember. Saat panen buah mindi yang paling tepat adalah pada waktu kulit buah sudah berwarna hijau kekuningan, dengan cara dipetik langsung saat masih di pohon atau memungut langsung buah yang telah jatuh di permukaan tanah. Produksi buah segar mencapai 10 – 15 kg per pohon Nurhasybi dan Danu 1997.

2.3.4 Teknik penanganan benih dan perkecambahan

Penanganan benih akan menentukan kualitas fisik dan fisiologik benih, sehingga benih harus ditangani dengan baik, agar benih yang sudah dikumpulkan dapat dipertahankan mutunya. Kegiatan penanganan benih mindi meliputi sortasi buah, ekstraksi benih, pembersihan benih, sortasi benih, pengeringan benih, pengujian benih dan penyimpanan benih. Tidak sulit melakukan sortasi buah mindi karena ukurannya yang cukup besar. Ekstraksi benih mindi dilakukan secara manual yaitu dengan cara buah diperam hingga daging buah menjadi lunak. Selanjutnya buah digosok-gosok dengan tangan menggunakan pasir kemudian dicuci dengan air mengalir Nurhasybi dan Danu 1997. Benih yang sudah diekstraksi kemudian dikeringanginkan di dalam ruangan selama ± 3 hari sampai kadar air mencapai 15–20. Benih mindi termasuk semi rekalsitrant, hanya dapat disimpan pada kadar air 15 – 20 . Benih dengan kondisi segar kadar air sekitar 22 dibungkus plastik dan dimasukkan ke dalam kaleng lalu disimpan di ruangan dengan suhu 18–20°C dan kelembaban relatif 70–80. Dengan perlakuan demikian benih mampu disimpan selama 10–12 minggu dan daya kecambah menurun menjadi 20–30 setelah disimpan. Kulit benih mindi cukup keras, sehingga mengalami dormansi fisik kulit benih, tanpa perlakuan pendahuluan, benih akan berkecambah secara alami